This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Saturday, June 23, 2012

Makna Dibalik TOGA

Assalamu'alaikum...
toga, makna toga, lulusan, wisuda
Left to right ('Aini, Mbak Mey, dan Yustina)
Mayasa©. Haduh telat skali nih postingannya, harusnya saya buat postingan ini sebelum tanggal 12 Mei. Karena tanggal 12 Mei 2012 lalu alhamdulillah saya dan teman-teman akhirnya merasakan juga Graduation dari University. Hilang dech semua perasaan waktu mengajukan judul ataupun saat dagdigdug buat konsultasi proposal maupun bab skripsi. Puncak stresnya pas ujian skripsi, sampai diundur juga jadwal ujiannya. Haduh pokoknya semua perasaan yang dialami ilang, luntur semua gara-gara satu stel pakaian berwarna hitam yang secara mode jauh dari kesan eye catching itu ^_^!

Meskipun begitu saat kita pakai baju toga tersebut di hari wisuda, langsung dech rasa bangga meledak berkali-kali lipat!!!
Nggak percaya?
Silahkan anda coba sendiri (^O^)
Yups, itulah TOGA, jubah hitam ini memang tidak bisa dipisahkan dari acara lulus-lulusan.

Btw tahukah anda bahwa dibalik kesederhanaannya, toga menyimpan banyak makna. Jika ingin tahu lebih lanjut silahkan disimak sampai akhir artikel ini.
ASAL MUASAL
Toga berasal dari "tego", yang dalam bahasa Latin berarti penutup. Meski sering dikaitkan dengan bangsa Romawi kuno, sebenarnya toga merupakan pakaian yang sering dikenakan bangsa Etruskan (pribumi Italia) sejak 1. 200 SM.
Kala itu bentuk toga belum berupa jubah jubah, tapi hanya kain sepanjang 6 meter yang cara pakainya dililit ke tubuh (mirip SARI yang dipakai cewek india yah). Ribet memang, tapi toga merupakan satu-satunya pakaian yang dianggap pantas dikenakan saat seseorang berada diluar ruangan.

Seiring berjalannya waktu, pemakaian toga untuk busana sehari-hari mulai ditinggalkan. Tapi tidak berarti toga lenyap begitu saja. Setelah bentuknya “dimodifikasi” jadi semacam jubah, derajat toga justru naik menjadi pakaian seremonial. Salah satunya adalah untuk dikenakan saat upacara wisuda.

MENYIBAK KEGELAPAN
toga, makna toga, lulusan, wisuda
Beat the Darkness..
Bukan tanpa alasan, toga tampil dengan warna hitam. Seperti yang kita tahu, hitam sering diidentikkan dengan hal yang misterius dan gelap. Nah, misteri dan kegelapan inilah yang harus dikalahkan oleh para sarjana. Dengan memakai warna hitam, diharapkan para sarjana mampu menyibak kegelapan dengan ilmu pengetahuan yang didapat selama ini.

Warna hitam juga melambangkan keagungan. Karena itu selain sarjana, hakim dan sebagian pemuka agama juga menggunakan warna hitam sebagai warna jubah kebesarannya.

Lalu, apa makna bentuk persegi (segilima untuk mahasiswa UMS) pada topi toga? Well, sudut-sudut tersebut melambangkan bahwa seorang sarjana dituntut untuk berpikir rasional dan memandang segala sesuatu dari berbagai sudut pandang. Jangan sampai sudah menyandang status sarjana tapi pola pikirnya masih sempit.

KUNCIR LAMBANG OTAK
toga, makna toga, lulusan, wisuda
Berbakat jadi Rektor dan WD ternyata ^O^
Dipuncak acara wisuda, anda mungkin bertanya-tanya (saya juga lho...), kenapa kuncir tali di topi toga harus dipindah dari sisi kiri ke kanan? 
Kenapa tidak sebaliknya, atau biar saja mau ditaruh dimana kuncir tersebut.

Kuncir tali toga yang semula berada dikiri ternyata bermakna bahwa semasa kuliah kita lebih banyak menggunakan otak kiri. Nah, dengan dipindah kekanan, tujuannya agar para sarjana tidak lagi hanya menggunakan otak kiri, namun juga otak kanan yang berhubungan dengan kreativitas, imajinasi, dan inovasi.

