Assalamu'alaikum...
Mendongeng |
Mayasa©. DONGENG, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti cerita yang tidak benar-benar terjadi. Secara luas, mendongeng bisa diartikan sebagai membacakan cerita atau meng-komunikasikan cerita kepada anak. Entah itu cerita nyata, tidak nyata, atau pengalaman orang tua. Jadi, mendongeng bukan hanya mem-perdengarkan cerita rakyat/tradisional seperti yang sering kita baca atau dengar di kala masih kecil.
Lewat dongeng daya fantasi anak bisa berkembang sehat. Anak seolah-olah dibawa ke sebuah dunia lain yang begitu luas, yang bisa diatur menurut kehendak mereka sendiri. Hal ini merupakan keuntungan utama dari sebuah dongeng bagi anak.
Lama-kelamaan, si kecil ingin juga belajar membaca “Seakan ia ingin memperkuat cerita yang selama ini didengarnya. Toh, ia merasa sudah tahu jalan ceritanya,” Kata Andi Yudha Asfandiyar, General Manager Penerbit Anak dan Remaja DAR! Mizan.
Lewat cerita, secara tak langsung orang tua telah membantu anak menambah perbendaharaan kata. Dan jika ada kalimat atau kata-kata yang susah, yang belum mereka pahami maka anak pasti akan bertanya.
Setiap anak, kata Andi memerlukan pengembangan imajinasi. Tanpa itu akal pikiran menjadi pasif atau buntu, mandeg dan tak terlatih untuk memecahkan aneka ragam masalah.
Rachma Fitriati, Office Manager Komnas Perlindungan Anak mengatakan bahwa “Dongeng bisa menjadi perantara sangat efektif untuk pendidikan. Baik akhlaq, moral maupun ilmu-ilmu pengetahuan lain. Nilai-nilai yang diserap anak dari sebuah dongeng akan sangat membekas pada nuraninya, berbeda dengan bila ia hanya mendengarnya dari serangkaian nasehat dan teori."
Anak juga akan belajar merasakan empati dari apa yang dialami tokoh cerita idolanya. Biasanya, ia pun akan berimajinasi menjadi tokoh itu. Lewat dongeng, hubungan anak dengan orang tua bisa terjalin lebih erat karena terjadi interaksi yang begitu intens.
Selanjutnya Pipit, panggilan akrab Rachma Fitriati juga mengatakan bahwa akhir-akhir ini banyak diberitakan kasus bunuh diri anak di masyarakat. Tentu ada banyak faktor yang harus dikaji untuk menemukan penyebabnya, namun kita juga harus melakukan pendekatan pribadi melalui peningkatan komunikasi atau hubungan baik anak dengan orang tua melalui kegiatan mendongeng sebagai sebuah tindakan pencegahan.
Hal serupa juga dikemukakan Dr. Seto Mulyadi, psikolog yang juga Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), yang akrab dipanggil Kak Seto. Menurutnya, mendongeng, dapat merangsang psikologis anak sehingga anak terdorong untuk berpikir kreatif. “Selain itu, mendongeng dapat membentuk perkembangan moral, karena dongeng mampu menanamkan super ego kepada anak. Dongeng juga dapat mengembangkan khazanah bahasa pada anak, sehingga kosa kata yang diterimanya semakin kaya,” jelasnya.
Kekuatan dongeng terletak pada kemampuan memberi ruang kognitif, perasaan, dan psikomotorik. Dongeng yang dibawakan oleh seorang ayah atau ibu akan semakin menstimulasi perkembangan anak. Sebab, di dalamnya ada sentuhan afektif yang tidak terdapat di dalam film-film animasi, buku, televisi, ataupun video.
UMUR berapa anak sebaiknya diajak mendongeng?
“Semakin dini, semakin baik. Karena sebelum terlahir ke dunia pun sebenarnya anak sudah bisa diajak berkomunikasi,” ujar Ekorini Kuntowati, psikolog klinis yang kerap menangani masalah keluarga.
Saat dikandung, lanjutnya, janin tidak hanya merespon sentuhan, ia juga bisa mendengar apa yang diucapkan seseorang terhadap dirinya dan akan merekamnya. Sejak trimester kedua kehamilan (mulai 4 bulan), fungsi pendengaran-lah yang pertamakali bisa anak manfaatkan untuk mengenal lingkungan di sekitarnya.
“Dengan demikian, anak, walaupun belum lahir, sudah siap mendengarkan cerita atau dongeng dari orang tuanya. Untuk mengoptimalkan fungsi pen-dengaran dan berkomunikasi ini harus dibarengi dengan pendekatan afektip pada anak,” ujar ibu dua anak ini.
Mendekatkan orang tua dan anak |
Menurut Kak Seto, selain sudah dapat membedakan sikap dan perasaan ibu, janin sudah bisa diajak berkomunikasi. Namun, suara dari luar tersaring perut ibu yang berisi cairan. Karenanya suara ibu harus lebih keras, tapi bukan membentak.
Untuk memperkuat suara bisa menggunakan alat bantu, misalnya tabung berlubang atau gulungan kertas yang diarahkan ke perut. Atau dengan berendam di bak berisi air hangat, dada dan leher dibawah air dengan dagu sedikit terangkat dari permukaan air. Dinding kamar mandi dan suara air akan memperbesar suara ibu.
Setelah tumbuh menjadi balita pun, kata Seto, dongeng bisa menjadi sarana yang cukup ampuh untuk berkomunikasi dengan mereka.
“Tentunya kita tak memberi dongeng atau cerita yang utuh karena anak belum mengerti. Cukup yang sederhana saja. Asalkan cerita tersampaikan dengan baik dan sederhana,” ujarnya.
Artikel tersebut saya kutip dari sini dan setelah membacanya, secara pribadi saya setuju dengan apa yang disampaiakan oleh para ahli tersebut oleh karena itu saya ingin berbagi dengan anda semua. Sebab saya sendiri dapat dikatakan tumbuh dengan dongeng, saat kecil nenek saya sering mendongeng buat kami cucu-cucunya dan memang benar sampai sekarang pun saya masih cukup teringat tentang nasihat-nasihat beliau yang diselipkan dalam dongeng tersebut.
Jadi para orang tua mari kita mendongeng untuk anak kita, agar mereka tumbuh menjadi insan yang berempati, mempunyai sikap terbuka dan jujur pada orang-orang disekitarnya serta mempunyai karakter sehingga tidak mudah terpengaruh oleh kondisi lingkungan yang kurang baik. Sebab dengan dongeng, nasehat akan mampu tersampaikan dengan baik dan mampu tertanam dalam benak anak lebih lama dibanding dengan pemberian nasihat secara langsung. Tentunya kita juga harus memperhatikan hal-hal tertentu saat mendongeng agar pesan yang ada dapat tersampikan dengan baik.
Semoga bermanfaat, wassalamu'alaikum...
ilmu yang bagus untuk parenting
ReplyDelete