This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sunday, September 30, 2012

Cara Mengajar yang Efektif

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Setelah membahas mengenai pembelajaran yang efektif, maka kali ini saya ingin melanjutkan dengan membahas mengenai cara untuk mengajar yang efektif. Tips ini saya dapat dari hasil browsing juga. Namun karena saya rasa sangat bermanfaat terutama bagi anda yang tertarik untuk terjun dibidang pendidikan, artikel tersebut saya repost disini.
Dan sebelumnya saya ucapkan terimakasih pada mas Doni yang bersedia berbagi.

Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa mengajar di mana saja adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya melupakan kelelahan. Selain itu guru juga dapat mempengaruhi muridnya melalui kepribadiannya. Guru yang ingin murid-muridnya mengalami kemajuan, perlu mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori dan praktek mengajar sehingga ia dapat terus-menerus meningkatkan cara mengajar.

Sepuluh jenis prinsip dasar dalam cara mengajar yang disajikan di bawah ini, dapat dipakai sebagai petunjuk oleh para pengajar guna meningkatkan cara mengajar mereka.

Menguasai Isi Pengajaran
Hukum yang pertama dalam teori “Tujuh Hukum Mengajar” dari John Milton Gregory berbunyi: “Guru harus mengetahui apa yang diajarkan.”
Jika guru sendiri mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan murid dengan wibawanya, sehingga murid percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran.


Mengetahui dengan Jelas Sasaran Pengajaran
Pengajaran yang jelas sasarannya membuat murid melihat dengan jelas inti dari pokok pelajaran itu. Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran, bahkan mengalami kemajuan dalam proses belajar.
Empat macam ciri khas yang harus diperhatikan pada saat memilih dan menuliskan sasaran pengajaran:
  1. Inti dari sasaran harus disebutkan dengan jelas.
  2. Ungkapan penting dari sasaran harus bertitik tolak dari konsep murid.
  3. Sasaran harus meliputi hasil belajar.
  4. Hasil sasaran yang dapat dicapai.
Contoh: Contoh-contoh di atas telah menjelaskan empat macam hasil belajar yang berbeda: pengetahuan, pengertian, sikap, dan ketrampilan.

Utamakan Susunan yang Sistematis

Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang semrawut, tidak memberikan kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak sistematis, akan sulit dipahami dan sulit diingat. Oleh sebab itu inti pengajaran harus disusun dengan teratur dan sistematis.

Banyak Gunakan Contoh Kehidupan
Pada saat mengajar, seringlah menggunakan contoh atau perumpamaan kehidupan sehari-hari atau yang pernah dialami misalnya dalam perdagangan, rental, nilai uts / uas, dan lain sebagainya.
Contoh kehidupan adalah jembatan antara kebenaran ilmu dan dunia nyata.

Cakap Menggunakan Bentuk Cerita
Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga boleh dicoba dengan menambahkan gerakan-gerakan, yang memperdalam kesan murid. Bentuk yang paling lazim adalah menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran.

Menggunakan Panca Indera Murid
Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti menggunakan panca indera murid. Bahan pengajaran audio visual bukan saja cocok untuk anak-anak, namun juga cocok untuk berbagai usia.
Ensiklopedia adalah buku yang sering dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya terdapat banyak penjelasan yang menggunakan gambar-gambar. Itu berarti bahwa para ilmuwan pun perlu bantuan gambar untuk mengadakan penelitian.
Para ahli pernah mengadakan catatan statistik selama 15 bulan, hasilnya mereka mendapatkan persentase dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi murid yang hanya tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat mengingat 28%, sedangkan bagi murid yang menggunakan indera pendengaran ditambah dengan indra penglihatan dapat mengingat 78%.

Melibatkan Murid dalam Pelajaran

Melibatkan murid dalam pelajaran dapat menambah ingatan mereka, juga motivasi dan kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi ditengah pertukaran pikiran antara guru dan murid, selain mengurangi tingkah laku yang mengacau.
Misalnya: biarkan murid menggunakan kata-katanya sendiri untuk menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid menggali dan menemukan hubungan antar konsep yang berbeda, biarlah murid bergerak sebentar. Jika murid sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak ada peluang lagi untuk mengacau atau membuat ulah.

Menguasai Kejiwaan Murid
Guru yang ingin memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, tentu harus memahami perkembangan jiwa murid pada setiap usia. Ia juga harus mengetahui dengan jelas kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Pengertian antara guru dan murid adalah syarat utama untuk komunikasi timbal balik. Komunikasi yang baik dapat membuat penyaluran pengetahuan menjadi lebih efektif.

Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup
Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika terus digunakan dengan tidak pernah diubah, maka cara itu akan hilang kegunaannya dan membuat murid merasa jemu. Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan fleksibel, untuk menambah kesegaran.


Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan
Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak dapat melaksanakan. Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya sendiri banyak cacat cela. Cara mengajar yang efektif adalah guru sendiri menjadikan diri sebagai teladan hidup untuk menyampaikan kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling berpengaruh. Kewibawaan seseorang terletak pada keselarasan antara teori dan praktek.
Jika guru dapat menerapkan kebenaran yang diajarkan pada kehidupan pribadinya, maka ia pun memiliki wibawa untuk mengajar.


Saya sendiri berpendapat bahwa tugas Guru bukanlah mengajar, namun lebih pada mendidik. Sebab Guru mempunyai tanggung jawab moral untuk membentuk mengarahkan sifat (karakter) dan sikap siswa agar menjadi siswa yang berkepribadian unggul (positif) selain mempunyai pengetahuan yang luas juga.

Mari berjuang bersama, agar generasi penerus mempunyai iman dan ilmu yang mumpuni. Aamin..
Wassalamu'alaikum...

Friday, September 28, 2012

Fungsi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

logo perpustakaan, logo library, fungsi bahasa
Logo-Library
Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Setelah kita membahas perjalanan kurikulum di Indonesia dan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia, kali ini saya ingin mengajak anda untuk mengenal fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tentu ada alasan mengapa mata pelajaran Bahasa Indonesia harus kita pelajari dan kuasai. Namun saya yakin masih banyak diantara kita yang belum mengetahui atau menyadari bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia mempunyai manfaat bagi kehidupan.

Nah apa sih manfaat atau fungsi bahasa Indonesia tersebut?
  1. Kurikulum Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
    Kurikulum yang dipakai saat ini, mengacu pada Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Mata pelajaran Bahasa Indonesia diberikan di semua jenjang pendidikan formal. Jadi diperlukan Standar Kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia yang memadai dan efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu dan alat pemersatu bangsa.
    Daerah/ sekolah dapat secara efektif menjabarkan Standar Kompetensi sesuai dengan kebutuhan. Tatat Hartati (2006: 74), menjelaskan Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Oleh karena itu belajar Bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia.
    Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia memberikan akses pada situasi lokal dan global yang menekankan keterbukaan, kemasa depanan, kesejagatan. Siswa menjadi terbuka terhadap beragam informasi dan dapat menyaring yang berguna, belajar menjadi diri sendiri, dan menyadari akan eksistensi budayanya sehingga tidak tercabut dari lingkungannya.
    Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia mengupayakan siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, minat serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya bangsa sendiri. Pada sisi lain pemerintah atau daerah dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia.
  2. Fungsi Mata pelajaran Bahasa Indonesia Tatat Hartati (2006: 75), menjelaskan tentang fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia. Standar Kompetensi ini disiapkan dengan mempertimbangkan kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual produk budaya yang berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut:
    1. Sarana pembinaan kesatuan dan kesatuan bangsa
    2. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya
    3. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
    4. Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik untuk keperluan menyangkut berbagai masalah
    5. Sarana pengembangan penalaran
    6. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusastraan Indonesia.
Dengan mengetahui fungsi bahasa Indonesia, tentu kita akan selalu berusaha untuk mempelajari dan menguasai bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh. Sebab dengan demikian secara tidak langsung kita telah berusaha untuk membina persatuan dan kesatuan bangsa, serta melestarikan budaya bangsa.

