This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Saturday, November 10, 2012

Tipe-Tipe Kepemimpinan

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
tipe pemimpin, tipe kepemimpinan
Setiap dari kita adalah Pemimpin
Dalam realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya menunjukkan adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry  bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yang dikutip Maman Ukas (1999). Keenam tipe tersebut yaitu :
  1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership).
    Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
  2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership).
    Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
  3. Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership).
    Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
  4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership).
    Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
  5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership).
    Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
  6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership).
    Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas (1999) mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
  1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
  2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
  3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macam organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.

Wassalamu'alaikum....
Sumber :
Maman Ukas. 1999. Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Bandung : Ossa Promo.

Friday, November 09, 2012

Aktivitas Belajar Matematika

Assalamu'alaikum ....
Mayasa©. Melanjutkan pembahasan mengenai Matematika, jika sebelumnya saya sudah menguraian mengenai pengertian Matematika, hakikat Matematika, komunikasi Matematika dan indikator komunikasi Matematika. Maka kali ini saya akan menguraikan aktivitas belajar Matematika.
keaktifan belajar, aktivitas belajar, belajar aktif
Aktivitas Belajar
Seperti yang kita tahu bahwa umumnya dalam kegiatan belajar mengajar siswa diposisikan sebagai pendengar ceramah guru, sehingga proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa kurang bersemangat. Sikap siswa yang pasif tidak hanya pada mata pelajaran tertentu tetapi hampir terjadi pada semua mata pelajaran termasuk matematika. Padahal keaktifan siswa dalam mengkuti kegatan belajar mengajar mempunyai banyak manfaat bagi siswa.

A. Konsep Aktivitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004: 17), aktivitas diartikan keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari Bahasa Inggris dari kata activity yang berarti kegiatan. Di dalam belajar diperlukan aktivitas sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat yaitu berbuat untuk mengubah tingkah laku.Menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan.

Trinandita (1984) menyatakan bahwa “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan iteraksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.


Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunakan aktivitas dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.


B. Konsep Aktivitas Belajar Matematika
Paul B. Diedirich (Rohani, 2004: 9) setelah mengadakan penyelidikan, menyimpulkan terdapat 177 macam kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain:
  1. Visual activities, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, dan sebagainya.
  2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.
  3. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.
  4. Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya.
  5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.
  6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
  7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
  8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.
Aktivitas – aktivitas tersebut tidak terpisah satu sama lain. Misalnya dalam aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu, dan seterusnya. Sehingga pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan.

Dalam proses belajar mengajar matematika, guru harus dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika dalam berfikir maupun bertindak. Dengan aktivitas belajar matematika yang menyenangkan, kemungkinan pelajaran matematika akan lebih berkesan dan dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda, misalnya bertanya, mengerjakan tugas, presentasi, dan sebagainya.

Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika memiliki manfaat tertentu, antara lain: 1) siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, 2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, 3) memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok, 4) memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, 5) pembelajaran dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman.

Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika sendiri dapat disebabkan oleh media pembelajaran yang minim di dalam suatu kelas. Tidak adanya media pembelajaran yang menarik, seperti komputer, LCD juga akan berpengaruh terhadap aktivitas siswa dalam mempelajari suatu pelajaran. Di dalam kelas, guru menerangkan hanya memakai papan tulis saja sehingga siswa difungsikan untuk melihat dan mendengarkan ceramah guru, berakibat siswa tersebut akan bosan serta tidak adanya aktivitas siswa yang menyenangkan di dalam kelas.

Jadi mari kita aktifkan siswa terutama dalam pelajaran Matematika yang notabene menjadi momok bagi siswa. Sehingga kedepan Matematika tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran yang menakutkan.

Wassalamu'alaikum...

Sumber :
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Monday, November 05, 2012

Strategi Pembelajaran Aktif Index Card Match

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Index card match merupakan salah satu strategi pembelajaran yang saya sukai. Saat PPL saya juga pernah menerapkan index card match. Namun ada yang mengatakan index card match sebagai Make a Match. Terlepas dari itu semua, kali ini saya ingin mengajak anda untuk lebih jauh mengenal Index Card Match dan bagaimana pelaksanaannya dikelas.
index card match, make a match, pembelajaran aktif
Index card match

a. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Sedangkan material meliputi buku – buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, komputer. Prosedur meliputi jadwal, metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya (Hamalik: 2007: 57).

