English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Monday, April 09, 2012

Model Pembelajaran Problem Posing (Pengajuan Soal)

Assalamu'alaikum...

Selamat pagi anak-anak, bagaimana kabar kalian hari ini?
Sekarang kita akan belajar mengenai operasi hitung bilangan bulat. Nah siapkan selembar kertas dan kerjakan buku paket halaman bla bla bla....
Mungkin itu rutinitas yang terjadi di lapangan. Dimana guru mendominasi proses pembelajaran dan siswa bertugas menyelesaikan soal atau pertanyaan yang diajukan oleh Guru.
Meskipun telah lama digaungkan perubahan paradigma pendidikan dari Teacher Centered menjadi Student Centered, namun sepertinya belum banyak berpengaruh terhadap pola penggajaran Guru. Hal tersebut mungkin disebabkan Guru kesulitan dalam menentukan metode/ model pembelajaran yang sesuai atau karena sebab lain. Padahal ada banyak metode/ model pembelajaran yang mudah diterapkan dalam proses pembelajaran seperti Make a Match, Problem based Learning, Pictorial Riddle dan sebagainya.

Kali ini akan saya uraikan mengenai model pembelajaran Problem Possing, yakni metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada pembelajaran dengan model ini, siswa diminta untuk mengajukan suatu masalah (berupa soal) dan penyelesaian dari masalah (soal) tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat anda simak pada uraian berikut :

A. Pengertian Model Pembelajaran Problem Posing
Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata “problem” artinya masalah, soal/persoalan dan kata “pose” yang artinya mengajukan. Jadi problem posing bisa diartikan sebagai pengajuan soal atau pengajuan masalah.

Model pembelajaran ini dikembangkan di tahun 1997 oleh Lynn D. English, dan pada awalnya diterapkan pada mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model pembelajaran ini dikembangkan pada mata pelajaran yang lain.

Menurut Silver (dalam Irwan, 2011: 4) mengatakan problem posing merupakan aktivitas yang meliputi merumuskan soal-soal dari hal-hal yang diketahui dan menciptakan soal-soal baru dengan cara memodifikasi kondisi-kondisi dari masalah-masalah yang diketahui tersebut serta menentukan penyelesaiannya. Dari pendapat Silver tersebut dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah kegiatan merumuskan soal baru dari memodifikasi kondisi soal lama sehingga mampu menentukan penyelesaiannya sendiri.

Menurut Lin (dalam Ali Mahmudi, 2008: 4) problem posing dapat diartikan sebagai pembentukan soal berdasarkan konteks, cerita, informasi, atau gambar yang diketahui. Dari pendapat Lin dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah pembentukan soal baru dari cerita, info dan gambar yang telah ada.
“problem posing will be defined as the process by which, on the basis of mathematical experience, students construct personal interpretations of concrete situations and formulate them as meaningful mathematical problems”. (Elena Stoyanova dan Nerida F. Ellerton (1996: 1)
Pendapat tersebut dapat diterjemahkan
"problem posing adalah proses berfikir kreatif dari pengetahuan dasar matematika dengan penafsiran diri sendiri yang dihubungkan dengan lingkungan sekitarnya sendiri untuk diformulasikan menjadi persoalan matematika yang bermakna". 
Dari pendapat Elena Stoyanova dan Nerida F. Ellerton diatas dapat dipahami bahwa problem posing adalah proses merekonstruksi sendiri soal baru dari soal lama dengan setting lingkungan. Dari analisis ketiga pendapat ahli diatas dapat dipahami ketigaanya mempunyai kesamaan unsur yang menjadi pokok pikiran pendapatnya bahwa problem posing adalah kegiatan membuat soal baru dari sesuatu yang diketahui baik sumber yang berupa soal lama maupun dari gambar, cerita.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa problem posing adalah aktivitas memodifikasi soal yang baru dari gabungan antara pengetahuan basis yang diketahui/soal lama dan keadaan nyata yang dialami siswa/cerita, gambar.

B. Model Pembelajaran Problem Posing
Silver dan Cai (dalam Ali Mahmudi, 2008: 4) mengklasifikasikan tiga aktivitas koginitif dalam problem posing yang dalam penerapannya ketiga model tersebut mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang sama. Pemilihan tipe-tipe itu dapat didasarkan pada hasil belajar siswa, atau tingkat berpikir siswa. Dibawah ini akan diuraikan masing-masing tipe tersebut.
  1. Problem Posing tipe Post Solution Posing
    Strategi ini juga disebut sebagai strategi “find a more challenging problem”. Siswa memodifikasi atau merevisi tujuan atau kondisi soal yang telah diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru yang lebih menantang.
  2. Problem Posing tipe Within Solution Posing Dalam tipe ini siswa membuat formulasi soal yang sedang diselesaikan untuk menyederhanakan dari soal yang sedang diselesaikan, Jadi siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru.
  3. Problem Posing tipe Pre-Solution Posing
    Siswa membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru. Jadi, yang diketahui pada soal itu dibuat guru, sedangkan siswa membuat pertanyaan dan jawabannya sendiri.
C. Model Pembelajaran Problem Posing tipe Pre-Solution Posing
Siswa membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan pernyataan situasi yang dibuat oleh guru. Jadi, yang diketahui pada soal itu dibuat oleh guru, sedangkan siswa membuat pertanyaan dan jawabannya sendiri. Menurut tipe ini siswa diminta untuk membuat soal secara bebas berdasarkan situasi kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini siswa diberikan suatu situasi bebas atau terbuka dan diminta untuk mengeksplorasinya dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, atau konsep yang telah mereka miliki kemudian selanjutnya siswa diminta untuk membuat soal secara bebas berdasarkan situasi kehidupan sehari-hari.