Wassalamu'alaikum...

Daftar Pustaka :
Hartati, Tatat. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas Rendah. Bandung. UPI.

    Thursday, September 27, 2012

    Pembelajaran yang Efektif

    Assalamu'alaikum...
    Mayasa©. Pembelajaran adalah proses membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, yang merupakan faktor utama penentu keberhasilan pendidikan (TIM, 2007: 6).

    Sedangkan efektif adalah suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. (http://aguswibisono.com/2010/efektif-dan-efisien/).

    Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif adalah suatu usaha yang dilakukan guru untuk membelajarkan siswa dengan mempertimbangkan pemilihan metode, materi, sumber belajar, kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai sesuai sasaran.

    Pembelajaran yang efektif berkaitan dengan pertanyaan “sejauh mana proses belajar yang dijalankan mampu membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.

    Situasi belajar yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tersebut tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang seharusnya dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, hal yang krusial dari seorang guru adalah mempersiapkan dan merancang keaktifan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam tahapan ini, guru perlu bertanya kepada diri sendiri, apakah keaktifan yang dirancangnya dapat membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan atau sebaliknya tidak akan memberi dampak apa-apa bagi mereka.

    Itulah sefikit uraian mengenai pembelajaran yang efektif. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran insyaAlloh akan kita bahas pada artikel yang lain.
    jadi, sudahkah kita melaksanakan pembelajaran dengan efektif?

    Wassalamu'alaikum...

    Daftar Pustaka :
    1. Wibisono, Agus. 2010. Efektif dan Efisiensi. http://aguswibisono.com/2010/efektif-dan-efisien/

      Wednesday, September 26, 2012

      Tujuan Bahasa Indonesia dan Metode pembelajaran Bahasa Indonesia

      Membaca: Langkah memperluas wawasan
      Assalamu'alaikum...
      Mayasa©. Belum banyak atau mungkin belum ada guru yang menjelaskan tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia kepada siswa. Bahkan fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia-pun jarang disampaiakan kepada siswa. Yang akhirnya siswa mempelajari mata pelajaran tersebut tanpa tahu apa manfaat dan tujuan menguasainya. 

      Dari latar belakang tersebut, maka saya ingin menyampaikan tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia sehingga siswa lebih mempunyai greget dalam upaya menguasai materi yang dipelajari. 

      Selain itu pada kesempatan kali ini saya juga ingin menguraikan sedikit mengenai beberapa metode pembelajaran yang dapat dijadikan pilihan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada khususnya.
      1. Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
      2. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar memiliki tujuan untuk mencapai kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia menurut tim penyusun KTSP (2007:54) untuk satuan Pendidikan dasar SD/ MI adalah:
        1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis.
        2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara
        3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
        4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan social.
        5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
        6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia
        Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara lisan dan tertulis, dapat meningkatkan kemampuan intelektual yang dimilikinya serta menghargai Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional Indonesia serta untuk meningkatkan karakter siswa.
      3. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia
      4. Terdapat berbagai metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain adalah:
        1. Debat:
          Menurut Yeti Mulyati dkk (2007:3.6), menjelaskan debat adalah suatu prose komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus mempertahankan pendapat.
        2. Diskusi:
          Menurut Nio (dalam Yeti Mulyati dkk, 2007: 3.14) menjelaskan diskusi adalah proses pelibatan dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tukar menukar informasi untuk memecahkan masalah.
        3. Bermain peran:
          Menurut Novi Resmini (2006: 213) dalam bermain peran siswa bertindak, berlaku dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dalam segi bahasa, berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa.
        4. Problem Based Learning:
          Menurut Wina Sanjaya (2008: 214) mengemukakan metode PBL adalah aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia metode pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan berbicara karena apabila siswa diberi permasalahan faktual maka siswa secara aktif dapat berpikir untuk memecahkan permasalahan tersebut serta dapat mengungkapkan ide maupun gagasan kepada orang lain. Melalui berbicara dimuka umum, siswa dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dengan orang lain serta dapat melatih keberanian.
      Bagaimana, sudah menentukan metode pembelajaran yang akan anda gunakan hari ini?
      Wassalamu'alaikum...

      Daftar Pustaka :
      1. ____ 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Untuk Satuan Pendidikan Dasar SD/MI. Jakarta: Bp. Cipta Jaya.
      2. Mulyati, Yeti. 2007. Materi Pokok Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta. UT.
      3. Resmini, Novi. 2006. Bahan Belajar Mandiri: Pembinaan dan Pengembangan Pembalajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Pers.
      4. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cetakan ke 5. Jakarta: Prenada Media Group.

