This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sunday, October 21, 2012

Langkah Pembelajaran STAD

Keaktifan Siswa [STAD]
Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Seperti yang telah saya sampaikan pada artikel yang lalu bahwa akan saya lengkapi pembahasan mengenai metode pembelajaran STAD. Setelah pada artikel yang lalu telah sedikit saya uraikan pengertian serta kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran STAD. Maka kali ini akan kita lanjutkan pembahasan metode pembelajaran STAD dengan membahas langkah-langkah pembelajaran metode STAD tersebut.

Menurut Maidiyah (1998:7-13) langkah-langkah pembelajaran metode STAD adalah sebagai berikut:
  1. Persiapan STAD
    1. Materi
      Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.
    2. Menetapkan siswa dalam kelompok
      Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan kelompok dapat diikuti petunjuk berikut (Madiyah, 1998:7-8):
      1. Merangking siswa
        Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor tes.
      2. Menentukan jumlah kelompok
        Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa. Untuk menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk, bagilah banyaknya siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya 42 siswa, berarti ada delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan dibentuk.
      3. Membagi siswa dalam kelompok
        Dalam melakukan hal ini, seimbangkan kelompok-kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil belajrnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata-rata semua kelompok dalam kelas kurang lebih sama.
      4. Mengisi lembar rangkuman kelompok
        Isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk pembelajaran kooperatif metode STAD).
    3. Menentukan Skor Awal
      Skor awal siswa dapat diambil melalui Pre Test yang dilakukan guru sebelum pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada semester sebelumnya.
    4. Kerja sama kelompok
      Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling mengenal antar anggota kelompok.
    5. Jadwal Aktivitas
      STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.
  2. Mengajar
    Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan kuis.
    Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
    1. Pendahuluan
      1. Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka-teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
      2. Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran.
    2. Pengembangan
      1. Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran.
      2. Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.
      3. Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
      4. Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
      5. Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok masalahnya.
    3. Praktek terkendali
      1. Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
      2. Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.
      3. Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.
  3. Kegiatan Kelompok
    1. Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:
      1. Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh guru.
      2. Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok menguasai pelajaran.
      3. Mintailah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada guru.
      4. Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.
    2. Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan-peraturan lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru adalah:
      1. Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya.
      2. Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar jawabannya.
      3. Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman yang belum memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan.
      4. Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya.
    3. Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana anggota kelompok berdiskusi.
  4. Kuis atau Tes
    Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian, guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
  5. Penghargaan Kelompok
    1. Menghitung skor individu dan kelompok
      Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.
    2. Menghargai hasil belajar kelompok
      Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru mengemukakan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
  6. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama
    Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa.
Selain pendapat tersebut ada pendapat lain mengenai langkah-langkah dalam pembelajaran STAD. Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) adalah sebagai berikut:
  1. Para siswa di dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
  2. Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab dan diskusi antar sesama anggota tim.
  3. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
  4. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu (Sugiyanto, 2008: 43).
Berdasarkan uraian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) diatas dapat dipahami bahwa metode pembelajaran ini menenutut adanya keaktifan siswa.

Menurut Anton M. Mulyono (2001: 26) disebutkan bahwa aktivitas artinya ”kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik, merupakan suatu aktifitas.

Sedangkan menurut Sriyono, aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar (http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar/ 02/06/2010).

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri seperti: sering bertanya pada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

Seorang pakar pendidikan, Trinandita (1984) menyatakan bahwa “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, di mana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa langkah pembelajaran metode STAD meliputi pembentukan kelompok (sebisa mungkin kelompok yang heterogen), pemberdayaan kelompok dengan mengerjakan tugas kelompok, serta pemberian penghargaan kelompok bagi yang berprestasi. 

Wassalamu'alaikum...

Sumber :
  • Defri, Ahmad. 2010. Aktifitas Belajar. (http://id.shvoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar/ 02/06/ 2010)
  • Maidiyah, E. 1998. Pembelajaran Kooperatif Pada Topik Pecahan di SD (Dalam Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika Dalam Menghadapi Era Globalisasi: Perspektif Pembelajaran Alternatif Kompetitif) Laporan Seminar Nasional Pendidikan Matematika 4 April 1998. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
  • Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 13. Universitas Negeri Sebelas Maret.

