This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Saturday, November 10, 2012

Tipe-Tipe Kepemimpinan

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
tipe pemimpin, tipe kepemimpinan
Setiap dari kita adalah Pemimpin
Dalam realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya menunjukkan adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry  bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yang dikutip Maman Ukas (1999). Keenam tipe tersebut yaitu :
  1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership).
    Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
  2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership).
    Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
  3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership).
    Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
  4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership).
    Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
  5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership).
    Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
  6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership).
    Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas (1999) mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
  1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
  2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
  3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macam organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.

Wassalamu'alaikum....
Sumber :
Maman Ukas. 1999. Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Bandung : Ossa Promo.

Friday, November 09, 2012

Aktivitas Belajar Matematika

Assalamu'alaikum ....
Mayasa©. Melanjutkan pembahasan mengenai Matematika, jika sebelumnya saya sudah menguraian mengenai pengertian Matematika, hakikat Matematika, komunikasi Matematika dan indikator komunikasi Matematika. Maka kali ini saya akan menguraikan aktivitas belajar Matematika.
keaktifan belajar, aktivitas belajar, belajar aktif
Aktivitas Belajar
Seperti yang kita tahu bahwa umumnya dalam kegiatan belajar mengajar siswa diposisikan sebagai pendengar ceramah guru, sehingga proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa kurang bersemangat. Sikap siswa yang pasif tidak hanya pada mata pelajaran tertentu tetapi hampir terjadi pada semua mata pelajaran termasuk matematika. Padahal keaktifan siswa dalam mengkuti kegatan belajar mengajar mempunyai banyak manfaat bagi siswa.

A. Konsep Aktivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004: 17), aktivitas diartikan keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari Bahasa Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan. Di dalam belajar diperlukan aktivitas sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat yaitu berbuat untuk mengubah tingkah laku.Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan.

Trinandita (1984) menyatakan bahwa “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan iteraksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.


Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunakan aktivitas dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.


B. Konsep Aktivitas Belajar Matematika
Paul B. Diedirich (Rohani, 2004: 9) setelah mengadakan penyelidikan, menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain:
  1. Visual activities, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya.
  2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.
  3. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.
  4. Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya.
  5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.
  6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
  7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
  8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Aktivitas – aktivitas tersebut tidak terpisah satu sama lain. Misalnya dalam aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu, dan seterusnya. Sehingga pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan.

Dalam proses belajar mengajar matematika, guru harus dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika dalam berfikir maupun bertindak. Dengan aktivitas belajar matematika yang menyenangkan, kemungkinan pelajaran matematika akan lebih berkesan dan dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda, misalnya bertanya, mengerjakan tugas, presentasi, dan sebagainya.

Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika memiliki manfaat tertentu, antara lain: 1) siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, 2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, 3) memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok, 4) memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, 5) pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman.

Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika sendiri dapat disebabkan oleh media pembelajaran yang minim di dalam suatu kelas. Tidak adanya media pembelajaran yang menarik, seperti komputer, LCD juga akan berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam mempelajari suatu pelajaran. Di dalam kelas, guru menerangkan hanya memakai papan tulis saja sehingga siswa difungsikan untuk melihat dan mendengarkan ceramah guru, berakibat siswa tersebut akan bosan serta tidak adanya aktivitas siswa yang menyenangkan di dalam kelas.

Jadi mari kita aktifkan siswa terutama dalam pelajaran Matematika yang notabene menjadi momok bagi siswa. Sehingga kedepan Matematika tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran yang menakutkan.

Wassalamu'alaikum...

Sumber :
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Monday, November 05, 2012

Strategi Pembelajaran Aktif Index Card Match

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Index card match merupakan salah satu strategi pembelajaran yang saya sukai. Saat PPL saya juga pernah menerapkan index card match. Namun ada yang mengatakan index card match sebagai Make a Match. Terlepas dari itu semua, kali ini saya ingin mengajak anda untuk lebih jauh mengenal Index Card Match dan bagaimana pelaksanaannya dikelas.
index card match, make a match, pembelajaran aktif
Index card match

a. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Sedangkan material meliputi buku – buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, komputer. Prosedur meliputi jadwal, metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya (Hamalik: 2007: 57).