      Tuesday, September 25, 2012

      Langkah-langkah Pembelajaran Reciprocal Teaching

      Reciprocal teaching, Student centered
      Kelompok belajar
      Assalamu'alaikum...
      Mayasa©. Untuk memudahkan anda dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan model reciprocal teaching, kali ini akan saya share mengenai langkah-langkah pembelajarannya. Hal ini sekaligus melengkapi uraian mengenai pengertian reciprocal teaching serta kelebihan dan kekurangannya yang telah saya sampaikan sebelumnya.
      1. Langkah-langkah Reciprocal Teaching Model
      2. Pada prinsipnya Reciprocal Teaching Model hampir sama dengan tutor sebaya yaitu mengajarkan materi tersebut. Adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:
        1. Guru menyiapkan materi yang akan dikenai Reciprocal Teaching Model. Materi tersebut diinformasikan kepada siswa.
        2. Siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri di rumah.
        3. Guru menunjuk salah satu kelompok untuk menyajikan materi tersebut di depan kelas, lengkap dengan alat peraga yang mungkin diperlukan.
        4. Dengan metode Tanya jawab, guru mengungkapkan kembali secara singkat untuk melihat tingkat pemahaman para siswa.
          Guru dapat menggiring pertanyaan para siswa agar siswa yang ditunjuk mengajar dapat menjawab pertanyaan dari temannya. Guru tetap sebagai nara sumber utama.
        5. Guru melatih siswa mengerjakan soal (pendalaman materi).
        6. Guru memberikan tugas rumah sebagai bentuk latihan rutin.
        Menurut Paulina Pannen (dalam Amin Suyitno, 2004: 36), melalui model pembelajaran berbalik ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemauan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan kemampuannya sendiri dan guru cukup berperan sebagai fasilitator, mediator dan manager dari proses pembelajaran. Reciprocal Teaching Model merupakan salah satu model pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran tercapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan siswa mampu menyajikan di depan kelas. Yang diharapkan tujuan pembelajaran tersebut tercapai dan kemampuan siswa dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan.
      1. Pengaruh Reciprocal Teaching
      2. Menurut Muslimin Ibrahim (2007: 5) pengaruh pembelajaran berbalik terhadap hasil belajar sangat beragam antara lain mempengaruhi ketrampilan komunikasi, motivasi, prestasi belajar, dan hasil belajar kognitif. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
        1. Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap ketrampilan komunikasi.
          Berdasarkan pada ketrampilan yang dilatihkan dan bentuk- bentuk aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama kegiatan belajar maka Reciprocal Teaching Model berdampak positif terhadap kemampuan komunikasi siswa, karena selama pembelajaran siswa mengajukan pertanyaan, mengomentari jawaban teman yang lain.
        2. Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap motivasi siswa.
          Menurut teori ARCS (Attention, Relevance, Confidence, and Satisfaction), siswa akan termotivasi jika apa yang dipelajarinya menarik perhatiannya, relevan dengan kebutuhan siswa, apa yang mereka pelajari membuat mereka puas dan menambah percaya dirinya. Dalam kegiatan pembelajaran siswa aktif mencari tahu informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaannya sendiri sehingga relevan dengan kebutuhan mereka sendiri. Hal ini meningkatkan motivasi siswa.
        3. Pengaruh Reciprocal Teaching terhadap hasil belajar kognitif.
          Selama KBM siswa membuat rangkuman jadi dilatih untuk menemukan ide pokok di dalam bahan bacaan dan ini merupakan ketrampilan yang penting untuk belajar.
          Misalnya pada penelitian yang dilakukan oleh Rohmat Waluyono (2003) menyebutkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Reciprocal teaching Model, kemampuan siswa dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan dan hasil belajar siswa dapat meningkat.
          Penelitian yang dilakukan oleh Elly Iiswati (2004) menyimpulkan bahwa penggunaan Reciprocal Teaching Model dapat meningkatkan hasil belajar siswa di samping peran serta guru dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh. Guru sangat berperan serta dalam memberikan pengarahan, pemahaman siswa tentang materi, motivasi sangat diperlukan siswa dalam Reciprocal Teaching.
        Selanjutnya Paul B. Diedrich (dalam Rusyan, 1989: 138) menjelaskan bahwa aktifitas aktifitas belajar mandiri dapat meliputi hal – hal berikut:
        1. Visual Activities, seperti memiliki kemampuan seperti membaca, memperhatikan gambar, mengamati pekerjaan orang lain, dan sebagainya.
        2. Oral activities, seperti memiliki kemampuan menyatakan, merumuskan, membuat pertanyaan dan sebagainya.
        3. Listening avtivities, siswa memiliki kemampuan seperti mendengarkan uraian, diskusi dan sebagainya.
        4. Writing activities, aktivitas siswa seperti menulis soal, menyusun laporan dan sebagainya.
        5. Drawing activities, adalah kegiatan seperti melukis, menggambar, membuat grafik dan sebagainya.
        6. Motor activities, yakni aktivitas seperti melakukan percobaan membuat model / konstruksi dan sebagainya.
        7. Emotional activities, merupakan kegiatan seperti menaruh minat, memiliki ketenangan dan sebagainya.
      Pada dasarnya Reciprocal Teaching menekankan pada kerjasama siswa dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya.

      Salah satu dasar dari Reciprocal Teaching ini adalah teori Vygotsky yaitu dialog dalam suatu interaksi sosial sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut beliau berpikir keras dan mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses klarifikasi dan revisi dalam berpikir pada saat belajar.

      Dari beberapa sumber yang saya dapatkan, dalam pelaksanaan awalnya guru menjadi leader atau contoh dalam mempraktekkan keempat strategi yang diuraikan sebelumnya. Kemudian siswa diminta untuk melakukannya bersama teman-teman dalam suatu kelompok yang tidak kurang dari 4 orang dan tidak lebih dari 6 siswa.

      Sehingga jelas dalam pelaksanaannya model ini tidak lepas dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Selain itu, yang perlu ditekankan adalah pendekatan dialogis dalam pembelajaran baik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati. Pada prosesnya, mungkin saja siswa-siswa yang memiliki kecenderungan diam, guru harus melakukan teknik scaffolding untuk membangkitkan keaktifan siswa.


      Bagaimana, Tertarik mencoba model pembelajaran tersebut?
      Harus donk, demi perkembangan dan kemajuan siswa-siswi kita.
      Wassalamu'alaikum..

      Daftar Pustaka : 
      • Muslimin Ibrahim, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya: University Press. 
      • Rusyan, TA, 1989. Pendekatan dalam Proses belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. 
      • Suyitno, Amin dkk. 2001. Dasar - dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I (Diktat). Semarang: Jurusan Matematika FMIPA, IKIP Semarang.

      Monday, September 24, 2012

      Indikator dan Faktor-faktor Keaktifan Belajar

      Assalamu'alaikum...
      Mayasa©. Pada artikel yang lalu telah saya uraikan mengenai hakikat keaktifan belajar. Namun pada artikel tersebut belum saya uraikan faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar dan indikator dari keaktifan belajar tersebut.

      Karena itulah maka kali ini saya ingin melengkapi pembahasan keaktifan belajar tersebut melalui sedikit uraian berikut.
      1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar
        Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dirangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis dan serta dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

        Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007:84) faktor-faktor tersebut diantaranya :
        1. Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
        2. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).
        3. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.
        4. Memberikan stimulus (masalah,topik dan konsep yang akan dipelajari).
        5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.
        6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
        7. Memberi umpan balik (feed back)
        8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampua siswa selalu terpantau dan terukur.
        9. Menyimpulkan setiap materiyang disampaikan di akhir pelajaran.

      2. Indikator keaktifan belajar siswa
        Menurut Erna (dalam http://ardhana12.wordpress.com/2009/01/20/indikator-keaktifan-siswa-yang-dapat-dijadikan-penilaian-dalam-ptk-2/) keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari:
        1. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru
        2. Kerjasamanya dalam kelompok
        3. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli
        4. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal
        5. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok
        6. Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat
        7. Memberi gagasan yang cemerlang
        8. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang
        9. Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain
        10. Memanfaatkan potensi anggota kelompok
        11. Saling membantu dan menyelesaikan masalah

        Sedangkan Paul D. Deirich (dalam Hamalik, 2007) menyatakan bahwa indikator keaktifan belajar siswa berdasarkan jenis aktivitasnya dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:
        1. Kegiatan visual (visual activities), yaitu membaca, memperhatikan gambar, mengamati demonstrasi atau mengamati pekerjaan orang lain.
        2. Kegiatan lisan (oral activities), yaitu kemampuan menyatakan, merumuskan, diskusi, bertanya atau interupsi.
        3. Kegiatan mendengarkan (listening activities), yaitu mendengarkan penyajian bahan, diskusi atau mendengarkan percakapan.
        4. Kegiatan menulis (writing activities), yaitu menulis cerita, mengerjakan soal, menyusun laporan atau mengisi angket.
        5. Kegiatan menggambar (drawing activities), yaitu melukis, membuat grafik, pola, atau gambar.
        6. Kegiatan emosional (emotional activities), yaitu menaruh minat, memiliki kesenangan atau berani.
        7. Kegiatan motorik (motor activities), yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat atau membuat model.
        8. Kegiatan mental, yaitu mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan-hubungan atau membuat keputusan.
        Melalui indikator aktivitas belajar tersebut, guru dapat menilai apakah siswa telah melakukan aktivitas belajar yang diharapkan atau tidak. 
      Semoga bermanfaat.
      Wassalamu'alaikum...