Friday, October 19, 2012

Kisah Pohon Apel

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Ada sebuah kisah yang sering saya dengar beberapa waktu yang lalu. Kisah ini membuat saya mengerti apa arti sebuah pengorbanan. Dan pastinya membuat saya berpikir bahwa apa yang kita lakukan tidak akan pernah mampu mengganti kasih sayang orang tua kita.
Ya, sebab kisah berikut ini akan menggambarkan betapa kasih sayang orang tua terhadap kita (anak-anaknya) tidak terbatas dan tidak pernah mengharapkan pamrih apapun.

Jika anda tidak percaya, silahkan simak kisah selengkapnya dan renungkan dengan sepenuh hati.....

Pada suatu masa, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar. Ada seorang anak lelaki yang sangat gemar bermain di sekitar pohon apel tersebut setiap hari. Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut.

Masa berlalu, anak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau.” jawab remaja itu.
“Aku ingin sebuah mainan. Aku memerlukan uang untuk membelinya.” Tambah remaja itu dengan nada yang sedih.
Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli mainan yang kau inginkan.”

Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi setelahnya. Pohon apel itu merasa sedih.

Masa berlalu, suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku tidak punya waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin membangun rumah sebagai tempat berlindung keluargaku. Bisakah kau menolongku?” Tanya anak itu.

” Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah dengannya.” Pohon apel itu memberikan jawaban.

Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong semua dahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagi setelah itu.

Suatu hari yang panas seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan dewasa.

” Marilah bermain-mainlah di sekitarku, “ajak pohon apel itu.
” Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Namun, aku tidak mempunyai perahu.Apakah kau bisa menolongku?” tanya lelaki itu.

“Aku tidak mempunyai kapal untuk diberikan kepadamu. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untuk dijadikan kapal. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata pohon apel itu.

Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimakan usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.

“Maafkan aku. Aku tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan kepadamu. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, dan batangku untuk kau buat kapal. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.

“Aku tidak mau apelmu sebab aku sudah tidak punya gigi untuk memakannya, aku tidak mau dahanmu karna aku sudah tua untuk memotongnya, dan aku tidak mau batang pohonmu karna aku tidak ingin belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.

“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu.

Lalu lelaki tua itupun duduk beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis penuh kegembiraan.

***

Itulah kisah SEBATANG POHON APEL dan anak lelaki yang sangat senang bermain dengan pohon apel tersebut.

Sebenarnya, pohon apel di dalam cerita itu adalah ibu bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka.
Ketika kita meningkat remaja, kita memerlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan gembira dalam hidup.

Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap pohon apel itu. Tetapi pikirkanlah, itu adalah gambaran dari kebanyakan anak-anak masa kini dalam melayani ibu bapaknya.
Hargailah jasa ibu bapak kepada kita, betapa banyak pengorbanan yang telah dilakukan untuk kita. Jangan hanya kita menghargai mereka saat memperingati hari ibu dan hari bapak saja.

Semoga bermanfaat, wassalamu'alaikum....

