This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, April 17, 2012

Metode Pembelajaran Invitation Into Inquiry

Assalamu'alaikum...
Metode Pembelajaran Inquiry
Inquiry
Mayasa©. Seperti yang telah saya uraikan, bahwa pembelajaran Inquiry terbagi atas beberapa metode pembelajaran. Diantaranya adalah metode pembelajaran Pictorial riddle, Invitation Into Inquiry, dan Value Clarification Technique. Untuk metode pembelajaran Pictorial Riddle telah saya sampaiakan sebelumnya, jadi kali ini saya ingin sedikit membahas mengenai metode pembelajaran Invitation Into Inquiry yang merupakan salah satu metode pembelajaran yang saya gunakan untuk riset saya selain metode pembelajaran Creative Problem Solving.

Sama seperti riset dari Mbak Nur'aini, saya juga membandingkan dua metode pembelajaran untuk dilihat manakah dari kedua metode tersebut yang lebih baik pengaruhnya terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa.
Apa dan bagaimanakah implementasi dari metode pembelajaran Invitation Into Inquiry tersebut, mari kita simak bersama-sama.
  1. Pengertian Invitation Into Inquiry
  2. Inkuiri yang dalam bahasa inggris adalah Inquiry, berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan sebagai proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Suryobroto mengutip pendapat Sund dalam Trianto (2007: 135) menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan secara lebih mendalam.
    Gulo dalam Trianto (2007: 135) menyatakan bahwa inquiry merupakan rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam pembelajaran Inkuiri meliputi penggalian informasi dan pengungkapan fakta secara kritis dan logis kemudian informasi tersebut dianalisis secara sistematis untuk mendapat kesimpulan.
    Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran yang berusaha memberdayakan seluruh kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah dengan analisa yang sistematis sehingga siswa terlatih menggunakan kemampuan berpikir dalam berbagai situasi yang ada.
    Kindsvatter dalam Ristanto (2010:30) membedakan pembelajaran inkuiri menjadi dua macam, yaitu inkuiri terbimbing (guide inquiry) dan inkuiri bebas (free inquiry). Perbedaan itu lebih ditandai dengan seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikan tersebut. Pembelajaran inkuiri bebas, guru berperan sebagai teman belajar. Sedangkan pada inkuiri terbimbing guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator, sehingga guru masih mempunyai peran yang besar dalam proses pembelajaran.
    Metode pembelajaran Invitation Into Inquiry merupakan salah satu metode pembelajaran yang termasuk ke dalam inkuiri terbimbing (guide inquiry). Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam metode pembelajaran Invitation Into Inquiry, siswa diundang ke dalam suatu masalah berupa pertanyaan yang telah direncanakan dengan hati-hati, sehingga mengundang siswa untuk terlibat melakukan beberapa kegiatan atau jika mungkin semua kegiatan, seperti merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat, menginterpretasi data, membuat grafik, menentukan peranan diskusi dan simpulan dalam merencanakan penelitian dan mengenal bagaimana kesalahan eksperimental yang mungkin dapat dikurangi atau diperkecil.
    Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa Invitation Into Inquiry berupaya untuk melatih siswa berpikir secara ilmiah dan sistematis dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

