English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Friday, August 03, 2012

Model Pembelajaran Inquiry

Assalamu'alaikum...
model pembelajaran inquiry
Inquiry
Mayasa©. Inti pendidikan disekolah ada pada kegiatan belajar mengajar. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, tentu tidak dapat dilepaskan dari penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran. Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat akan mengoptimalkan hasil belajar yang dicapai siswa.

Pendekatan, Strategi, Tehnik, dan Model pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Pembelajaran memiliki dua jenis pendekatan, yaitu:
  1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
  2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu :
  1. Eksposition-discovery learning,
  2. Grup-individual learning.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Model Pembelajaran Inquiry
Salah satu model pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai model yang cukup efektif adalah model inquiry. Alfred Novak (dalam Haury, 1993) mengemukakan bahwa inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu.

Model Inquiry adalah model yang mampu menggiring siswa untuk menyadari apa yang telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan siswa sebagai subyek belajar yang aktif.
Mulyasa (dalam Gunawan, 2009) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam proses Inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu, mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti.

Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru. Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut siswa berfikir. Model ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual dan menuntut siswa memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan nyata.
Dengan demikian, melalui inquiry siswa dibiasakan untuk produktif, analitis, dan kritis.

Alasan rasional penggunaan model inquiry adalah siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan akan lebih tertarik terhadap pelajaran jika mereka dilibatkan secara aktif di dalamnya.

Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang punggung model inquiry. Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep pengetahuan dan meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut (Blosser, Patricia E. & Helgenson, Stanley L : 1990).

model pembelajaran inquiry
Tahapan pembelajaran Model Inquiry
Model inquiry yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap Sains dan Matematika (Haury, 1993). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa model inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman prosesproses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa model inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep keilmuan saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Model inquiry merupakan model pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar.

Peranan guru dalam pembelajaran dengan model inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah.

Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004). Walaupun dalam praktiknya aplikasi model pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).
  1. Question.
    Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa.
    Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
  2. Student Engangement.
    Dalam model inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi. Cooperative Interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
  3. Performance Evaluation.
    Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
  4. Variety of Resources.
    Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya. 
Dahlan (dalam Adela, 2006) menjelaskan bahwa model mengajar inquiry terdiri atas lima tahapan kegiatan sebagai berikut :
  1. Tahapan penyajian masalah
    Dalam tahap ini siswa diundang ke dalam suatu permasalahan dan guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengundang siswa untuk mengumpulkan informasi. Keterlibatan siswa pada tahap ini adalah (1) member respon positif terhadap masalah yang dikemukakan, (2) mengungkapkan ide awal.
  2. Tahapan verifikasi data
    Dalam tahap ini siswa mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis yang dibantu dengan petanyaan-pertanyaan pengarah dari guru. Keterlibatan siswa pada tahap ini yaitu (1) melakukan pengamatan terhadap masalah yang diberikan, (2) merumuskan masalah, (3) mengidentifikasi masalah, (4) membuat hipotesis, dan (5) merancang eksperimen.
  3. Megadakan eksperimen dan pengumpulan data
    Pada tahap ini siswa diajak melakukan eksperimen atau mengumpulkan data dari permasalahan yang ada. Peran siswa dalam tahap ini yaitu (1) melakukan eksperimen atau pengumpulan data, dan (2) melakukan kerjasama dalam mengumpulkan data.
  4. Merumuskan penjelasan
    Dalam tahap ini siswa diajak untuk melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil yang diperoleh sehingga siswa mendapatkan konsep dan teori yang benar sesuai konsepsi ilmiah. Keterlibatan siswa dalam tahap ini adalah (1) melakukan diskusi, dan (2) menyimpulkan hasil pengumpulan data.
  5. Mengadakan analisis inquiry
    Siswa diminta untuk mencatat informasi yang diperoleh serta diberi kesempatan bertanya tentang apasaja yang berkaitan dengan informasi yang mereka peroleh sebelumnya lalu kemudian guru memberikan latihan soal-soal jika dipelukan. Keterlibatan siswa dalam tahap ini yaitu (1) mencatat informasi yang diperoleh, (2) aktif bertanya, dan (3) mengerjakan latihan soal.
Sedangkan menurut Mulyasa (Gunawan, 2009: http://nilaieka.blogspot.com) Strategi pelaksanaan inquiry adalah:
  1. Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang akan diajarkan.
  2. Memberikan tugas kepada siswa untuk menjawab pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang dialami siswa.
  3. Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang mungkin membingungkan siswa.
  4. Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari sebelumnya.
  5. Siswa merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan melihat tahapan-tahapan diatas maka model pembelajaran inquiry secara tegas menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran terfokus pada siswa dan peran guru hanya sebagai fasilitator.
Moh. Amin (dalam Sudirman dkk 1989:172) menguraikan tujuh jenis metode dalam inquiry, ketujuh metode tersebut adalah :
  1. Guided discovery inquiry lab. LessonMetode ini menekankan sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan masalah, sementara petunjuk bagaimana menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
  2. Modified discovery inquiryDalam metode ini guru hanya memberikan permasalahan saja. Kemudian siswa diundang untuk memecahkan melalui pengamatan, ekplorasi dan atau melalui suatu prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya. Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara kelompok atau perorangan.
  3. Free inquiryKegiatan free inquiry dilakukan setelah siswa mempelajari dan mengerti bagaimana memecahkan suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi tertentu sera teah melakukan modified discovery inquiry. Dalam metode ini siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan problema atau masalah yang akan dipelajari atau dipecahkan.
  4. Invitation into inquiry
    Siswa dilibatkan dalah proses pemecahan masalah sebagaimana cara-cara yang dilakukan oleh scientist. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada siswa untuk melakukan bebrapa kegiatan untuk memecahkan problema yang dihadapinya.
  5. Inquiry role approachInquiry role approach merupakan suatu kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim yang masing-masing terdiri dari empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda yaitu, (1) koordinator tim, (2) penasihat teknis, (3) pencatat data, dan (4) evaluator proses.
  6. Pictorial riddle
    Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang telah disampaikan sebelumnya oleh guru melalui gambar, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya. Hal ini dapat digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa.
  7. Synectic lessonMenurut William J.J Gordon, pada dasarnya synectic memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuat intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Synectics lebih lanjut disebutkan merupakan suatu pendekatan untuk menstimulasi bakat-bakat kreatif siswa.
Nah itulah sekilas tentang model pembelajaran Inquiry dan jenis-jenisnya.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan dengan menerapkan model pembelajaran Inquiry dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Salah satunya adalah siswa terlatih untuk belajar mandiri dan peka terhadap kondisi sosial. Sehingga dengan penerapan model inquiry secara tidak langsung telah melatih softskill siswa.

Bagaimana, apakah anda tertarik untuk mencobanya?
Semoga bermanfaat. Wassalamu'alaikum...

Daftar Pustaka :
  • Adela. 2006. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VIII melalui Model Pembelajaran Inquiry dengan Metode Pictorial Riddle. Skripsi FMIPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.
  • Blosser, Patricia E. & Helgeson, Stanley L. 1990. Selecting Procedures for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED325303)
  • Garton, Janetta. 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District : Technologi Integration Academy.
  • Gunawan, E. 2009. Macam-macam Metode Pembelajaran. [online]. Tersedia : http://nilaieka.blogspot.com.
  • Haury, L. David. 1993. Teaching Science through Inquiry. Colombus, OH : ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education. (ED359048)

0 comments:

Post a Comment

Thank you for visiting this blog ...
Please leave at least a comment to improve the quality of this blog.
Thank you very much....