Assalamu'alaikum...
Selesai satu jenjang pendidikan |
Mayasa©. Ujian Akhir Nasional atau UN merupakan momok tersendiri bagi para siswa khususnya siswa pada kelas akhir masing-masing jenjang pendidikan. Orang tua dan gurupun seolah-olah tidak kenal lelah dalam mempersiapkan putra-putrinya agar mampu meraih hasil maksimal sehingga dapat lulus dari jenjang pendidikan yang dijalani.
Hal tersebut memang tidak sepenuhnya salah, namun sebenarnya ada cara yang lebih bijak dalam mempersiapkan putra-putri kita untuk menghadapi Ujian/ evaluasi pembelajaran. Kenapa saya sebut sebagai cara bijak, sebab persiapan untuk menghadapi ujian tidak dapat dilakukan secara instan tetapi harus dilakukan secara bertahap sehingga pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari akan bertahan lebih lama dan siswa tidak shock sebab persiapan tersebut dilakukan dalam waktu yang relatif lama.
Namun tidak selamanya proses pembelajaran berjalan dengan mudah, adakalanya siswa mengalami kesulitan dan hambatan. Pada beberapa postingan yang lalu saya telah menguraikan mengenai kesulitan belajar dan cara mengatasinya. Tetapi bukan hanya kesulitan belajar yang menghambat proses belajar siswa, hambatan lain yang cukup menggangu adalah keterlambatan belajar yang dapat juga dialami oleh siswa-siswi kita.
Oleh karena itu, kali ini saya ingin menguraikan beberapa kesulitan dalam belajar dan cara mengatasinya. Silahkan disimak dan semoga bermanfaat.
A. Keterlambatan membaca (Disleksia)
Disleksia |
Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata atau memahaminya. Cepat melupakan apa yang telah dibacanya.
Beberapa kesulitan bagi anak-anak penderita disleksia adalah sebagai berikut :
- Membaca dengan sangat lambat dan dengan enggan.
- Menyusuri teks pada halaman buku dengan menggunakan jari telunjuk.
- Mengabaikan suku kata, kata-kata, frase, atau bahkan baris teks.
- Menambahkan kata-kata atau frase yang tidak ada dalam teks.
- Membalik urutan huruf atau suku kata dalam sebuah kata.
- Salah dalam melafalkan kata-kata, termasuk kata-kata yang sudah dikenal.
- Mengganti satu kata dengan kata lain, meskipun kata yang digantikan tidak mempunyai arti dalam konteksnya.
- Menyusun kata-kata yang tidak mempunyai arti.
- Mengabaikan tanda baca.
Cara yang paling sederhana, paling efektif untuk membantu anak-anak penderita disleksia belajar dengan mengajar mereka membaca dengan metode phonic. Idealnya anak-anak akan mempelajari phonic di sekolah bersama guru, dan juga meluangkan waktu untuk berlatih phonic di rumah bersama orang tua mereka.
Metode phonic ini telah terbukti berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan anak dalam membaca (Gittelment & Feingold, 1983). Metode phonic merupakan metode yang digunakan untuk mengajarkan anak yang mengalami problem disleksia agar dapat membaca melalui bunyi yang dihasilkan oleh mulut. Metode ini dapat sudah dikemas dalam bentuk yang beraneka ragam, baik buku, maupun software.
B. Problem Kesulitan Menulis (Dysgraphia)
Dysgraphia |
Disgraphya ini berbeda dengan tulisan tangan yang jelek. Tulisan tangan yang jelek biasanya tetap dapat terbaca oleh penulisnya, dan juga dilakukan dalam waktu yang relatif sama dengan yang menulis dengan bagus. Akan tetapi untuk dysgraphia, anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menulis.
Untuk mengatasi problem dysgraphia ini, sangatlah baik apabila kita belajar dari sebuah kasus anak yang mengalami dysgraphia. Sebagian ahli merasa bahwa pendekatan yang terbaik untuk dysgraphia adalah dengan jalan mengambil jalan pintas atas problem tersebut, yaitu dengan menggunakan teknologi untuk memberikan kesempatan pada anak mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus bersusah payah menulis dengan tangannya.
Ada dua bagian dalam pendekatan ini. Anak-anak menulis karena dua alasan : pertama untuk menangkap informasi yang mereka butuhkan untuk belajar (dengan menulis catatan) dan kedua untuk menunjukkan pengetahuan mereka tentang suatu mata pelajaran (tes-tes menulis).
C. Problem Kesulitan Menghitung (Dyscalculia)
Istilah ‘dyscalculia’, biasanya mengacu pada pada suatu problem khusus dalam menghitung, atau melakukan operasi aritmatika, yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah pada kemampuan menghitung. Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang bodoh dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemampuan menghitungnya.
Seperti halnya problem kesulitan menulis dan membaca, ada dua pendekatan yang mungkin : kita dapat menawarkan beberapa bentuk penganganan matematika yang intensif, atau dengan mengambil jalan pintas untuk mengatasi problem kesulitan menghitung.
Pendekatan pertama, yaitu penanganan matematika yang intensif, dapat kita lakukan dengan teknik “individualisasi yang dibantu tim”. Pendekatan ini menggunakan pengajaran secara privat dengan teman sebaya (peer tutoring). Pendekatan ini mendasari tekniknya pada pemahaman bahwa kecepatan belajar seorang anak berbeda-beda, sehingga ada anak yang cepat menangkap, dan ada juga yang lama. Teknik ini mendorong anak yang cepat menangkap materi pelajaran agar mengajarkannya pada temannya yang lain yang mengalami problem dyscalculia tersebut.
Pendekatan kedua, yaitu jalan pintas, diberikan kalkulator untuk menghitung, hal ini sederhana karena anak dengan problem dyscalculia tidak memiliki masalah dengan kaitan antara angka, akan tetapi lebih kepada menghitung angka-angka tersebut.
Memang solusi-solusi diatas lebih bersifat praktis dengan menggunakan tekhnologi yang sedang berkembang saat ini. Namun seiring berjalannya waktu kemampuan anak dalam hal membaca, menulis, atau menghitung akan berkembang. Hal tersebut dikarenakan perkembangan kemampuan berpikirnya.
Ada kisah unik berkaitan penggunaan teknologi untuk mengatasi keterlambatan anak tersebut, yakni dosen saya Bu Murfiah yang mengajar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (PABK) bercerita bahwa anak kenalannya mengalami keterlambatan membaca. Upaya apapun telah dilakukan selama beberpa waktu amun hasilnya kurang memuaskan. Akhirnya anak tersebut dapat lancar membaca karena dia diberi HP oleh orang tuanya. Jadi dengan mempunyai HP ternyata anak tersebut mampu terpacu motivasinya untuk bisa membaca.
Yang harus kita tanamkan pada anak adalah teknologi hanya sebagai alat bantu sehingga anak harus tetap diupayakan memahami apa yang mereka pelajari.
Wassalamu'alaikum...
0 comments:
Post a Comment
Thank you for visiting this blog ...
Please leave at least a comment to improve the quality of this blog.
Thank you very much....