This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Monday, December 09, 2013

IBUKU BERMATA SATU . . . .

Assalamu'alaikum...

Mayasa©. Salah seorang rekan mengatakan bahwa dongeng maupun cerita mempunyai efek nyata terhadap perkembangan/ pembentukan karakter anak. Oleh karena itu, dalam beberapa kesempatan saya berusaha untuk me-refresh anak-anak saya dengan menceritakan kisah yang inspiratif pada mereka.

Salah satunya adalah cerita berikut :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJR9WcG5LW_USCkR13GTXq6LHMGhPuw1i_2cCKfLphjCrknw26ymNHAUysYTW9M6-StXiCzo-ZQVav0RNUXX3r4Moi1HgApkJnww1JJ0lTwhCH2bnGiGhA2u5fay9ZJkz5lAYFzTIx7o8/s1600/ibu.jpgDi suatu wilayah, hiduplah sebuah keluarga kecil yang hanya terdiri dari seorang ibu dan anak laki-lakinya. Sang ibu sangat menyayangi dan mengasihi anak tersebut, karena hanya anak itulah yang menemani hidupnya setelah sang suami meninggal dunia. Sekilas tidak ada yang berbeda pada mereka berdua, si anak terlihat lincah dan menyenangkan, namun ternyata ada yang berbeda pada sang ibu, yakni dia hanya mempunyai satu buah mata sedang mata yang lain tidak dapat terbuka.

Waktupun berjalan dan anak lelaki itu mulai bersekolah. Dia bersekolah di tempat sang bu bekerja sebagai tukang masak. Semua berjalan lancar dan normal, sampai suatu saat sang ibu yang melihat anaknya bermain mulai memanggilnya. Akhirnya teman-teman sekelas anak lelaki tersebut melihat sang ibu yang hanya mempunyai satu buah mata. Merekapun mulai mengejek dan mentertawakan anak lelaki itu tanpa belas kasihan.

Si anak yang merasa malu, marah dan sangat membenci ibunya. Dia berkata, "jangan pernah lagi ibu memanggil aku didepan teman-temanku, aku malu punya ibu seperti kamu!", teriaknya pada sang ibu.
"Kenapa ibu tidak mati saja", ucapnya pada sang ibu.

Sang ibu tidak menjawab, hanya diam membisu.

Setelah kejadian itu, anak lelaki tersebut berpikir agar bisa meninggalkan ibunya. Dia belajar dengan keras dan tekun agar bisa mendapat beasiswa keluar negeri.
Akhirnya anak tersebut berhasil mendapat beasiswa keluar negeri, dan segera da berangkat meninggalkan sang ibu sendirian.

Waktupun berjalan, anak lelaki itu telah menyelesaikan pendidikannya di luar negeri dan mendapat pekerjaan di negara tempat dia bersekolah dan memiliki keluarga kecil yang bahagia dengan dua orang anak. Selama meninggalkan sang ibu, dia tidak pernah mengirimkan kabar/ menanyakan kabar sang ibu. Dia benar-benar tidak ingin berhubungan lagi dengan ibunya.

Sampai suatu hari, datang seorang wanita mengetuk pintu rumahnya. Tiba-tiba kedua anaknya yang membukakan pintu menangis ketakutan sambil berteriak"Ayah, ibu, ada wanita aneh di depan rumah. Dia sangat menakutkan, dia hanya punya satu mata". 
Mendengar teriakan itu, lelaki tersebut teringat pada ibunya. Dan bergegas dia melihat keluar.

Dan benar, ternyata itu adalah ibunya, kembali amarahnya meledak. Dia berteriak "Apa yang kamu lakukan disini, aku sudah bilang tidak ingin melihat kamu lagi. Kamu telah membuat aku malu, dan sekarang kamu membuat tajut keluargaku. Pergi dari sini!". Dengan lantang lelaki itu berteriak pada ibunya.

Sang ibu hanya tertunduk dan menjawab dengan lirih, "maaf, saya salah alamat".
Kemudian diapun pergi.

Beberapa waktu kemudian, lelaki itu mendapat undangan reuni dari teman SD-nya. Dia memutuskn untuk datang, namun berbohong pada keluarganya dengan mengatakan bahwa ada tugas dari kantor untuk pergi keluar negeri sehingga anak dan istrinya tidak bisa ikut.

Setelah selesai reuni, lelaki tersebut mencoba mencari kabar tentang ibunya. Dia pergi kerumah mereka dahulu, namun yang ditemui hanya gubuk kotor tidak terawat. Tetangganya berkata bahwa ibunya telah meninggal beberapa waktu yang lalu. Lelaki itu hanya diam, tanpa meneteskan air mata sedikitpun.

Tetangganya berkata bahwa sang ibu menitipkan surat untuk diberikan pada lelaki itu jika suatu saat dia pulang ke desa.

Beberapa waktu kemudian, lelaki itu ingat akan surat yang diberikan ibunya. Rasa penasaran menuntun dia untuk membuka dan membacanya.

Tertulis . . . .

Anakku sayang, ketahuilah di duna ini tidak ada yang lebih ibu sayangi selain dirimu.
Ibu minta maaf jika selama ini belum pernah membuat kamu bahagia. Saat kecil ibu hanya bisa membuat kamu merasa malu dan marah dengan kondisi ibu.

Anakku sayang ketahuilah, ibu merasa bangga melihat kamu menjadi orang yang sukses, mempunyai keluarga yang bahagia. Ibu tidak pernah marah padamu, sebab ibu sangat menyayangimu.

Anakku sayang, ibu minta maaf jika telah lancang datang ke rumahmu dan membuat takut anak-anakmu. Sungguh ibu tidak bermaksud seperti itu, ibu hanya rindu padamu.

Saat ibu mendengar kamu akan pulang untuk reuni, ibu sangat bahagia dan berharap dapat bertemu kamu sebelum ibu meninggal. Tapi maaf, ibu sudah tidak sanggup untuk bangun dari tempat tidur sehingga tidak bisa menemuimu.

Ketahuilah anakku sayang saat kamu kecil, kamu pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan sebuah bola matamu harus diambil. Sebagai seorang ibu, ibu tidak bisa membayangkan kamu tumbuh dewasa hanya dengan satu bola mata.
Akhirnya ibu merelakan sebuah bola mata ibu untuk kamu gunakan.

Ibu berterima kasih, sebab telah kamu perlihatkan dunia yang indah dan luas ini.

Anakku sayang, semoga kamu selalu memperoleh apa yang kamu harapkan...

Penuh sayang, ibumu.

Selesai membaca surat tersebut, pecahlah tangisan lelaki itu. Airmatanya mengalir deras, tanpa bisa dia tahan.
Akhirnya dia sadar, bahwa apa yang terjadi adalah akibat ulahnya. Ibunya telah rela berkorban sebegitu besar, namun kedurhakaan yang didapat.

Marilah kita instrospeksi diri, sudahkah pengorbanan orang tua kita kita balas dengan sikap dan hal yang sepatutnya?
Ataukah kita masih berani membantah bahkan melawan pendapat kedua orang tua kita?

Terima kasih, wassalamu'alaikum . . .