      Daftar Pustaka :
      1. Erna, 2009. Indikator Keaktifan Siswa. http://ardhana12.wordpress.com/2009/01/20/indikator-keaktifan-siswa-yang-dapat-dijadikan-penilaian-dalam-ptk-2/
      2. Martinis Yamin, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta. Gaung Persada Press dan Center for Learning Innovation (CLI).

      Sunday, September 23, 2012

      Macam-macam Model Desain (Rancangan)
      Pembelajaran

      Assalamu'alaikum...
      Unsur desain Pembelajaran
      Mayasa©. Artikel ini merupakan salah satu tugas makul Etika Profesi yang diampu oleh pak Suwarno. Beliau menugaskan kami untuk meresume beberapa model desain pembelajaran meliputi langkah-langkah dan kekurangan kelebihan masing-masing desain tersebut. Serta kami harus memilih salah satu model desain yang paling baik (menurut kami). Jadi inilah resume yang saya buat dan pilihan desain pembelajaran yang paling tepat menurut saya.

      Dalam wikipedia disebutkan bahwa desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi. Sebagai suatu disiplin, desain pembelajaran secara historis dan tradisional berakar pada psikologi kognitif dan perilaku.

      Sumber lain mengatakan bahwa desain Pembelajaran adalah tata cara yang dipakai untuk melaksanakan proses pembelajaran. Desain pembelajaran terdiri dari empat (4) unsur yang saling terkait, yaitu siswa, tujuan, metode, dan evaluasi. Hubungan keempat unsur tersebut akan kita bahas pada lain waktu.

      Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang diantaranya adalah :

      A. Model Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional
      Lima langkah pokok pengembangannya, yaitu :
      1. Merumuskan tujuan intruksional khusus dengan Kriteria : menggunakan istilah operasional; berbentuk hasil belajar dan berbentuk tingkah laku yang terukur
      2. Mengembangkan alat evaluasi
      3. Menentukan KBM
      4. Merencanakan program : merumuskan materi, metode, alat dan jadwal
      5. Melaksanakan program : pretest, penyampaian materi, post test dan remedial
      Kelebihan :
      1. Penyampaian materi bisa disesuaikan dengan kemampuan awal siswa
      2. Adanya post test yang bisa mengukur daya tangkap dan sejauh mana konsentrasi siswa
      3. Adanya perbaikan untuk siswa yang mendapat nilai buruk
      4. Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan system pembelajaran
      Kekurangan :
      1. Alokasi waktu untuk penyampaian materi terkurangi untuk pre test dan post test
      2. Pendidik harus menyiapkan soal untuk pre test dan post test

      B. Model kemp
      Merupakan jawaban dari pertanyaan :
      1. Apa yang harus dipelajari (tujuan)
      2. Prosedur dan sumber-sumber apa yang sesuai untuk mencapai tujuan (kegiatan dan sumber)
      3. Bagaimana kita tahu bahwa tujuan telah tercapai (evaluasi)
      Perencanaannya adalah sebagai berikut :
      1. Tentukan tujuan, daftar topic, rumusan tujuan umum dari setiap objek
      2. Daftarlah karakteristik siswa
      3. Rumuskan tujuan intruksional khusus
      4. Daftarlah isi materi yang menunjang tujuan
      5. Kembangkan pretes untuk mengetahui latar belakang pengetahuan siswa
      6. Seleksi kegiatan belajar mengajar dan sumber Pendidikan
      7. Koordinasi sarana yang mendukung
      8. Evaluasi hasil belajar
      Kelebihan :
      1. Segala kegiatan telah terpeinci
      2. Dalam penyampaian materi akan bisa disesuaikan dengan kemampuan siswa karena adanya pre test
      Kekurangan :
      1. Membutuhkan waktu yang lama dalam perencanaan
      2. Waktu untuk penyampaian materi berkurang untuk pemberian pre test

      C. Model Kegiatan belajar mengajar (Classroom oriented)
      Model Kegiatan belajar mengajar memandu seorang instruktur dalam mengelola atau menciptakan interaksi belajar mengajar yang tepat. Model ini memiliki ciri-ciri :
      1. Relatif lebih banyak komponennya
      2. Tidak jarang aspek perbaikan juga dicantumkan di dalamnya
      3. Sangat memperhatikan Peserta Didik
      4. Mengisyaratkan adanya aspek pengelolaan kelas
      5. Menyiratkan peran Pendidik dalam menyampaikan materi
      6. Dapat diterapkan oleh instruktur sendiri tanpa tim khusus.
      7. Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu
      Dalam model berorientasi kelas ini juga terdapat kelebihan dan kekurangannya, yaitu :
      Kelebihannya:
      1. Pendidik sendiri yang terjun langsung dalam mengelelola, menciptakan situasi dan kondisi, memilih sesuai fungsi jadi Pendidik harus kreatif dalam mengelola dan menciptakan segala sesuatunya tetapi sebelum diterapkan, Pendidik harus mengamati Peserta didik (karakteristik).
      2. Ada aspek perbaikan & tes-tes formatif di dalamnya dengan pelatihan yang dilakukan berulang-ulang
      3. Terdapat penentuan strategi, sistem penyampaian, rumusan tujuan, analisis , bahkan penilaian dan pengaturan dalam grup (kelompok) di dalam kelas.
      4. Peserta didik dapat langsung mengatur susunan belajar mandiri di dalam kelas
      5. Pendidik sendiri yang mengajar langsung tanpa tim khusus.
      Kekurangannya:
      1. Terkadang tidak semua komponen desain pembelajaran termasuk di dalamnya
      2. beberapa aspek yang dapat berdampak terhadap proses belajar tidak dapat terdeteksi, sehingga tidak dapat di perbaiki dimana aspek yang terdapat kekurangan .
      3. Tidak dapat mencakup suatu mata pelajaran tertentu sehingga model KBM diterapkan di seluruh mata pelajaran yang ada.