Pembelajaran atau pengajaran menurut Daeng (Uno, 2006: 134 – 135) adalah upaya untuk membelajarkan siswa secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.

Siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajara yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada ”Bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada ”Apa yang dipelajari siswa”. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaiman cara agar tujuan dapat tercapai (Uno, 2006: 135).

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar lebih baik. Proses pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa dengan mengembangkan metode yang tepat untuk mencapai hal pembelajaran yang diinginkan.

b. Konsep Strategi Pembelajaran Aktif Index Card Match
Menurut Zaini (2008: 32) menjelaskan bahwa index card match atau mencari pasangan adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun dapat diajarkan dengan strategi ini dengan catatan siswa diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

Adapun langkah–langkah pembelajaran index card match, yaitu:
  1. Membuat potongan – potongan kertas sejumlah siswa yang ada di dalam kelas.
  2. Bagi jumlah kertas – kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
  3. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
  4. Pada separuh kertas lain, tulis jawaban dari pertanyaan – pertanyaan yang telah dibuat tadi.
  5. Kocoklah semua kartu sehingga akan tercampur antara kartu soal dan kartu jawaban.
  6. Beri setiap siswa satu kertas atau kartu. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang akan dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
  7. Minta siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberi materi yang mereka dapatkan kepada teman lain.
  8. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan kertas kepada teman – teman yang lain. Selanjutya soal tersebut dijawab oleh pasangan – pasangan yang lain.
  9. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Tentunya sebagai strategi pembelajaran aktif, index card match juga mempunyai kelebihan. Kelebihan index card match antara lain:
  1. Siswa menerima satu kartu soal atau jawaban, namun melalui presentasi antar pasangan, siswa dapat mempelajari topik/konsep lainnya.
  2. Terjadi proses diskusi dan presentasi sehingga dapat lebih menguatkan konsep/topik yang hendak direview maupun topik baru yang baru dipelajari.
Adapun kelemahan index card match menurut saya adalah pengondisian siswa yang cukup sulit sebab begitu siswa diminta mencari pasangan dengan serta merta suasana akan menjadi hiruk pikuk. Jadi perlu usaha ekstra untuk mengondisikan siswa kembali.

Namun yang pasti, siswa akan merasa senang dan gembira dengan kegiatan belajar yang dilakukan. Selain itu, dengan mempresentasikan soal dan jawabannya mereka akan terlatih berbicara dimuka umum.

Wassalamu'alaikum....

Sumber :
  1. Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
  2. Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
  3. Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD-UIN Yogyakarta

Sunday, November 04, 2012

Modifikasi Jupiter Z1

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Kemunculan yamaha Jupiter Z1 beberapa waktu lalu cukup menghebohkan khalayak. Melanjutkan desain sporty yang beberapa tahun ini menjadi senjata pabrikan berlogo garputala tersebut untuk merebut pangsa pasar.

Namun desain yang sangat sporty tersebut ternyata masih belum dirasa memuaskan bagi beberapa pihak, nah demi mendapat desain yang sesuai keinginan maka para rider itupun berusaha memodifikasi Jupiter Z1 tersebut yang nota bene masih berumur jagung alias masih fresh from the oven.

Akhirnya saya menemukan hasil modifikasi motor tersebut sehingga aura sporty-nya semakin keluar. Seperti yang dilansir motorplus, maka kali ini akan saya tampilkan penampakan Jupiter Z1 yang telah dimodifikasi tersebut.

So, let's check it out bro...











Yang biru memang lebih frontal dan ekstrem dalam modifikasinya, namun yang putih juga tidak kalah keren untuk dicoba.

Sayang kelengkapan seperti spion dan lampu tidak terpasang semua, sehingga sepertinya tidak layak dikendarai dijalan raya kalau tidak ingin berurusan dengan mr. polis...