Pembelajaran atau pengajaran menurut Daeng (Uno, 2006: 134 – 135) adalah upaya untuk membelajarkan siswa secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.

Siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajara yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada ”Bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada ”Apa yang dipelajari siswa”. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaiman cara agar tujuan dapat tercapai (Uno, 2006: 135).

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar lebih baik. Proses pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa dengan mengembangkan metode yang tepat untuk mencapai hal pembelajaran yang diinginkan.

b. Konsep Strategi Pembelajaran Aktif Index Card Match
Menurut Zaini (2008: 32) menjelaskan bahwa index card match atau mencari pasangan adalah strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun dapat diajarkan dengan strategi ini dengan catatan siswa diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.

Adapun langkah–langkah pembelajaran index card match, yaitu:
  1. Membuat potongan – potongan kertas sejumlah siswa yang ada di dalam kelas.
  2. Bagi jumlah kertas – kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
  3. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
  4. Pada separuh kertas lain, tulis jawaban dari pertanyaan – pertanyaan yang telah dibuat tadi.
  5. Kocoklah semua kartu sehingga akan tercampur antara kartu soal dan kartu jawaban.
  6. Beri setiap siswa satu kertas atau kartu. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang akan dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
  7. Minta siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, minta mereka untuk duduk berdekatan. Terangkan juga agar mereka tidak memberi materi yang mereka dapatkan kepada teman lain.
  8. Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan kertas kepada teman – teman yang lain. Selanjutya soal tersebut dijawab oleh pasangan – pasangan yang lain.
  9. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Tentunya sebagai strategi pembelajaran aktif, index card match juga mempunyai kelebihan. Kelebihan index card match antara lain:
  1. Siswa menerima satu kartu soal atau jawaban, namun melalui presentasi antar pasangan, siswa dapat mempelajari topik/konsep lainnya.
  2. Terjadi proses diskusi dan presentasi sehingga dapat lebih menguatkan konsep/topik yang hendak direview maupun topik baru yang baru dipelajari.
Adapun kelemahan index card match menurut saya adalah pengondisian siswa yang cukup sulit sebab begitu siswa diminta mencari pasangan dengan serta merta suasana akan menjadi hiruk pikuk. Jadi perlu usaha ekstra untuk mengondisikan siswa kembali.

Namun yang pasti, siswa akan merasa senang dan gembira dengan kegiatan belajar yang dilakukan. Selain itu, dengan mempresentasikan soal dan jawabannya mereka akan terlatih berbicara dimuka umum.

Wassalamu'alaikum....

Sumber :
  1. Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
  2. Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
  3. Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD-UIN Yogyakarta

Sunday, November 04, 2012

Modifikasi Jupiter Z1

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Kemunculan yamaha Jupiter Z1 beberapa waktu lalu cukup menghebohkan khalayak. Melanjutkan desain sporty yang beberapa tahun ini menjadi senjata pabrikan berlogo garputala tersebut untuk merebut pangsa pasar.

Namun desain yang sangat sporty tersebut ternyata masih belum dirasa memuaskan bagi beberapa pihak, nah demi mendapat desain yang sesuai keinginan maka para rider itupun berusaha memodifikasi Jupiter Z1 tersebut yang nota bene masih berumur jagung alias masih fresh from the oven.

Akhirnya saya menemukan hasil modifikasi motor tersebut sehingga aura sporty-nya semakin keluar. Seperti yang dilansir motorplus, maka kali ini akan saya tampilkan penampakan Jupiter Z1 yang telah dimodifikasi tersebut.

So, let's check it out bro...











Yang biru memang lebih frontal dan ekstrem dalam modifikasinya, namun yang putih juga tidak kalah keren untuk dicoba.

Sayang kelengkapan seperti spion dan lampu tidak terpasang semua, sehingga sepertinya tidak layak dikendarai dijalan raya kalau tidak ingin berurusan dengan mr. polis...

Rasanya harus nabung dulu neh, buat nge-modif tunggangan hehe....

Wassalamu'alaikum....

Pict : Motorplus-online dan tmcblog...