      D. Model Berorientasi Sistem (System Oriented)
      Model desain pembelajaran berbasis sistem merupakan desain pembelajaran yang mengembangkan teori sistem atau pendekatan sistem dalam pelaksanaannya. Alur pelaksanan model berbasis sistem ini harus berlangsung secara berurutan. Jika langkah pertama belum dilaksanakan, maka langkah selanjutnya belum dapat dilaksanakan. Contoh model pembelajaran yang berbasis sistem adalah Model Rothwell & Kazanas (1994).
      Komponen-komponennya:
      1. Melaksanakan Analisis Kebutuhan dengan menganalisi kebutuhan peserta didik, maka Pendidik dapat mengetahui apa saja yang dibutuhkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
      2. Menelusuri Karakteristik Peserta didik. Karakteristik peserta didik meliputi kompetensi awal, kemampuan atau bakat, dan gaya belajar peserta didik, sehingga dapat menentukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik peserts didik.
      3. Menganalisis Lingkungan Bekerja. Menyesuaikan peserta belajar sehingga sesuai dengan metode yang digunakan dan media apa yang diperlukan agar kondisi belajar menjadi kondusif.
      4. Melakukan Analisis Pekerjaan dan Materi. Pendidik menganalisis materi agar sesuai dengan pokok bahasan atau topik.
      5. Merumuskan tujuan kinerja (pembelajaran). Tujuan pembelajaran haruslah dirumuskan agar Pendidik mengetahui langkah dan strategi apa saja yang harus dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
      6. Mengembangkan Pengukuran Kinerja. Pendidik dituntut harus lebih kreatif dalam mengembangkan pembelajaran agar proses belajar mengajar tidak membosankan dan materi yang diajarkan akan l;ebih mudah dipahami.
      7. Menyusun Urutan Tujuan Kinerja. Menyusun tujuan kinerja agar semua langkah dan strategi yang dijalankan dapat berjalan secara sistematis.
      8. Menentukan Strategi Pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik, diperlukan strategi pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
      9. Mendesain Materi (Bahan) Pembelajaran. Materi (bahan) pembelajaran didesain sesuai dengan kebutuhan siswa dan sesuai dengan pokok bahasan atau topik.
      10. Mengevaluasi Pembelajaran. Evaluasi pembelajarandiadakan bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik atas materi yang telah diberikan.
      Kelebihan model Berorientasi Sistem adalah:
      1. Komponen tersusun secara rinci dan sistematis dengan memperhatikan detail-detail dalam setiap komponennya.
      2. Analisis akan kebutuhan menjadi suatu nilai tambah, dimana model ini akan memperhatikan tuntutan yang ada dimasyarakat.
      3. Terdapat pemisahan antara penilaian proses belajar dengan penilaian terhadap program pembelajaran.
      Kelemahannya model Berorientasi Sistem adalah:
      1. Model ini memerlukan waktu yang cukup lama dalam perumusan tahapan demi tahapannya.
      2. Sangat kompleks dan penuh detail-detail yang membuat model ini kurang diminati pendidik pada umumnya, namun sangat tepat digunakan oleh para ahli pembelajaran.
      3. Memerlukan ketelitian dan tingkat analisis yang baik, agar terhindar dari kesalahan-kesalahan fatal yang mungkin terjadi.
      4. Model ini lebih tepat digunakan untuk program pelatihan di suatu organisasi. Karena pada model ini, program yang dirancang akan benar-benar mengupayakan proses belajar yang optimal, efektif, dan efisien.

      E. Model Program
      Model Program merupakan model berorientasi kelas (classroom oriented) yang merupakan modifikasi dari model ASSURE. Komponen-komponen yang ada dalam model program antara lain ;
      1. P : Pantau Peserta didik
        Menganalisis Peserta Didik demi mewujudkan proses belajar, semua bentuk model, produk, desain pembelajaran ditujukan pada Peserta Didik, oleh karena itu menganalisis Peserta Didik penting dilakukan.
        Dalam menganalisis Peserta Didik harus berdasarkan:
        1. Latar Belakang Sosial Budaya; kemampuan atau ciri umum yang terkait dengan konteks materi.
        2. Kompetensi Awal; Kempampuan intelektual yang menjadi modal dasar Peserta Didik untuk menguasai materi ajar.
        3. Gaya Belajar; berkaitan dengan persepsi dan indera Peserta Didik seperti, gaya belajar audio, visual atau audiovisual.
      2. R : Rumusan Tujuan Pembelajaran
        Rumusan tujuan pembelajaran haruslah jelas dan lengkap. Rumusan tujuan pembelajaran harus memperhatikan untuk siapa tujuan ini ditujukan, bagaimana perilaku si belajar, seperti apa strategi yang kita gunakan agar sesuai dengan situasi, kondisi, atau lingkungan. Pengguanaan media dan metode serta sumber belajar menjadi bagian dari kondisi belajar ini dan prasyaratan apa yang dapat mengukur ketercapaian kompetensi.
      3. O : Olah Isi atau Mata Ajar
        1. Melakukan Analisis Terhadap Pokok Bahasan dengan mengkategorikan ragam Pengetahuan.
        2. Apakah materi yang diajarakan sesuai dengan pokok bahasan atau materi.
        3. Menyiapaan alternatif penyajian materi apabila dalam penyajian awal mengalami hambatan.
      4. G : Gunakan Media, Sumber Belajar, dan Metode yang Sesuai
        1. Memilih format media dan sumber belajar yang disesuaikan dengan pokok bahasan atau topic
        2. Media yang digunakan sesuai dengan pokok bahasan atau topik: misalnya menjelaskan tentang suatu teori, dilakkan dengan metode ceramah dan media yang digunakan bisa dengan LCD atau transparansi (OHP)
      5. R : Renungkan Sejenak
        1. Refleksi diri adalah upaya untuk melakukan perbaikan atas apa yang telah dikerjakan berdasarkan masukan dari peserta didik dan mitra Pendidik.
        2. Membuat catatan tentang kesulitan atau hambatan dalam proses belajar mengajar.
        3. Menjawab pertanyaan seperti: apakah siswa tertarik? Bagaimana membuata siswa tertarik? Berapa lama waktu yang diperlukan oleh siswa agar dapat mengerti, cukupkah?
        4. Diskusi dengan mitra Pendidik diskusi dengan seseorang yang ahli dan bertanya bagaimana cara penyajian materi yang baik dan sesuai dengan pokok bahasannya.
        5. Kiat 1 K 2 S siapkan
          • Kaji ulang bahan baku dengan membaca modul dan buku yang terkait dengan pokok bahasan.
          • Siapkan bahan ajar dan lingkungan
          • Siapkan peserta didik dan lingkungan
            Contoh poin 2 dan 3 ; penyajian dengan menggunakan LCD, Pendidik harus menyiapkan bahan ajar yang akan diajarkan. Pendidik harus menyiapakan alat atau media yang akan digunakan.
        6. A : Atur Kegiatan Peserta Didik
          Misalnya; jika belajar dengan membentuk kelompok, berikanlah siswa kesempatan untuk menyampaiakan hasil diskusi kelompok mereka agar dapat memperoleh masukan dari teman mereka dan dapat membahasnya bersama.
        7. M : Menilai dan memperbaiki
          1. Hasil belajar, Pendidik memberikan tes penguasaan materi berupa pilihan ganda dan essay mengenai pokok bahasan yang telah diajarkan dan memebuat pertanyaan untuk diskusi.
          2. Penilaian Porto polio, Pendidik meminta siswa untuk menyusun porto folio untuk setiap kegiatan praktikum yang telah dilakukan dengan kerja kelompok untuk diberikan komentar oleh Pendidik, Peserta Didik itu sendiri, dan teman Peserta Didik
          3. Penilaian KBM Penilaian KBM dilakukan agar KBM dapat berjalan efektif serta perbaiakan dapar segera dilakukan jika KBM menemui hambatan. Hasil penilaian didiskusikan dengan tutor dan pimpinan bimbingan belajar agar dapat memperbaikinya.
        Kelebihan :
        1. Sederhana, relatif mudah diterapkan
        2. Dapat dikembangkan sendiri oleh Pendidik atau instruktur karena sifatnya sederhana
        3. Komponen proses belajar mengajar lengkap bisaa terjadi di kelas
        4. Peserta Didik dapat melibatkan dalam persiapan proses belajar mengajar.
        Kekurangan:
        1. Tidak dapat mengatur dampak lain terhadap proses belajar karena tidak didukung oleh komponen suprasistem.
        2. Pekerjaan Pendidik atau instruktur relatif lebih banyak.
        3. Memerlukan upaya khusus yaitu mengarahkan Peserta Didik jika mereka dilibatkan dalam mendesain proses belajar mengajar.