Rasanya harus nabung dulu neh, buat nge-modif tunggangan hehe....

Wassalamu'alaikum....

Pict : Motorplus-online dan tmcblog...

Saturday, November 03, 2012

Metode Pemecahan Masalah Sistematis (Systematic Approach to Problem Solving)

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru merupakan penentu dalam proses belajar mengajar. Apabila metode yang digunakan tersebut sesuai dengan materi yang akan diajarkan, maka pembelajaran akan menjadi menarik dan dapat memotivasi siswa untuk membangkitkan minat terhadap pelajaran tersebut. Namun sebaliknya, apabila suatu metode yang digunakan tersebut kurang sesuai dengan materi yang diajarkan, maka proses belajar mengajar tidak akan menarik dan membuat siswa bosan sehingga minat terhadap pelajaran tersebut menjadi rendah.
systematic problem solving, pemecaan masalah, bimbingan guru
Bimbingan Guru dalam kelas
Salah satu langkah dalam mengatasi kesulitan siswa adalah melalui penerapan metode pemecahan masalah sistematis. Melalui metode ini siswa akan dilatih untuk memecahkan masalah-masalah matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari secara sistematis yaitu melalui beberapa tahap pemecahan masalah. Dengan metode tersebut, siswa diajarkan untuk memecahkan masalahnya secara mandiri dengan bimbingan dari guru. Siswa juga dapat berdiskusi dengan teman-teman sekelasnya. Dalam pelaksanaan melalui metode ini siswa dibiasakan percaya pada diri sendiri untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

a. Pengertian Pemecahan Masalah Sistematis
Pemecahan masalah sistematis (Systematic Approach to Problem Solving) adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Secara operasional tahap-tahap pemecahan masalah sistematis terdiri atas empat tahap berikut :
  1. Memahami masalahnya
  2. Membuat rencana penyelesaian
  3. Melaksanakan rencana penyelesaian
  4. Memeriksa kembali, mengecek kembali
Penggunaan pemecahan masalah sistematis dalam menyelesaikan suatu masalah dilengkapi dengan Key Relation Chart (KR Chart), yaitu lembaran yang berisi catatan tentang persamaan, rumus, dan hukum dari materi yang dipelajari. KR Chart digunakan untuk memudahkan mengingat dan memunculkan kembali hubungan yang diperlukan untuk menyelesaikan latihan soal yang sedang dihadapi.

b. Tahapan Pemecahan Masalah Sistematis
Secara umum pemecahan masalah sistematis terdiri dari empat fase utama, yaitu analisis soal, perencanaan proses penyelesaian soal, operasi perhitungan, dan pengecekan jawaban serta interpretasi hasil. Secara garis besar pemecahan masalah sistematis dapat dilihat pada gambar berikut :
Systematic Problem Solving, Problem Solving
Systematic Problem Solving
Secara operasional tahap-tahap pemecahan masalah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Analisis Soal
    1. Tujuan :
      Memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang data yang diketahui dan besaran yang tidak diketahui (ditanyakan).
    2. Kegiatan Guru :
      Membimbing siswa secara bertahap untuk melakukan analisis soal.
    3. Kegiatan Siswa :
      • Membaca seluruh soal yang diberikan secara seksama.
      • Mentransformasi soal ke bentuk skema yang menggambarkan situasi soal.
      • Menulis besaran yang ditanyakan.
      • Memperkirakan jawaban (tanda, besaran, dan dimensi).
  2. Transformasi Soal
    1. Tujuan :
      Mengubah soal ke bentuk standar.
    2. Kegiatan Guru :
      Membimbing siswa melakukan transformasi soal.
    3. Kegiatan Siswa :
      • Mengecek apakah soalnya sudah berbentuk standar? Jika ya lanjutkan ke fase 3, jika tidak ikuti langkah selanjutnya.
      • Menulis rumus/ hubungan antar besaran yang akan digunakan.
      • Mengubah soal ke bentuk standar.
  3. Operasi Perhitungan
    1. Tujuan :
      Memperoleh jawaban soal.
    2. Kegiatan Guru :
      Membimbing siswa melakukan operasi hitungan.
    3. Kegiatan Siswa :
      • Mensubstitusikan data yang diketahui ke dalam bentuk standar yang telah diperoleh, kemudian melakukan perhitungan.
      • Mengecek apakah tanda dan satuan sudah sesuai.
  4. Pengecekan dan Interpretasi
    1. Tujuan :
      Mengecek apakah soal sudah diselesaikan dengan benar dan lengkap.
    2. Kegiatan Guru :
      Membimbing siswa melakukan pengecekan terhadap hasil penyelesaian soal.
    3. Kegiatan Siswa :
      • Mengecek jawaban dengan cara membandingkan dengan perkiraan jawaban yang dibuat pada fase 1.
      • Mengecek apakah jawaban sudah sesuai dengan yang ditanyakan.
      • Menelusuri kesalahan-kesalahan apa yang telah dilakukan. 
Itulah sedikit uraian tentang metode pemecaan masalah sistematis. Selanjutnya akan kita bahas mengenai tehnik yang efektif untuk memecahkan masalah secara bertingkat pada postingan yang lain.
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa dalam memecakan masalah kita perlu menentukan strategi dan langkah yang sistematis sehingga permasalahan menjadi mudah untuk diuraikan dan dipecahkan.

Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum...

Sumber :
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara

    Friday, November 02, 2012

    Teori–Teori Psikologi tentang Pembelajaran

    teori belajar, teori psikologi belajar
    Teori Psikologi Belajar
    Assalamu'alaikum...
    Mayasa©. Beberapa aliran – aliran psikologi sangat dominan mempergaruhi proses pembelajaran, seperti Teori behaviorisme, humanistivisme, konstruktivisme.

    1. Teori Belajar Behaviorisme
    Behaviorisme salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan , bakat, minat dan perasaan individu dalam belajar. Teori ini menekankan pada tingkah laku manusia. Teori kaum behaviorisme lebih dikenal dengan nama teori belajar,karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.
    Tokoh tokoh besar pada aliran behaviorisme, yaitu :
    1. Thorndike (1874-1949) menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Hasil temuan penelitian Thorndike dikenal dengan Trial dan Error, yaitu adanya aktivitas, ada respon, terhadap berbagai situasi, ada eliminasi terhadap respon yang salah, adanya kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan. Hukum belajar yaitu low of effect, artinya bahwa jika sebuah respon menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan Stimulus – respons akan semakin kuat.sebaliknya , semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara stimulus-respon.
    2. Skinner (1904-1990) melakukan eksperimen terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum belajar, diantaranya :
      1. Law of operant conditing yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
      2. Law of operant extinction yaitu jika timbul perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. Yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan.
    3. Ivan Petrovich Pavlop (1849-1936) mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimuus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar.
    2. Teori Belajar Humanistik
    Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikonalistik Freud.
    Tokoh – tokoh teori ini :
    1. Abraham Maslow
      Mengemukakan bahwa individu berprilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Menurut Maslow , manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, yaitu :
      1. Kebutuhan fisiologis/dasar
      2. Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
      3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
      4. Kebutuhan untuk di hargai
      5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
    2. Arthur Combs
      Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan dengan mereka.
      Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkaran besar (2) adalah persepsi dunia.
    3. Carl Rogers
      Merupakan seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist)
      Dalam proses pembelajaran ,penting bagi guru untuk memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu :
      1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak artinya.
      2. Siswa akan memperlajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
      3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
      4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
    3. Teori Belajar Konstruktivisme
    Merupakan teori perkembangan mental Piaget. Teori ini menyatakan belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik.
    1. Piaget menyatakan perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : 1. Sensory motor; 2. Pre operasional; 3. Concrete oprational dan 4. Formal operational.
    2. Lev Vygotsky mengembangkan konsep Zone of Proximal Development. Peserta didik memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda ; tingkat pertama adalah perkembangan aktual dan perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual adalah menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuannya untuk memperlajari sendiri hal tertentu, sedangkan tingkat kedua perkembangan potensial yaitu tingkat yang dicapai oleh individu karena bantuan orang lain ,seperti guru, orang tua dan teman yang lebih maju.
    Teori-teori tersebut membimbing kita dalam menyelami aspek psikologis siswa sehingga kita mampu memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mereka dapat meraih prestasi yang terbaik.