Wednesday, October 17, 2012

Indikator Komunikasi Matematika

Assalamu'alaikum...
Mayasa©, Setelah membahas pengertian komunikasi matematika, kali ini saya akan melanjutkan pembahasan tersebut dengan membahas indikator komunikasi matematika. Sebab untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika yang dimiliki oleh siswa baik kemampuan komunikasi lisan maupun komunikasi tertulis kita memerlukan suatu indikator, sehingga dengan mudah kita dapat menentukan tingkat kemampuan komunikasi matematika siswa.
Komunikasi Matematis
Berikut adalah indikator kemampuan komunikasi lisan maupun tertulis.
  1. Indikator kemampuan komunikasi lisan yang dikemukakan oleh Suzana dalam Afifah (2011 : 15) adalah:
    1. Menjelaskan kesimpulan yang diperoleh.
    2. Menafsirkan solusi yang diperoleh.
    3. Memilih cara yang paling tepat dalam menyampaikan penjelasannya.
    4. Menggunakan tabel, gambar, model, dan lain-lain untuk menyampaikan penjelasan.
    5. Mengajukan suatu permasalahan atau persoalan.
    6. Menyajikan penyelesaian dari suatu permasalahan.
    7. Merespon suatu pertanyaan atau persoalan dari siswa lain dalam bentuk argumen yang meyakinkan.
    8. Menginterpretasi dan mengevaluasi ide-ide, simbol, istilah, serta informasi matematika.
    9. Mengungkapkan lambang, notasi, dan persamaan matematika secara lengkap dan benar.
  2. Indikator kemampuan komunikasi tertulis yang dikemukakan oleh Ross dalam Nurlaelah (2009: 25) adalah:
    1. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, bagan, tabel, atau penyajian secara aljabar.
    2. Menyatakan hasil dalam bentuk tulisan.
    3. Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep matematika dan solusinya.
    4. Membuat situasi matematika dengan menyediakan ide dan keterangan dalam bentuk tulisan.
    5. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat.
Kemampuan komunikasi matematika yang dimaksud pada penelitian yang saya lakukan adalah kemampuan siswa yang diukur melalui aspek: (a) membuat situasi matematika dan menyediakan ide dan keterangan dalam bentuk tulisan, (b) menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar dan aljabar, (c) menginterpretasikan ide matematika dalam bentuk gambar dan aljabar, dan (d) menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep matematika dan solusinya.

Nah itulah sedikit uraian mengenai indikator kemampuan komunikasi matematika siswa. Dengan membandingkan indikator tersebut dengan kondisi siswa akan kita ketahui tingkat kemampuan komunikasi matematika mereka.

Wassaslamu'alaikum...

Sumber :
  • Afifah, Nurul. 2011. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Penerapan Pendekatan Creative Problem Solving (CPS) (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMPN 14 Bandung). Skripsi FMIPA Pendidikan Matematika UPI: Tidak Diterbitkan.
  • Nurlaelah, E. 2009. Pencapaian daya dan Kreativitas Matematik Mahasiswa Calon Guru Melalui Pembelajaran Berdasarkan Teori Apos. Disertasi Doktor Pada SPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Monday, October 15, 2012

Metode Pembelajaran STAD

Assalamu'alaikum...
STAD [carapedia.com]
Mayasa©. Pembelajaran kooperatif metode STAD merupakan model pembelajaran yang paling sederhana. Siswa dalam pembelajaran kooperatif metode STAD dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Kelompok kecil ini mempunyai anggota 4-5 siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah, terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan apabila memungkinkan berasal dari suku, agama dan etnis yang berbeda (Ibrahim, 2000:20).

Kelebihan dan Kekurangan STAD
Menurut Soewarso (1998:23 ) metode STAD memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan STAD yaitu:
  1. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
  2. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
  3. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
  4. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
  5. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
  6. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuannya.
  7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
Sedangkan kekurangan STAD yaitu:
  1. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar mandiri.
  2. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.
  3. Penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Menurut Slavin (dalam Noornia, 1997:21) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode STAD. Adapun kelima komponen tersebut, adalah:
  1. Penyajian kelas
    Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.
  2. Menetapkan siswa dalam kelompok
    Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD, karena didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah saling menyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar dan untuk mengingat materi yang telah diberikan dan memahaminya untuk digunakan mengerjakan kuis sehingga mereka bias mengerjakan dengan baik. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok terdiri dari 4-5 siswa baik jenis kelamin, suku atau etnik dalam kelas untuk menjalankan aktivitas akademik. Yaitu kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang.
  3. Tes dan Kuis
    Siswa diberi tes individu setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
  4. Skor peningkatan individual
    Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pre tes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatis metode STAD.
  5. Pengakuan kelompok
    Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
Itulah sedikit uraian mengenai metode STAD, semoga mudah untuk dipahami. Sedangkan langkah pembelajaran metode STAD InsyaAlloh akan saya uraiakan pada artikel yang lain.
Wassalamu'alaikum...

Sumber :
  • Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
  • Noornia, A. 1997. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode STAD Pada Pengajaran Persen di Kelas VI SD Ma’arif 02 Singosari. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.