Filosofi lainnya, kuncir tali di topi toga melambangkan tali pita pembatas buku. Dengan pindah tali, diharapkan para wisudawan terus membuka lembaran buku supaya ilmunya tidak stagnan alias mandeg. Mentang-mentang sudah sarjana, lantas berpikir sudah cukup berilmu sehingga berhenti belajar. Intinya para sarjana harus jadi individu yang katif, kreatif, dan sensitif terhadap perkembangan jaman.

Berat juga beban yang mesti dipikiul para sarjana. Semoga makna TOGA tidak hanya menjadi sebuah filosofi, namun mampu diimplementasikan oleh para sarjana. Aamiin...

Semoga bermanfaat, wassalamu'alaikum...

Maaf, saya lupa sourcenya. Coz sudah lama artikel ini tersimpan di komputer. Skali lagi maaf ya.

Friday, June 22, 2012

Membuat Prakarya

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Daya cipta atau kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang sudah ada.

Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran berdayacipta (creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.

Namun agar mampu menciptakan sesuatu yang baru kita harus belajar dan membiasakan diri untuk berkreasi dengan membuat sesuatu yang sudah ada. Kemudian pada tahap selanjutnya kita bisa mengembangkan sesuatu yang telah ada dengan berbagai inovasi baru. Dan pada akhirnya kita akan mampu untuk menciptakan kreasi yang benar-benar baru dan pastinya lebih bermanfaat.

Untuk sikap kreatif sebisa mungkin harus kita tanamkan sejak dini. Penanaman sikap kreatif salah satunya dapat dilakukan dengan mengajak siswa untuk membuat prakarya. Siswa di SDN 02 Rejosari tempat saya berjuang, pada beberapa hari yang lalu dengan dibimbing oleh wali kelasnya siswa siswi kelas III membuat prakarya dari tanah liat dan dari kertas.
Prakarya dari tanah liat tersebut berupa benda-benda yang ada disekitar kita misalnya pesawat terbang, keranjang buah, kursi kantor dan sebagainya.
Ini contoh kerajinan yang dibuat oleh anak-anak tersebut :

pendidikan karakter, belajar kreativ, learning by doing
Kerajinan dari tanah liat

pendidikan karakter, belajar kreativ, learning by doing

pendidikan karakter, belajar kreativ, learning by doing
Handphone dan kapal selam (kayaknya ^_^!)

pendidikan karakter, belajar kreativ, learning by doing
Pesawat terbang, semoga menjadi cikal Pesawat Nasional

pendidikan karakter, belajar kreativ, learning by doing
Kursi kantor, asli bisa berputar lho ^O^

pendidikan karakter, belajar kreativ, learning by doing
Keranjang buah, cukup detail...

Selain dari tanah liat, mereka juga membuat prakarya dari kertas, memang polanya didownload dari internet, tetapi untuk pengerjaannya tetap dilakukan oleh siswa. Hasilnya seperti berikut :
pendidikan karakter, belajar kreativ, learning by doing
Siswa dan hasil karyanya

pendidikan karakter, belajar kreativ, learning by doing
Boneka kertas dan kereta api yang dibuat siswa

pendidikan karakter, belajar kreativ, learning by doing
Papercraft yang dikerjakan siswa
Secara umum hasil prakarya siswa cukup memuaskan, namun yang terpenting dengan membuat prakarya, siswa dapat meningkatkan ketrampilan dan juga secara tidak langsung belajar untuk sabar, tekun dan bekerja sama serta berkompetisi secara sehat.
Jadi selain mengarahkan siswa untuk jadi kreatif, pembuatan prakarya juga mendukung pendidikan karakter yang di gadang-gadangkan pemerintah saat ini. 

Harapan saya, dengan terbiasa untuk membuat prakarya maka siswa akan semakin terampil dan bersemangat dalam menciptakan sesuatu.
Semoga saja...

Wassalamu'alaikum...

Kesulitan Belajar dan Cara Mengatasinya

Assalamu'alaikum...
kesulitan belajar, cara mengatasi kesulitan belajar
Hambatan Belajar
Mayasa©. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku suatu individu yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan, belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan suatu perubahan pada diri individu sehingga diperoleh kemampuan baru yang bertahan dalam jangka waktu yang relatif lama. 

