Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Ada sebuah kisah yang sering saya dengar beberapa waktu yang lalu. Kisah ini membuat saya mengerti apa arti sebuah pengorbanan. Dan pastinya membuat saya berpikir bahwa apa yang kita lakukan tidak akan pernah mampu mengganti kasih sayang orang tua kita.
Ya, sebab kisah berikut ini akan menggambarkan betapa kasih sayang orang tua terhadap kita (anak-anaknya) tidak terbatas dan tidak pernah mengharapkan pamrih apapun.
Jika anda tidak percaya, silahkan simak kisah selengkapnya dan renungkan dengan sepenuh hati.....
Pada suatu masa, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Ada seorang anak lelaki yang sangat gemar bermain di sekitar pohon apel tersebut setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.
Masa berlalu, anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau.” jawab remaja itu.
“Aku ingin sebuah mainan. Aku memerlukan uang untuk membelinya.” Tambah remaja itu dengan nada yang sedih.
Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli mainan yang kau inginkan.”
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi setelahnya. Pohon apel itu merasa sedih.
Masa berlalu, suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku tidak punya waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membangun rumah sebagai tempat berlindung keluargaku. Bisakah kau menolongku?” Tanya anak itu.
” Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah dengannya.” Pohon apel itu memberikan jawaban.
Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi setelah itu.
Suatu hari yang panas seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.
” Marilah bermain-mainlah di sekitarku, “ajak pohon apel itu.
” Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Namun, aku tidak mempunyai perahu.Apakah kau bisa menolongku?” tanya lelaki itu.
“Aku tidak mempunyai kapal untuk diberikan kepadamu. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan kapal. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata pohon apel itu.
Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimakan usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.
“Maafkan aku. Aku tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan kepadamu. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, dan batangku untuk kau buat kapal. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.
“Aku tidak mau apelmu sebab aku sudah tidak punya gigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu karna aku sudah tua untuk memotongnya, dan aku tidak mau batang pohonmu karna aku tidak ingin belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.
“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu.
Lalu lelaki tua itupun duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis penuh kegembiraan.
***
Itulah kisah SEBATANG POHON APEL dan anak lelaki yang sangat senang bermain dengan pohon apel tersebut.
Sebenarnya, pohon apel di dalam cerita itu adalah ibu bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka.
Ketika kita meningkat remaja, kita memerlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup.
Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu. Tetapi pikirkanlah, itu adalah gambaran dari kebanyakan anak-anak masa kini dalam melayani ibu bapaknya.
Hargailah jasa ibu bapak kepada kita, betapa banyak pengorbanan yang telah dilakukan untuk kita. Jangan hanya kita menghargai mereka saat memperingati hari ibu dan hari bapak saja.
Semoga bermanfaat, wassalamu'alaikum....
0 comments:
Post a Comment
Thank you for visiting this blog ...
Please leave at least a comment to improve the quality of this blog.
Thank you very much....