  3. Langkah-langkah Invitation Into Inquiry
  4. Pada metode pembelajaran Invitation Into Inquiry, siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah menggunakan cara-cara yang lazim ditempuh para ilmuwan. Undangan (invitation) diberikan melalui pertanyaan/masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati. Guru mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
    1. Merumuskan hipotesis
    2. Siswa mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dari pertanyaan yang telah disampaikan oleh guru, dan dibantu dengan percobaan-percobaan untuk mendapatkan hipotesis awal dan hipotesis akhir siswa dengan pengetahuan pemahaman yang dimiliki siswa.
    3. Merancang eksperimen
    4. Mengundang suatu permasalahan sehingga siswa dapat mengembangkan rencana untuk memecahkan masalah, dengan menemukan alat dan bahan, menuliskan langkah kerja, menentukan apa yang diamati.
    5. Menentukan sebab-akibat
    6. Melakukan percobaan yang diberikan oleh guru untuk dapat menjelaskan sebab akibat yang terjadi pada percobaan tersebut sehingga siswa dapat mengerti apa yang disampaikan melalui percobaan tersebut sehingga siswa tersebut mengetahui sebab dan akibatnya.
    7. Menginterpretasi data
    8. Guru mengajak siswa melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil-hasil yang diperoleh, sehingga diperoleh data yang sesuai dan dapat dituliskan sebagai data penemuan mereka dan dapat menginterpretasikan secara langsung.
    9. Membuat kesimpulan
      Siswa diminta untuk mencatat informasi yang diperoleh dan menyimpulkan data hasil percobaan dalam bentuk persamaan dari hasil data yang diperoleh. (Nurhasanah, 2009: 10)

    Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007: 141-142) mengemukakan enam tahapan dalam pembelajaran Inquiry. Tahapan-tahapan tersebut yaitu:
    1. Menyajikan pertanyaan atau masalah.
    2. Membuat hipotesis.
    3. Merancang percobaan.
    4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi.
    5. Mengumpulkan dan menganalisis data.
    6. Membuat kesimpulan.

    Kedua pendapat tersebut tidak mempunyai perbedaan yang cukup signifikan, hanya ada perbedaan istilah pada tiap tahapannya. Dari tahapan yang diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa peran guru dalam pembelajaran masih cukup dominan, dimana guru terus membimbing siswa dengan berbagai pertanyaan yang bersifat menguji atau meluruskan jawaban siswa.
    Dari uraian tersebut, maka implementasi Invitation Into Inquiry dalam pembelajaran matematika terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
    1. Tahap Awal
    2. Guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, guru mengulas kembali materi sebelumnya sebagai prasyarat pada materi saat ini kemudian guru menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan metode pembelajaran Invitation Into Inquiry serta memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya pembahasan materi melalui pembelajaran Invitation Into Inquiry.
    3. Tahap Inti
    4. Siswa membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion. Tiap kelompok terdiri atas 5-6 orang. Secara berkelompok, siswa memecahkan permasalahan yang disajikan sesuai dengan petunjuk yang tersedia. Siswa mendapat bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan permasalahan (peranan guru dalam hal ini menciptakan situasi yang dapat memudahkan munculnya pertanyaan dan mengarahkan kegiatan brainstorming serta menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang dihasilkan atas dasar interest siswa). Adapun penekanan dalam pendampingan siswa dalam menyelesaikan permasalahan sebagai berikut:
      1. Penyajian Masalah
        Dalam penyajian masalah, guru dan siswa bertanya jawab tentang masalah yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
      2. Merumuskan hipotesis
        Setelah siswa memahami masalah yang disajikan, selanjutnya siswa diminta membuat hipiotesis dengan melakukan curah pendapat, namun prioritas ada pada hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang disajikan.
      3. Merancang percobaan
        Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang dibuat. Guru membimbing siswa dalam mengurutkan langkah-langkah percobaan.
      4. Melakukan percobaan untuk mengumpulkan informasi
        Pada tahap ini, siswa dengan bimbingan guru berusaha mendapatkan informasi melalui percobaan yang dilakukan.
      5. Mengumpulkan dan menganalisis data
        Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul kepada anggota kelompoknya.
      6. Membuat kesimpulan
        Siswa dengan bantuan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
    5. Tahap Penutup
      Lebih lanjut, perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi ke depan kelas dan peserta lain menanggapinya. Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi.