    Terima kasih. Wassalamu'alaikum...

    Thursday, November 01, 2012

    Strategi Genius Learning

    Assalamu'alaikum...
    Mayasa©. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, bahwa artikel pada blog ini yang berkaitan dengan strategi pembelajaran berasal dari berbagai sumber. Ada yang berasal dari catatan dan materi kuliah, dari makalah atau tugas selama kuliah maupun kajian teori dari skripsi yang disusun oleh teman-teman saya. Khusus untuk artikel yang bersumber dari kajian teori, mohon maaf sebab sebagian tidak saya cantumkan penyusunnya. Selain itu, perlu anda ketahui bahwa kajian teori tersebut tidak serta merta saya copas, namun tetap melewati proses editing.

    Kali inipun saya akan kembali mengulas sebuah strategi pembelajaran. Strategi ini digunakan oleh mbak Apriliana Triastuti dalam menyusun skripsinya. So, terima kasih banyak mbak April, dan semoga bermanfaat.

    Genius Learning adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian pendekatan praktis dalam upaya meningkatkan hasil proses pembelajaran. Upaya peningkatan ini dicapai dengan menggunakan pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja otak, cara kerja memori, motivasi, konsep diri, kepribadian, emosi, perasaan, pikiran, metagoknisi, gaya belajar, multiple intelligence atau kerdasan jamak, teknik memori, teknik membaca, teknik mencatat, dan teknik belajar lainya.
    genius learning, strategi genius learning
    How to learn fast and fun

    Dasar genius learning adalah metode accelerated learning atau cara belajar cepat. Di luar negeri metode ini dikenal dengan beragam nama, seperti accelerated Learning, quantum learning, quantum teaching, super learning, efficient and effective learning. Strategi genius learning disusun berdasarkan hasil riset mutahir mengenai berbagai disiplin ilmu, terutama cara kerja otak dan memori yang menekankan satu prinsip utama dalam proses pembelajarannya.

    Langkah- langkah strategi genius learning dalam belajar dengan benar, efesien dan efektif atau sering disebut lingkaran sukses genius learning dalam belajar dengan benar, efisien dan efektif yaitu:

    1) Suasana Kondusif
    Inti dari strategi genius learning adalah strategi pembelajaran yang membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif dan kondusif. Proses ini guru bertanggung jawab untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif sebagai persiapan untuk masuk ke dalam proses pembelajaran yang sebenarnya. Kondisi yang kondusif ini merupakan syarat mutlak demi tercapainya hasil yang maksimal.

    2) Hubungkan
    Pada tahap ini yaitu menghubungkan antara apa yang akan dipelajari dengan apa yang telah diketahui oleh siswa dan apa yang akan dapat dimanfaatkan oleh siswa dari informasi yang akan dipelajarinya. Memulai setiap proses pembelajaran dengan memastikan bahwa apa yang akan diajarkan pada siswa saat ini selalu dapat dihubungkan dengan apa yang telah diketahui oleh siswa, baik itu melalui pengalaman siswa maupun melalui proses pembelajaran yang telah berlangsung sebelumnya, dan hubungkan dengan apa yang akan dialami siswa pada masa yang akan datang. Semakin personal hubungan yang bisa di ciptakan, hasilnya akan semakin baik.