Tentunya dalam melaksanakan proses belajar tidak selalu berjalan mulus dan tanpa rintangan. Terkadang seseorang mengalami kesulitan dalam belajar sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan harapan.

Kesulitan belajar sendiri dapat diartikan sebagai hambatan/ gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf integensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai.
Untuk lebih mendalami macam-macam kesulitan belajar dan bagaimana cara mengatasinya mari kita bahas bersama-sama.
A. Macam-macam kesulitan belajar
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 78) macam-macam kesulitan belajar ini dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu sebagai berikut :
  1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar
    1. Ada yang berat
    2. Ada yang ringan
  2. Dilihat dari bidang studi yang dipelajari
    1. Ada yang sebagian bidang studi
    2. Ada yang keseluruhan bidang studi
  3. Dilihat dari sifat kesulitannya
    1. Ada yang sifatnya permanen/menetap
    2. Ada yang sifatnya hanya sementara
  4. Dilihat dari segi faktor penyebabnya
    1. Ada yang karena faktor intelegensi
    2. Ada yang karena faktor non-intelegensi
B. Faktor-faktor penyebab kesuliatan belajar
Menurut Hallen (2005: 121-123) penyebab kesulitan belajar ada dua faktor penyebabnya yaitu sebagai berikut:
  1. Faktor internal
    1. Kurangnya bakat khusus untuk suatu situiasi belajar tertentu. Sebagai halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadahuntuk mencapai hasil belajar tertentu. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar.
    2. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik. Kemampuan dasar (intelegensia) merupakn wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar yang diharapkan.jika kemampuan dasar rendah, maka hasil belajar yang dicapai akan rendah pula, sehingga menimbulkan kesulitan dalam belajar.
    3. Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar, tanpa adanya motivasi yang besar peserta didik akan banyak mengalami kesulitan dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar. Persaingan yang sehat antar individu maupun antar kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
    4. Faktor jasmaniah tidak mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya.
    5. Faktor hereditas (bawaan) yang tidak mendukung kegiatan belajar, seperti buta warna, kidal, cacat tubuh dan lain sebagainya.
  2. Faktor eksternal
    1. Faktor lingkungan sekolah yang tidak memadai bagi situasi belajar peserta didik, seperti cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang akan dipelajari, perlengkapan belajar yang tidak memadai, teknik evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar yang kurang nyaman dan sebagianya.
    2. Situasi keluarga yang kurang mendukung situasi belajar peserta didik, seperti rumah tangga yang kacau (broken home), kurangnya perhatian orang tua karena sibuk dengan pekerjaannya, kurangnya kemampuan orang tua dalam memberikan pengarahan dan lain sebagainya.
    3. Situasi lingkungan sosial yang menggangu kegiatan belajar siswa, seperti pengaruh negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan kebudayaan, film, bacaan, permainan elektronik, play station, dan sebagainya.
Berkaitan dengan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar sebagaimana yang telah diuraikan diatas, senada dengan itu Muhibbin Syah secara sederhana juga mengemukakan ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan belajar dan faktor-faktor penyebabnya. 
Menurut Muhibbin Syah (2004: 173-174) 
“Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun kesulitan belajar juga dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering meninggalkan pelajaran”.
Selanjutnya ia menyebutkan secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam, yaitu: (1) faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri, (2) faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang datang dari luar diri siswa

C. Cara mengatasi kesulitan belajar
kesulitan belajar, cara mengatasi kesulitan belajar
Pemberian Treatment
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesulitan belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 96-101) langkah-langkah untuk mengatasi kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
  1. Pengumpulan data
    Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banayk informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data.
  2. Pengolahan data
    Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, selanjutnya diadakan pengolahan secara cermat. Dalam pengolahan data langkah yang dapat ditempuh antara lain:
    1. Identifikasi kasus
    2. Membandingkan antar kasus
    3. Membandingkan dengan hasil tes
    4. Menarik kesimpulan
  3. Diagnosis
    Diagnosis adalah keputusan (penentu) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
    1. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
    2. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
    3. Keputusan mengenai factor utama penyebab kesulitan belajar.
  4. Prognosis
    Prognosis artinya “ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
  5. Treatment/perlakuan
    Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan contohnya bimbingan belajar kelompok, bimbingan belajar individual dan lain-lain.
  6. Evaluasi
    Evaluasi disini untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment yang diberikan tidak berhasil, maka diadakan pengecekan kembali. 
Itulah faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan dan solusi untuk mengatasi kesulitan belajar yang mungkin dialami siswa kita.