  5. Kelebihan dan kekurangan Inquiry
  6. Dalam (http://shoimprambudi.wordpress.com/2010/10/18/ strategi-pembelajaran-inkuiri/) dikemukakan kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Inquiry sebagai berikut: Kelebihan Inquiry meliputi:
    1. Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
    2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
    3. Sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan.
    4. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

    Adapun kekurangan inquiry meliputi:
    1. Jika digunakan dalam pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
    2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
    3. Memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
    4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

    Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Inquiry dapat mendorong perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa secara optimal. Inquiry juga mampu memfasilitasi anak yang berkemampuan tinggi sehingga tidak terhambat oleh temannya yang berkemampuan kurang juga memfasilitasi siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Sedangkan kekurangan inquiry yaitu memerlukan waktu yang cukup lama, terbentur pada kebiasaan belajar siswa, dan sulit dalam mengontrol hasil belajar yang dicapai siswa.
Metode Pembelajaran Invitation Into Inquiry
Kerja Kelompok bagian dari Inquiry
Metode pembelajaran Invitation Into Inquiry telah saya terapkan dalam mapel Matematika di Kelas V SD dan hasilnya terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan terlihat antusias siswa juga meningkat. Namun yang masih menjadi masalah adalah alokasi waktu yang tentunya lebih lama dibandingkan penerapan metode konvensional. Selain itu, penerapan metode apapun hendaknya senantiasa diiringai penggunaan media pembelajaran yang sesuai sehingga hasil yang dicapai siswa akan lebih optimal.

Demikianlah uraian mengenai metode pembelajaran Invitation Into Inquiry, semoga bermanfaat dan mohon maaf jika ada kesalahan/ kekurangan.
Wassalamu'alaikum...

Daftar Pustaka :
  1. Nurhasanah, Yovi. 2010. Penerapan Metode Invitation Into Inquiry Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa. Skripsi FPMIPA, UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan.
  2. Prambudi. 2010. Strategi Pembelajaran Inquiry. http://shoimprambudi.wordpress. com/2010/10/18/strategi-pembelajaran-inkuiri/. Diakses tanggal 23 Oktober 2011.
  3. Ristanto, rizhal Hendri. 2010. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Multimedia dan Lingkungan Riil ditinjau dari Motivasi berprestasi dan Kemampuan Awal. Tesis Program Studi Pendidikan Sains, UNS. Surakarta : tidak diterbitkan.
  4. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Monday, April 16, 2012

Pengertian Media Pembelajaran

Assalamu'alaikum...
Media Pembelajaran yang tepat mutlak diperlukan
Penggunaan Media Pembelajaran
Mayasa©. Proses belajar mengajar di sekolah khususnya sekolah dasar tentu sangat penting bagi masa depan siswa. Karena jenjang sekolah dasar merupakan dasar atau pondasi bagi siswa dalam mempelajari dan menguasai konsep-konsep pengetahuan yang akan dipelajari lebih lanjut dijenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hasil pendidikan di jenjang sekolah dasar akan berpengaruh yang sangat besar bagi keberhasilan siswa di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, guru dan calon guru seyogyanya benar-benar berusaha untuk mengembangkan potensi siswa sehingga hasil yang dicapai dapat memuaskan.

Dalam melaksanakan kegiatan belajar, seorang guru yang baik hendaknya mampu memberdayakan metode pembelajaran, materi pelajaran yang akan disampaikan dan yang tidak kalah penting adalah pemberdayaan media pembelajaran.

Hamalik (Arsyad, 2003: 15) mengemukakan bahwa “pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.

Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat memberikan pengaruh yang baik bagi psikologis siswa dan tentunya motivasi belajar siswa.

Berikut ini akan saya uraikan sedikit ulasan mengenai media pembelajaran dan apa yang harus kita perhatikan dalam memilih media pembelajaran.
  1. Pengertian Media Pembelajaran
  2. Penggunaan media dalam pelaksanaan pengajaran akan membantu kelancaran, efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan. Bahan pelajaran yang dimanipulasi dalam bentuk media pembelajaran yang menjadikan si anak seolah-olah bermain asyik dan bekerja dengan media dan sudah tentu pembelajarannya akan menjadi bermakna. Menurut Anitah (2008: 10) kata media berasal dari bahasa latin yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar.

    Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasaail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely (Anitah, 2008 : 11) menyatakan bahwa media adalah grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses, dan menjelaskan informasi atau visual. AECT (Association of Education and Comunication Technology, 1997) memberi batasan, media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Berbeda dengan pendapat Briggs dalam Anitah (2008: 10) yang menyatakan bahwa media pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pelajaran. Bretz dalam Anitah (2008 : 11) menjelaskan bahwa media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah, jadi suatu perantara.

    Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad, 2003: 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.

    Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah bahan perantara dalam belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap sebagai hasil belajar. Dalam penelitian ini yang dimaksud media pembelajaran adalah segala alat bantu yang berupa benda hidup atau mati untuk menyampaikan informasi dalam ilmu melalui proses pembelajaran.

  3. Manfaat, Fungsi, dan Tujuan Media Pembelajaran
  4. Hamalik (Arsyad, 2003: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Sedangkan Kemp dan Dayton (Rahadi, 2003: 15) menjelaskan manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.

    Manfaat media dalam pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut :
    1. Penyampaian pembelajaran menjadi lebih baku.
    2. Dengan menggunakan media ragam hasil tafsiran siswa yang berbeda terhadap materi pelajaran dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
    3. Pembelajaran bisa lebih menarik.
    4. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan pelajaran.
    5. Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
    6. Pembelajaran yang menggunakan media dipastikan pembelajaran tersebut menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
    7. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
    8. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat disingkat, karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan dan isi pelajaran.
    9. Meningkatkan kualitas hasil belajar.
    10. Kualitas belajar dapat ditingkatkan bilamana adanya integrasi antara penjelasan guru dan penggunaan media pembelajaran.
    11. Memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
    12. Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
    13. Menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
    14. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
    15. Membuat peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.
    16. Beban guru dalam menjelaskan isi pelajaran secara berulang-ulang dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memutuskan perhatian kepada aspek pentinglain dalam proses belajar mengajar.

    Menurut Rahardi (2003: 18) meyebutkan manfaat praktis media pembelajaran antara lain :
    1. Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit.
    2. Media dapat membantu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. 
    3. Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia. 
    4. Media dapat menyajikan obyek pelajaran berupa benda atau peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas. 
    5. Memberikan kesan mendalam dan lama tersimpan pada diri siswa.

    Menurut Kemp dan Dayton (Rahadi 1985: 28) menyatakan bahwa media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya. Penjelasan ketiga fungsi utama media tersebut adalah :
    1. Memotivasi minat atau tindakan.
    2. Menyajikan informasi.
    3. Memberi instruksi.

    M.G. Dwijiastuti dkk. (2005:98) menyatakan bahwa secara khusus pengajaran digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain :
    1. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap, dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut karakteristik bahan.
    2. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.
    3. Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan media tertentu.
    4. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.
    5. Berdasarkan uraian di atas, media bermanfaat untuk mempermudah siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

    Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi media untuk membangkitkan semangat siswa dan memperkuat daya serap siswa dalam pembelajaran, sehingga informasi menjadi jelas. Tujuan penggunaan media pembelajaran dapat disimpulkan yaitu agar siswa memahami pesan-pesan belajar dan dapat memahami secara mendalam materi yang diajarkan.

  5. Macam-Macam Media Pembelajaran
  6. Anitah (2008:12) mengelompokkan media menjadi lima jenis, yakni :
    1. Media visual yang tidak diproyeksikan (gambar diam, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, grfik, peta dan berbagai jenis papan).
    2. Media visual yang diproyeksikan (OHP, slide, projector, film strip, opaque projector).
    3. Media Audio (berbagai jenis alat rekaman, open reel tape recorder, cassete tape recorder, piringan hitam, radio atau MP3).
    4. Media Audio Visual (Slide suara, televisi, video cassete).
    5. Benda Asli (Specimen, mocks- up, diorama, laboratorium di luar sekolah, museum, community study, walking trip, model).