        F. Model Assure (rowntree)
        Selain model desain pembelajaran yang dijabarkan di atas, terdapat pula suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yakni model ASSURE, yang merupakan:
        1. Analyze Learner (menganalisa Peserta Didik)
        2. State Objective (merumuskan tujuan pembelajaran atau kompetensi)
        3. Select Method, media, and materials (memilih metode, media dan bahan ajar)
        4. Utilize media and materials (menggunakan media dan bahan ajar)
        5. Require Learner participacion (mengembangkan peran serta Peserta Didik)
        6. Evaluate and Revise (menilai dan memperbaiki)
        Model ASSURE yang dicetuskan oleh Heinich, dkk 1980, dikembangkan oleh Smaldino hingga sekarang. Model ASSURE ini, berorentasi pada KBM.
        Strategi pembelajarannya melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta pembelajar di lingkungan belajar, ada 4 manfaat ASSURE, yaitu :
        1. Sederhana, mudah untuk diterapkan.
        2. Dapat dikembangkan sendiri oleh Pendidik.
        3. Komponen KBM lengkap.
        4. Peserta didik pun dilibatkan dlm persiapan untuk KBM.
        kelebihan dari model Assure adalah
        1. Lebih banyak komponennya dibandingkan dengan model materi ajar. Komponen tersebut di anatranya analisis Peserta didik, rumusan tujuan pembelajar, strategi pembelajar, sistem penyampaian, penilaian proses belajar dan penilaian belajar.
        2. sering di adakan remidial. selain itu model ini mengedepankan Peserta didik, ditinjau dari proses belajar, tipe belajar, kemampuan prasyarat.
        3. Di adakan pengelompokan-pengelompokan kecil seperti pengelompokan Peserta didik menjadi belajar mandiri dan belajar tim dll menyiratkan untuk para Pendidik untuk menyampaikan materi dan mengelola kegiatan kelas
        4. Model ini dapat diterapkan sendiri oleh Pendidik
        Kelemahan dari model Assure adalah
        1. Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu
        2. Walau komponen relatif banyak, namun tidak semua komponen desain pembelajaran termasuk di dalamnya.
        3. Model ini mengedepankan penyampaian materi dan pengelolaan kelas.
        4. Aspek lain yang berdampakterhadap proses belajar tidak dideteksi
        5. Model ini digunakan untuk memandu seseorang Pendidik bagaimana mengelola dan menciptakan interaksi belajar mengajar
        6. Untuk dapat memotivasi pembelajaran yang tepat
        7. Supaya Pendidik lebih kreatif dan kerja sama antar Pendidik dan siswa dapat dikembangkan dengan baik dengan model KBM ini.
        8. Dilihat dari sistem modelnya dari model-model yang lain. Menurut saya, model ASSURE ini simpel. Namun kegunaanya lebih condong untuk pembelajaran di lingkup sekolah.

        Dari uraian diatas, maka penulis cenderung memilih Model Kegiatan Belajar Mengajar (Classroom oriented) karena untuk melaksanakannya tidak memerlukan sebuah tim khusus sehingga seorang pendidik dapat langsung mempraktekannya. Selain itu, dengan adanya perbaikan yang rutin dilaksanakan, maka perkembangan peserta didik akan lebih terpantau. Adanya aspek pengelolaan kelas akan menciptakan suasana yang kondusif didalam ruang belajar yang imbasnya akan membuat peserta didik merasa nyaman untuk belajar. Meskipun ada beberapa kekurangan, namun secara umum model Kegiatan Belajar Mengajar ini sudah cukup bagus untuk diterapkan di SD.

        Nah, itulah resume yang saya buat serta pendapat saya mengenai desain yang paling tepat untuk diterapkan.
        Akhirkata semoga bermanfaat dan jika anda mempunyai pendapat atau pandangan lain, selahkan dishare lewat kolom komentar diblog ini.

        Wassalamu'alaikum...

        Saturday, September 22, 2012

        Kelebihan dan Kekurangan Reciprocal Teaching

        Assalamu'alaikum...

        Mayasa©. Menyambung artikel mengenai Model Pembelajaran Reciprocal Teaching yang lalu, kali ini saya ingin melengkapi uraian tersebut dengan membahas mengenai kelebihan dan kekurangan model pembelajaran reciprocal teaching.

        Langsung saja anda simak kelebihan kekurangan metode pembelajaran tersebut.
        1. Kelebihan Reciprocal Teaching Model
          Ann Brown (dalam Amin Suyitno dkk, 2004 : 68) berpendapat bahwa pada pembelajaran berbalik, para siswa diajarkan empat strategi pemahaman mandiri yang spesifik sebagai berikut: 
          1. Siswa mempelajari materi yang ditugaskan guru secara mandiri, selanjutnya merangkum atau meringkas materi tersebut. 
          2. Siswa membuat pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diringkasnya.
            Pertanyaan ini diharapkan mampu mengungkap penguasaan atas materi yang bersangkutan. 
          3. Siswa mampu menjelaskan kembali isi materi tersebut kepada pihak lain. 
          4. Siswa dapat memprediksi kemungkinan pengembangan materi yang dipelajarinya saat itu.
          Menurut Muslim, dkk (Hasanah, 2005:20), kelebihan metode pembelajaran reciprocal teaching adalah sebagai berikut:
          1. Melatih kemampuan siswa dalam belajar mandiri. 
          2. Melatih kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, ide dan gagasan. 
          3. Meningkatkan kemampuan bernalar siswa.
          4. Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep dan pemecahan masalah.

        2. Kekurangan Reciprocal Teaching Model
          Adapun kelemahan pada model Reciprocal teahing ialah terletak pada siswa dengan kesulitan dekoding atau merangkai kata-kata (Hashey, et al, 2003) dalam (Foster dan Becky , 2009) mengungkapkan kelemahan model Reciprocal Teaching adalah terletak pada siswa yang tidak dapat membaca sandi atau menghancurkan kata-kata ke dalam fonem dan kemudian perpaduan mereka cukup hanya untuk mengenali dan mengatakan sebagian besar kata dalam keseluruhan bacaan dengan benar, dan mereka merasa tidak nyaman atau malu ketika bekerja dalam kelompok yang terlibat dalam proses pembelajaran.

          Dengan demikian maka pada kegiatan tanya jawab hanya akan dikuasai oleh siswa yang berani mengungkapkan pendapat saja sedangkan siswa yang pasif akan cenderung diam.
        Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa Reciprocal teaching mampu membimbing siswa agar mandiri dalam menyelesaikan tugasnya. Selain itu, siswa akan terlatih untuk menyampaikan ide maupun pendapatnya kepada orang lain. Dengan adanya kegiatan membaca dan meringkas akan membuat siswa menjadi lebih memahami materi yang dipelajari.
        Namun permasalahan yang seringkali timbul adalah keaktifan siswa, baik bertanya maupun berpendapat lebih didominasi siswa yang percaya diri. Sedang yang kurang percaya diri kurang mau aktif dalam menyampaikan pendapat maupun idenya. Dan itu adalah PR yang harus dijawab oleh kita jika ingin pembelajaran terlaksana dengan optimal.

        Meskipun mempunyai kelemahan, namun kelebihan yang ditawarkan reciprocal teaching cukup menarik untuk dilaksanakan.
        Semoga bermanfaat.
        Wassalamu'alaikum.. 

        Daftar Pustaka :
        1. Muslimin Ibrahim, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya: University Press.
        2. Rusyan, TA, 1989. Pendekatan dalam Proses belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.
        3. Suyitno, Amin dkk. 2001. Dasar - dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I (Diktat). Semarang: Jurusan Matematika FMIPA, IKIP Semarang.