Bentuk soal yang dapat diberikan adalah soal berdasarkan situasi /gambar yang diberikan.
Contoh 1 (membuat soal berdasarkan gambar yang diberikan) :
Gambar berikut menunjukkan waktu acara TV favorit dari seluruh siswa kelas V SD Cerdas Cendekia.

Beberapa soal yang mungkin disusun siswa adalah sebagai berikut.
  1. Berapa persen siswa yang menyukai kartun?
  2. Berapakah perbandingan banyaknya siswa yang menyukai berita dan olahraga?
  3. Tuliskan perbandingan antara siswa yang menyukai sinetron dibandingkan siswa keseluruhan.
Contoh 2 (membuat soal berdasarkan situasi yang diberikan) :
Buatlah soal berdasarkan informasi berikut ini.
Ali bermaksud membeli sebuah buku seharga Rp 10.000,00, tetapi hanya mempunyai Rp 6.000,00

Soal-soal yang mungkin disusun siswa adalah sebagai berikut.
  1. Apakah Ali mempunyai cukup uang untuk membeli buku itu?
  2. Berapa rupiah lagi yang dibutuhkan Ali agar ia dapat membeli buku itu?

D. Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing tipe Pre-Solution Posing
Ketiga tipe model pembelajaran pembelajaran probem posing mempunyai langkah-langkah pembelajaran yang sama, yang membedakan ketiga tipe tersebut khususnya dari aspek tingkat kesulitan soal yang dibuat siswa dari sederhana (tipe pre-solution solution posing), biasa (tipe withinsolution posing) dan kompleks (tipe post solution posing). Langkah-langkah pembelajaran dengan problem posing menurut Suyitno (dalam http://herdy07.wordpress.com/2009/04/19/model-pembelajaran-problem-posing/) adalah sebagai berikut :
  1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan
  2. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
  3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok.
  4. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh siswa.
  5. Guru memberikan tugas rumah secara individual.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran dengan problem posing menurut Menon (dalam Tatag Y.E. Siswono, 2000: 9) dapat dilakukan dengan tiga cara berikut :
  1. Berikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua informasi yang diperlukan untuk memecahkan soal tersebut ada. Tugas siswa adalah membuat pertanyaan berdasar informasi tadi.
  2. Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi kelompok. Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita sekaligus penyelesaiannya. Nanti soal-soal tersebut dipecahkan oleh kelompok-kelompok lain. Sebelumnya soal diberikan kepada guru untuk diedit tentang kebaikan dan kesiapannya. Soal-soal tersebut nanti digunakan sebagai latihan.
  3. Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah. Sejumlah pertanyaan kemudian diseleksi dari daftar tersebut untuk diselesaikan. Pertanyaan dapat bergantung dengan pertanyaan lain. Bahkan dapat sama, tetapi kata-katanya berbeda.
Dari analisis kedua pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran problem posing sebagai berikut :
  1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
  2. Guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau tanya jawab selanjutnya memberi contoh cara pembuatan soal dari informasi yang diberikan.
  3. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
  4. Guru membentuk kelompok belajar antara 5-6 siswa tiap kelompok yang bersifat heterogen baik kemampuan, ras dan jenis kelamin.
  5. Tiap kelompok ditugaskan membuat soal cerita sekaligus penyelesaiannya, kemudian soal-soal tersebut dipecahkan oleh kelompok-kelompok lain.
  6. Selama kerja kelompok berlangsung guru membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan dalam membuat soal.
  7. Guru memberi penghargaan kepada siswa atau kelompok yang telah menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.
  8. Guru bertanya-jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan dan PR.
E. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Posing
Setiap metode pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya. Begitupula dengan model pembelajaran problem posing. Dalam Ilfi Norman & Md. Nor Bakar (2011: 1) menguraikan bahwa kelebihan model problem posing adalah :
Researchers in mathematics education argued that the use of appropriate problem posing approaches can affect students’ academic success in a positive way, can be a useful strategy for developing the problem solving ability (e.g., Kilpatrick, 1987; Cai, 1998; English, 1998; NCTM, 2000; Cunningham, 2004; Christou, Mousoulides, Pittalis, Pitta, & Sriraman, 2005), can develop students’ mathematical knowledge and understandings (e.g., Gonzales, 1996; Goldenberg, 2003), can illuminate what can be learned from studying how students solve problems and vice versa (e.g., English, 1997; NCTM, 2000; Cai & Hwang, 2002; Brown & Walter, 2005; Costa, 2005), can develop students’ problem posing performance (e.g., Abu-Elwan, 2002, 2006),can effect students’ positive attitudes towards mathematics (e.g., Akay & Boz, 2010),
Terjemahan paragaraf diatas adalah
Peneliti dalam pendidikan matematika menyimpulkan bahwa penggunaan dengan pendekatan problem posing dapat mempengaruhi kesuksesan akademis siswa secara positif, sebagai satu strategi yang bermanfaat untuk perkembangan kemampuan pemecahan masalah (misalnya., Kilpatrick, 1987; Cai, 1998; Inggris, 1998; NCTM, 2000; Cunningham, 2004; Christou, Mousoulides, Pittalis, Pitta, & Sriraman, 2005), dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman matematis siswa (misalnya., Gonzales, 1996; Goldenberg, 2003), dapat menjelaskan proses bagaimana murid menyelesaikan masalah dan bolak balik (misalnya., Inggris, 1997; NCTM, 2000; Cai & Hwang, 2002; Coklat & Walter, 2005; Costa, 2005), dapat mengembangkan sikap kritis dengan mengajukan masalah (misalnya., Abu Elwan, 2002, 2006),dapat mempengaruhi sikap positifnya siswa terhadap matematika (misalnya., Akay & Boz, 2010),
Dari pendapat ahli diatas dapat dipahami bahwa kelebihan model problem posing adalah :
  1. Kemampuan memecahkan masalah / mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan yang dihadapi,
  2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa/ terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan
  3. Mengetahui proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah
  4. Meningkatkan kemampuan mengajukan soal
  5. Sikap yang positif terhadap matematika
Sedangkan menurut Rahayuningsih (dalam Sutisna, 2002: 18), kelebihan Problem Posing diantaranya adalah: 
  1. Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa.
  2. Minat siswa dalam pembelajaran matematika lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri.
  3. Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal.
  4. Dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah.
  5. Dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih baik.
Berdasarkan kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model pembelajaran problem posing yaitu :
  1. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
  2. Minat yang positif terhadap matematika
  3. Membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada sehingga meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah
  4. Memunculkan ide yang kreatif dari dalam mengajukan soal.
  5. Mengetahui proses bagaimana cara siswa memecahkan masalah
Sedangkan kekurangan model problem posing yaitu pembelajaran model problem posing membutuhkan waktu yang lama, dan agar pelaksanaan kegiatan dalam membuat soal dapat dilakukan dengan baik perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal.