Ingat anak adalah amanah yang dititipkan Alloh kepada kita, jadi mari kita jaga amanah tersebut sehingga mampu menjadi insan yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Salah satunya adalah dengan membimbing dan membantunya mengatasi kesulitan yang mereka alami.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum...

Source :
Ahmadi, Abu Widodo, Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Hallen A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Quantum Teaching.
Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers

Thursday, June 21, 2012

Komponen RPP

Assalamu'alaikum...

penyusunan rpp, pengertian rpp, rpp, komponen rpp
Sangat perlu menyiapkan RPP
Mayasa©. Perencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Perencanaan pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, sekolah, mata pelajaran, dsb. Perencanaan pembelajaran yang umumnya dibuat guru adalah silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Pada lampiran Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, diatur tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru, baik yang bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru tuntutan kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan perencanaan pembelajaran secara memadai.

Pada postingan kali ini akan saya uraikan mengenai pengertian RPP dan Komponen-komponen RPP tersebut. Meskipun ada banyak pendapat mengenai format RPP, namun hal tersebut tidak menjadi masalah sebab bukan komponen RPP yang menentukan keberhasilan pembelajaran, akan tetapi pemilihan metode pembelajaran dan kesesuaian perencanaan (RPP) dengan karakteristik siswa.

A. PENGERTIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:
”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Jadi dapat dipahami bahwa RPP adalah perangkat yang berisi skenario pembelajaran yang dibuat secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

B. KOMPONEN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di masing-masing sekolah.
Secara umum, komponen RPP meliputi :
  1. Identitas mata pelajaran, meliputi:
    1. Satuan pendidikan,
    2. Kelas,
    3. Semester,
    4. Program studi,
    5. Mata pelajaran atau tema pelajaran,
    6. Jumlah pertemuan.
  2. Standar kompetensi
    Merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
  3. Kompetensi Dasar,
    Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
  4. Indikator pencapaian kompetensi,
    Adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
  5. Tujuan pembelajaran,
    Menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar.
  6. Materi ajar,
    Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
  7. Alokasi waktu,
    Ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.
  8. Metode pembelajaran,
    Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
  9. Kegiatan pembelajaran :
    Kegiatan pembelajaran dibagi menjadi 3 kegiatan, yakni : pendahuluan/ kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir/ penutup.
    1. penyusunan rpp, pengertian rpp, rpp, komponen rpp, kesiapan siswa
      Kesiapan siswa untuk belajar sangat penting
    2. Pendahuluan
      Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
    3. Inti
      Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi.
    4. Penutup
      Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
  10. Penilaian hasil belajar
    Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
  11. Sumber belajar
    Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Dari uraian diatas, saya menyimpulkan bahwa RPP sangat penting untuk membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran. Dengan menyusun RPP berarti guru telah membuat pegangan dalam kegiatan pembelajaran sehingga apa yang disampaikan dan dilakukan guru tidak keluar dari tujuan yang ditentukan. Selain itu, dengan menyusun RPP maka pembelajaran akan menjadi lebih efektif sebab guru tidak lagi meraba-raba apa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Namun ironisnya, saat ini guru kurang bersemangat untuk menyusun RPP. Alasannya adalah ribet dan karena sudah berpengalaman mengajar maka kebanyakan guru merasa bahwa beliau telah hafal dalam melaksanakan pembelajaran sehingga tidak memerlukan pedoman seperti RPP. Padahal seiring berjalannya waktu, jaman semakin berkembang sehingga jika guru tidak mengikuti perkembangan tersebut otomatis pendidikan akan jalan ditempat yang imbasnya kualitas lulusan akan kalah bersaing.

Jadi, masih malas menyusun RPP?

Wassalamu'alaikum...