        Friday, September 21, 2012

        Kelebihan Kekurangan metode Giving Question and Getting Answer

        Assalamu'alaikum..
        Mayasa©. Menyambung mengenai artikel tentang metode Giving Question and Getting Answer yang lalu, kali ini saya ingin melengkapinya dengan menguraikan kelebihan serta kekurangan metode tersebut. Seperti metode-metode pembelajaran yang lain metode Giving Question and Getting Answer memiliki beberapa elebihan, namun juga tidak lepas kekurangan. Nah apa saja kelebihan dan keurangan metode tersebut?
        Mari kita simak...

        A. Tujuan Penerapan Metode Giving Questions and Getting Answer
        giving question and getting answer, metode pembelajaran
        Get Your answer here
        Sebelum kita membahas kelebihan dan kekurangan metode giving question and getting answer, perlu kita ketahui dulu apa tujuan penerapan metode tersebut dalam pembelajaran. Penerapan metode giving questions and getting answer dalam suatu proses belajar mengajar bertujuan untuk:
        1. Mengecek pemahaman para siswa sebagai dasar perbaikan proses belajar mengajar.
        2. Membimbing usaha para siswa untuk memperoleh suatu keterampilan kognitif maupun sosial.
        3. Memberikan rasa senang pada siswa.
        4. Merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
        5. Memotivasi siswa agar terlibat dalam interaksi.
        6. Melatih kemampuan mengutarakan pendapat.
        7. Mencapai tujuan belajar.
        B. Kelebihan dan Kekurangan Metode Giving Question and Getting Answer
        Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode giving questions and getting answer.
        Adapun kelebihan penerapan metode giving questions and getting answer diantaranya adalah :
        1. Susunan lebih menjadi aktif;
        2. Anak mendapat kesempatan baik secara individu maupun kelompok untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti;
        3. Guru dapat mengetahui penguasaan anak terhadap materi yang disampaikan;
        4. Mendorong anak untuk berani mengajukan pendapatnya.
        Sedangkan kelemahan penerapan metode giving questions and getting answer adalah :
        1. Pertanyaan pada hakekatnya sifatnya hanya hafalan;
        2. Proses tanya jawab yang berlangsung secara terus menerus berpotensi menyimpang dari pokok bahasan yang sedang dipelajari;
        3. Guru tidak mengetahui secara pasti apakah anak yang tidak mengajukan pertanyaan ataupun menjawab telah memahami dan menguasai materi yang telah diberikan. (www.sejarahklasik.blogspot.com)
        Nah itulah sedikit uraian mengenai tujuan serta kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran giving question and getting answer. Menurut saya kekurangan metode tersebut tidak terlalu buruk, sebab poin 1 & 2 justru akan meningkatkan perbendaharaan materi siswa. Yang tentunya semakin lama siswa akan mampu membuat pertanyaan yang berkualitas.
        Hanya pada poin ketiga yang patut menjadi fokus, sebab diharapkan kemampuan setiap siswa mampu berkembang secara optimal.

        Semoga bermanfaat, wassalamu'alaikum...

        Thursday, September 20, 2012

        Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP

        rpp, rencana pelaksanaan pembelajaran, prinsip menyusun RPP, komponen rpp
        Asslamu'alaikum...
        Mayasa©. Setelah kita ketahui komponen-komponen RPP serta langkah mudah untuk menyusun RPP, kali ini saya ingin menambahkan sedikit uraian tentang prinsip-prinsip apa saja yang harus kita perhatikan saat menyusun RPP. Sebab kita tidak boleh sembarangan dalam menyusun RPP, namun ada pakem tertentu yang penting untuk kita perhatikan. Nah prinsip apa saja yang harus kita perhatikan?
        Jawabannya ada pada uraian berikut ini.

        Telah saya sampaikan diatas bahwa penyusunan dan pengembangan RPP tidak boleh dilakukan secara sembarangan. Ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dan diikuti oleh guru saat akan menyusun dan mengembangkan RPP. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
        1. Memperhatikan perbedaan individu siswa
          RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan siswa.
        2. Mendorong partisipasi aktif siswa
          Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada siswa untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
        3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
          Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
        4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
          RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
        5. Keterkaitan dan keterpaduan
          RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
        6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
          RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
        Dengan memperhatikan prinsip-prinsip diatas, maka diharapkan RPP yang kita susun mampu mengembangkan potensi anak dengan optimal dan menyeluruh. Tentunya jika RPP tersebut benar-benar kita laksnanakan dengan tepat.

        Wassalamu'alaikum...

        Wednesday, September 19, 2012

        Penilaian Kemampuan Berbicara

        Assalamu'alaikum...
        Mayasa©. Penilaian merupakan cara untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran yang disampaikan. Ada banyak bentuk dan jenis penilaian. Semua tergantung pada aspek apa yang ingin diukur. Untuk mengetahui apa saja teknik, bentuk dan jenis penilaian tersebut anda dapat melihat pada artikel saya yang lalu. Untuk kali ini saya ingin share mengenai cara melakukan penilaian terhadap kemampuan berbicara siswa. Jika anda penasaran dan ingin tahu caranya, maka jangan tutup halaman ini.
        Let's check it out... 

        Pengajaran kemampuan berbicara merupakan salah satu kegiatan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang memerlukan penilaian tersendiri. Berikut ini terdapat beberapa hal mengenai kriteria penilaian dalam pengajaran kemampuan berbicara. Suhendar (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007: 64), mengemukakan bahwa dalam menilai kemampuan berbicara seseorang sekurang-kurangnya ada enam hal yang harus diperhatikan. Keenam hal tersebut adalah:
        1. Lafal
        2. Struktur bahasa
        3. Kosakata
        4. Kafasihan
        5. Isi pembicaraan
        6. Pemahaman
        Sapani (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007: 64), menyatakan bahwa penilaian kemampuan berbicara mencakup tiga aspek. Aspek tersebut yakni:
        1. Bahasa lisan yang digunakan, meliputi: lafal, intonasi, stuktur bahasa, gaya bahasa.
        2. Isi pembicaraan, meliputi: hubungan isi topik, struktur isi, kuantitas isi, serta kualitas isi.
        3. Teknik dan penampilan, meliputi: gerak-gerik, mimik, hubungan dengan pendengar, volume suara, dan jalannya pembicaraan.
          Dari kedua pendapat diatas, dapat dipahami bahwa pada prinsipnya penilaian kemampuan berbicara secara garis besar mencakup kedalam tiga aspek, yaitu: menyangkut bahasa yang dilisankan, isi pembicaraan, teknik dan penampilan.

          Kemudian dalam melaksanakan penilaian berkaitan dengan kemampuan berbicara, sebaiknya dilakukan dengan penilaian performa/ unjuk kerja. Dengan demikian guru harus menyiapkan check list berisi kriteria penilaian. Sehingga hasil yang ada merupakan gambaran riil kemampuan siswa.

          Semoga bermanfaat.
          Wassalamu'alaikum...

          Daftar Pustaka :
          Isah Cahyani dan Hodijah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. UPI Pers: Bandung.

          Tuesday, September 18, 2012

          Kemampuan Berbicara

          Assalamu'alaikum...
          Mayasa©. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional atau bahasa negara. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya (Depdiknas, 2004:2).

          Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia.

          Kali ini saya ingin menguraikan sedikit tentang kemampuan berbicara, setelah pada postingan sebelumnya saya telah menguraikan tetang hakikat berbicara. Jika anda ingin tahu mengenai kemampuan berbicara dan apa saja aspek-aspeknya, maka silahkan anda simak uraian berikut ini..