Jadi, siswa sebenarnya dapat dioptimalkan potensinya dengan memberikan pembelajaran inovatif yang tentunya banyak menuntut (melaatih) kreatifitas siswa hingga akhirnya siswa terampil dalam mengungkap fakta yang berkaitan dengan masalah dan menyelesaikan masalah tersebut berdasarkan fakta yang didapat.
 Semoga bermanfaat..
Wassalamu'alaikum....

Source :
  • Ali Mahmudi (Desember 2008). Pembelajaran Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Matematika diselenggarakan oleh Jurusan Matematika FMIPA UNPAD bekerjasama dengan Departemen Matematika UI, di Universitas Padjajaran
  • Irwan. (2011). Pengaruh Pendekatan Problem Posing Model Search, Solve, Create And Share (SSCS) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Matematika (Suatu Kajian Eksperimen Pada Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Padang (UNP). Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 12 No. 1 April 2011, 1-13
  • Norman, Ilfi., Md. Nor Bakar. (2011). Secondary School Students’ Problem Posing Strategies: Implications To Secondary School Students’ Problem Posing Performances. Journal of Edupres, Volume 1 September 2011, 1-8
  • Stoyanova, E dkk. 1996. A Framework for Research into Students' Problem Posing in School Mathematics. Edith Cowan University
  • Suyitno. 2009. Model Pembelajaran Problem Posing [Online]. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com /2009 /04/ 19/model-pembelajaran-problem-posing.html. Diakses 10 Oktober 2011.
  • Sutisna. (2010). Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Posing. [Online]. Tersedia : http://sutisna.com/artikel/artikel-kependidikan/kelebihan-dan-kelemahan-pembelajaran-dengan-pendekatan-problem-posing/ (Diakses 12 Oktober 2011)
  • Tatag Y. E. Siswono. 2000. Pengajuan Soal (Problem Posing) Oleh Siswa Dalam Pembelajaran Geometri di SLTP. Seminar Nasional Matematika “Peran Matematika Memasuki Milenium III” 2 Nopember 2000 di ITS Surabaya.7-12
Special thank's to : Yoga Setyagama

0 comments:

Post a Comment

Thank you for visiting this blog ...
Please leave at least a comment to improve the quality of this blog.
Thank you very much....