    Sedangkan Brents (dalam M.G. Dwijiastuti 2006: 88) mengelompokkan media dalam tujuh jenis, yakni :
    1. Media audio motion (televisi, radio tape, dan film bergerak).
    2. Media audio still visual (film strip yang bersuara, slide bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tak bergerak).
    3. Media audio semi motion (papan tulis jarak jauh atau tele blackboard).
    4. Media motion visual (film yang dapat bergerak).
    5. Media still visual (film strip, dan slide tanpa suara).
    6. Media audio (radio, telepon, dan audio tape).
    7. Media cetak (buku, modul, dan pamflet).

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran diklasifikasikan menjadi audio, visual, audio visual, media nyata, dan tiruan. 

  7. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
  8. M.G. Dwijiastuti (2006: 94) menyatakan bahwa kriteria pemilihan media bersumber dari konsep media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media. Kriteria pemilihan media pembelajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
    1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
    2. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
    3. Kegunaan dari berbagai jenis media.
    4. Setiap media mempunyai kegunaan sendiri-sendiri. Hal ini harus dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih media yang diguakan.
    5. Kemampuan guru menggunakan suatu jenis media.
    6. Betapapun tingginya kegunaan media, hal itu tidak akan memberikan manfaat yang optimum, jika guru kurang atau belum mampu menanganinya dengan baik. Oleh karena itu, kesederhanaan penggunaan dan pembuatan media sering menjadi faktor penentu bagi guru dalam memilih media.
    7. Keluwesan atau fleksibiitas dalam penggunaannya.
    8. Dalam memilih media harus dipertimbangkan pula faktor keluwesan atau fleksibilitas, dalam arti seberapa jauh media-media tersebut dapat digunakan dengan praktis dalam berbagai situasi dan mudah dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain.
    9. Kesesuaiannya dengan alokasi waktu dan sarana pendukung yang ada.
    10. Salah satu hambatan yang sering dialami dalam mengajar adalah kurangnya waktu yang tersedia. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media adalah seberapa jauh penggunaan media tersebut masih sesuao dengan alokasi waktu yang tersedia bagi pembelajaran yang bersangkutan. Disamping itu, dalam memilih media pengajaran, perlu diperhatikan pula seberapa jauh penggunaannya didukung oleh sarana atau prasarana yang ada seperti listrik, cahaya, dan lain-lain.
    11. Ketersediaannya.
    12. Seringkali media yang terbaik tidak tersedia sehingga guru memilih media yang lain karena media tersebut sudah tersedia atau mudah menyediakannya.
    13. Biaya.
    14. Guru atau lembaga pendidikan biasanya mencari media yang murah atau ekonomis, sehingga media yang paling ampuh tapi mahal jarang digunakan.

    Anitah (2008: 61) menyatakan secara umum, kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran meliputi berbagai hal. Penjelasan pemilihan media perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
    1. Tujuan
    2. Sasaran didik
    3. Karakteristik media yang bersangkutan
    4. Waktu
    5. Biaya
    6. Ketersediaan
    7. Konteks penggunaan
    8. Mutu teknis

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip penggunaan media meliputi :
    1. Pemahaman mengenai jenis dan cara menggunakannya.
    2. Tepat guna sesuai objek pembelajaran.
    3. Perawatan, kehati-hatian, dan pengetahuan mengenai kelebihan / kelemahan suatu media.
Penting bukan penggunaan media dalam suatu pembelajaran. Secara umum, media pembelajaran berfungsi untuk memberikan gambaran bagi siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Sebab,media pembelajaran yang tepat sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar karena dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa diharapkan memahami materi secara mendalam dengan dipergunakannya media pembelajaran karena dapat berdampak pada ingatan siswa tentang materi yang telah diajarkan. Setiap konsep akan lebih mudah untuk dipahami dan diingat apabila disajikan dengan media yang tepat.
Jadi, mari kita usahakan untuk menggunakan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar agar siswa mampu memahami materi dengan optimal.

Wassalamu'alaikum...