          1. Kemampuan Berbicara
          2. Menurut H. G Tarigan (dalam Maidar dan Mukti, 1988: 17), menyatakan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Pendengar menerima informasi dari rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka maka akan ditambah dengan mimik pembicara.

            Speaking
            atau kemampuan berbicara adalah tindakan untuk menghasilkan ujaran yang bertujuan untuk mengungkapkan pendapat, ide-ide atau keinginan dalam rangka mempertahankan hubungan sosial atau hanya sekedar untuk menyampaikan informasi. Kemampuan berbicara dalam hal ini dipandang bukan lagi sebagai ilmu melainkan lebih dipandang sebagai skill atau kemampuan karena memperolehnya perlu dipraktekkan atau digunakan. Hanya melalui praktik dan latihan berbicara secara memadai, kemampuan siswa dalam berbicara bisa meningkat. Mark D. Offner (dalam Djenar 2009:11).

            Kemampuan berbicara merupakan kemampuan diperoleh dari mempraktikkan dan latihan berbicara secara berkesinambungan agar kemampuan berbicara yang dimiliki semakin meningkat. Agar seseorang mampu berbicara dengan baik dan benar maka kemampuan berbicara yang dimiliki oleh seseorang maka perlu dilatih secara terus menerus. Dengan bertambahnya kemampuan berbicara yang dimiliki oleh seseorang maka akan mengembangkan kemampuan intelegensi dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menghadapi permasalahan yang terjadi.

            Djago Tarigan (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007:60), menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat besar. Pesan yang diterima oleh pendengar tidak dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa dalam bentuk semula. Dalam berbicara, pembicara harus paham tentang isi dari yang dibicarakan. Agar dapat menyampaikan pesan kepada orang lain dengan baik dan benar.

            Arsjad dan Mukti U.S (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007: 60), mengemukakan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dapat dipahami berbicara lebih dari sekedar mengucapkan bunyi atau kalimat saja, melainkan bahasa merupakan suatu alat untuk mengungkapkan gagasan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pendengar.

            Berdasarkan uraian di atas maka kemampuan berbicara adalah suatu kemampuan dalam hal mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan secara lisan agar apa yang diucapkan oleh pembicara dapat dipahami oleh pendengar. Kemampuan tersebut diperoleh dari praktik dan latihan secara terus menerus sehingga kemampuan berbicara yang dimiliki seseorang semakin meningkat.


          3. Aspek – Aspek Kemampuan Berbicara
          4. Mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdapat beberapa kemampuan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Kemampuan berbahasa tersebut adalah: kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, kemampuan membaca dan kemampuan menulis. Salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting adalah kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara memiliki beberapa aspek yang harus diperhatikan antara lain adalah faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan.

            Menurut Maidar dan Mukti (1988:87), “Keefektifan berbicara ditunjang oleh dua faktor yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan”.

            Faktor-faktor yang dinilai berdasarkan kedua faktor penunjang keefektifan berbicara adalah:
            1. Faktor Kebahasaan, yang mencakup :
              1. Pengucapan vocal
              2. Pengucapan konsonan
              3. Penempatan tekanan
              4. Penempatan persendian
              5. Penggunaan nada/ irama
              6. Pilihan kata
              7. Pilihan ungkapan
              8. Variasi kata
              9. Tata bentukan
              10. Struktur kalimat
              11. Ragam kalimat
            2. Faktor Non Kebahasaan, yang mencakup :
              1. Keberanian dan semangat
              2. Kelancaran
              3. Kenyaringan suara
              4. Pandangan mata
              5. Gerak-gerik dan mimik
              6. Keterbukaan
              7. Penalaran
              8. Penguasaan topik

            Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor dalam kemampuan berbicara terdiri dari faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan. Faktor kebahasaan antara lain adalah: pengucapan vokal, tekanan, intonasi, nada dan irama, pilihan kata dan sebagainya. Sedangkan untuk kemampuan non kebahasaan yang harus dikuasai adalah: keberanian, gerak gerik, pandangan mata, kenyaringan suara dan lain-lain. 

          Itulah sedikit uraian mengenai kemampuan berbicara. Untuk prosedur penilaian kemampuan berbicara akan kita bahas pada artikel selanjutnya.

          Semoga bermanfaat, wassalamu'alaikum...

          Daftar Pustaka :
          1. Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (CTL). Jakarta: Depdiknas Dirjen PDM Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
          2. Djenar. 2009. Hakikat kemampuan berbicara. http: // larungdjenar. blogspot. com/ 2009/ 11/ hakikat- kemampuan- berbicara. html diakses tanggal 20 oktober 2011.
          3. Isah Cahyani dan Hodijah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. UPI Pers: Bandung.
          4. Maidar dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

          Monday, September 17, 2012

          Peran Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

          peran guru, guru dalam pembelajaran, peran guru dalam pembelajaran
          Assalamu'alaikum...
          Mayasa©. Tidak dapat dipungkiri bahwa guru merupakan ujung tombak pendidikan yang mempunyai peran krusial demi berhasilnya suatu proses belajar mengajar. Namun dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, guru mempunyai peran khusus. Peran apakah itu, mari kita simak bersama...

          Sarwiji Suwandi (dalam Eka Ratnawati, 2010: 34) mengatakan sejumlah peranan penting yang diemban guru dalam upaya mengefektifkan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu:
          1. Guru berperan sebagai perencana pembelajaran yang efektif dan efisien, 
          2. Guru berperan sebagai fasilitator yang kreatif dan dinamis, 
          3. Guru berperan sebagai model, 
          4. Guru berperan sebagai motivator, 
          5. Guru berperan sebagai evaluator.
          Sedangkan Djago Tarigan dan HG. Tarigan (Main Sufanti, 2010: 5-6) menyebutkan bahwa peran guru meliputi informator (sumber informasi, penyampai informasi berupa ilmu dan pengetahuan umum), organisator (pengelola kegiatan belajar mengajar), konduktor (menjaga dan mengatur keserasian kegiatan proses belajar mengajar ke sasaran yang telah ditetapkan), katalisator (pengantar kegiatan kearah tujuan), pengarah (mengarahkan semua kegiatan proses belajar mengajar ke arah intruksional), inisiator (pengambil inisiatif pertama sehingga muncul gairah kerja), moderator (pengantar siswa kea rah masalah), transmitter (penyebar ide, ilmu, peraturan, kebijakan pimpinan, dan lain-lain), fasilitator (pemberi kemudahan belajar bagi siswa), dan evaluator (penilai kegiatan proses belajar mengajar teristimewa prestasi belajar siswa).

          UURI no. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 20 menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban;
          1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
          2. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
          3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status social ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
          4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
          5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
          Sedangkan menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih S (2003: 31-32), "kegiatan mengajar selalu menuntut kehadiran siswa, tanpa siswa dalam kelas maka guru tidak bisa mengajar”

          Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa peran dan kewajiban yang diemban guru tidaklah ringan. Sehingga agar dapat menjalankan peran dan kewajiban tersebut, guru perlu memiliki bekal kemampuan yang memadai.

          Wassalamu'alaikum...

          Daftar Pusaka :
          • Ibrahim, R dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
          • Ratnawati, Eka. 2010.  Peningkatan  Kemampuan   Berbicara   Melalui   Dongeng Dalam  Pembelajaran  Bahasa  Indonesia  Siswa  Kelas  I  Sekolah  Dasar Negeri  2  Bendosari  Kecamatan  Sawit  Kabupaten  Boyolali.  Surakarta: UNS.
          • Main Sufanti. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.