    3) Gambaran Besar
    Untuk lebih membantu penyiapan pemikiran siswa dalam menyerap materi yang diajarkan, sebelum proses pembelajaran dimulai, guru harus memberikan gambaran besar (big picture) dari keseluruhan materi yaitu memberikan ringkasan dari apa yang akan dipelajari. Menjelaskan bagaimana cara guru akan mengajarkan materi pelajaran dan memberikan kata-kata kuncinya. Tulis atau buat gambaran besar di papan tulis, dari materi pelajaran yang akan kita sampaikan. Kita gunakan gambar atau poster, flowchart atau mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka yang membutuhkan jawaban yang merangsang pemikiran yang mendalam.

    4) Tetapkan Tujuan
    Pada tahap inilah proses pembelajaran baru dmulai, hasil yang akan dicapai pada akhir sesi harus dijelaskan dan dinyatakan oleh siswa. Kita tulis hasil yang akan dicapai itu dengan huruf besar dan jelas pada papan tulis sehingga siswa dapat tujuan dari proses pembelajaran yang akan segera mereka mulai. Kita ajarkan kepada siswa cara untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan, dengan menggunakan bahasa siswa itu sendiri.

    5) Pemasukan Informasi
    Pada tahap ini, informasi yang akan diajarkan harus disampaikan dengan melibatkan berbagai gaya belajar dan menggunakan strategi yang berbeda sesuai dengan situasinya. Dalam proses pemasukan informasi, guru harus memperhatikan pemilihan kata dan penggunaan kalimat yang tepat dan tidak asal bicara. Selain memperhatikan cara penyampaian yang multi sensorik, guru harus bisa memutuskan, pada level mana dari perkembangan kognitif dan taksonomi bloom, siswa akan diajak berpikir. Apakah hanya pada level pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis ataukah pada level evaluasi?

    6) Aktivasi
    Proses aktivasi merupakan proses yang membawa siswa kepada satu tingkat pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang diajarkan. Dalam model genius learning, pada proses ini menggunakan teori multiple intelligence dari Howrd Gardner untuk mengakses berbagai kecerdasan yang ada pada dalam diri siswa. Pada tahap ini siswa menemukan arti yang sesungguhnya dari apa yang mereka pelajari. Proses ini lebih bersifat internal. Siswa mengintegrasikan apa yang mereka pelajari dan menemukan makna yang sesungguhnya dari apa yang mereka pelajari.

    7) Demonstrasi
    Tahap ini sebenarnya sama dengan proses guru menguji pemahaman siswa dengan memberikan ujian. Hanya bedanya, dalam lingkaran sukses genius learning, guru langsung menguji pemahaman siswa pada saat itu juga. Ini bertujuan untuk benar-benar mengetahui sampai di mana pemahaman siswa dan sekaligus merupakan saat yang tepat untuk memberikan umpan balik. Demonstrasi meliputi praktek langsung, membuat tes dan mengerti jawabannya, mengajar, mengerti aplikasi pengetahuan ini dalam kehidupan sehari-hari. Berikan umpan balik yang bersifat segera, mendidik serta membangun dan dorong siswa untuk melakukan pemikiran lebih lanjut atas proses yang digunakan dalam pembelajaran.

    8) Ulangi dan Jangkarkan
    Lakukan pengulangan dan penjangkaran pada akhir setiap sesi dan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Ini bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat dan efektifitas dari proses pembelajaran. Lakukan self tes atau tes yang dilakukan siswa sendiri terhadap pemahamannya. Bisa juga digunakan dengan cara berpasangan dengan rekan siswa lainnya. Intinya adalah ciptakan suasana yang menyenangkan dan bebas dari stress saat anda melakukan tes.

    Yups itulah sedikit uraian tentang Genius learning. Jujur saya belum pernah mencobanya, namun sepertinya strategi ini cukup menarik untuk diterapkan. Sebab dijaman seperti saat ini sangat penting untuk menyiapkan siswa selalu move on terhadap perkembangan jaman. Jadi cocok juga strategi ini diterapkan dalam rangkan menyiapkan siswa yang peka terhadap perubahan, dan mampu berpikir serta bereaksi cepat terhadap perubahan.

    Wassalamu'alaikum....