Daftar Pustaka :
  1. Anitah, Sri. 2008. Media Pemelajaran Modul PLPG. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta.
  2. Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
  3. Dwijiastuti, M. G. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Surakarta : FKIP UNS.
  4. Rahardi, Aristo. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Asam Manisnya Real Teaching (PPL)

Micro Teaching
Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Alhamdulillah….
Akhirnya selesai juga semester 6. Tidak terasa ternyata sudah 3 tahun kuliah ne.. Sekarang mesty menyiapkan diri buat menghadapi tantangan baru. Untuk semester ini ada makul yang perlu persiapan khusus. Yaitu real teaching aka Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan skripsi (harus segera diambil ne ntar keburu tua T_T). Yups itulah yang ada dibenak saya setahun yang lalu.

Setelah 3 tahun menimba ilmu secara teoritis dibangku kuliah, maka pada semester 7 kami harus siap untuk terjun langsung kelapangan dan mengaplikasikan segala teori dan ilmu yang telah kami dapatkan.
Anyway, mari kita resapi dulu kata Real Teaching
Hmm, sebelum melaksanakan real teaching, kami telah dibekali ilmu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam makul Microteaching dimana setiap mahasiswa diberi kesempatan untuk mengajar mahasiswa lain.

Namun dalam real teaching banyak hal yang tidak terduga karena pasti kita belum tahu karakter dari siswa yang akan kita ajar. So sedikit bikin deg-degan juga pastinya.
Memang untuk mengajar sangat perlu persiapan yang matang. Baik persiapan fisik maupun mental. Nah yang terpenting adalah menyiapkan mental untuk terjun dalam kancah pertempuran hahaha…

Karena apa, karena siswa yang beragam akan memberikan reaksi yang beragam pula dari apa yang kita sampaikan.

BTW, banyak kenangan yang kami dapat selama melaksanakan Real Teaching, namun sayang mbak Nur'aini tidak dapat melaksanakan program tersebut dalam satu sekolah bersama Mayasa© yang lain.

Inilah kenangan tersebut yang terekam dalam gambar...
Yustina dan ....
Adit, Sapto dan bu KS
Makan telur puyuh [Terima kasih Mas Rudy]
Lanjut Makan telur puyuh
Olahraga
Olahraga
Kembar 3
Rudy feat AKJ
Berbaur
Hayoo, passwordnya apa?
Detik-detik terakhir
Rukun dengan teman sejawat
Perpisahan Mahasiswa PPL
Siapa yak..
Noeghz feat Bagas
Mahasiswa bersama Begalon's Family N' DPL
Arifin in Action
Walk In the Air
Senam Sehat
Tidak lupa bergaya
Itulah kenangan-kenangan yang kami dapat selama melaksanakan PPL di SDN Begalon II No. 241 Surakarta. Semoga pengalaman tersebut mampu membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan marilah kita curahkan segenap kemampuan kita demi kemajuan pendidikan Indonesia.
Terimakasih...

Wassalamu'alaikum...

Sunday, April 15, 2012

Mengubah Tampilan Dasbor Blog

Assalamu'alaikum...
Mayasa© Tampilan dasbor blog yang baru memang tampak jauh berbeda. Sehingga banyak yang merasa kesulitan dalam melakukan editing blog. Hal tersebut juga pernah saya alami, namun setelah broswing sana-sini dan klik sana-sini akhirnya saya temukan juga cara untuk mengembalikan tampilan dasbor blog ke tampilan lama.
Nah caranya adalah :
  1. Login ke akun blog anda terlebih dahulu.
  2. Klik ikon Blogger Option sampai muncul daftar pilihan.
    Kemudian klik Old Blogger Interface.
    Tampilan baru dasbor blog
    Tampilan baru Dasbor blog
  3. Selesai, maka tampilan dasbor blog anda akan kembali ke tampilan lama.
    Mudah bukan.
Sedangkan untuk mengubah tampilan dasbor blog ke tampilan baru, adalah dengan meng-klik Try the updated Blogger interface.
Semoga bermanfaat..
Wassalamu'alaikum...