English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, February 29, 2012

Pendekatan Apresiatif

Assalamu'alaikum...

Mayasa©. Ada banyak pendekatan yang dapat kita gunakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah tentunya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan apresiatif. Pendekatan merupakan latar belakang filosofis tentang pokok-pokok yang hendak diajarkan (Broto, 1982: 9-10). Pendekatan berupa seperangkat asumsi yang berhubungan dengan hakekat bahasa dan belajar-mengajar bahasa (Anthony, 1963; Baradia, 1985), merupakan komitmen terhadap pandangan tertentu (Strevens, 1983: 23).
Secara umum dapat dikatakan bahwa sastra tidak lain dari hasil kegiatan kreatif manusia dalam mengungkapkan penghayatannya dengan menggunakan bahasa (Rusyana, 1982: 5). Sastrawan memadukan daya pikir, daya rasa, dan daya imajinasinya -- penghayatan -- untuk menciptakan sesuatu yang baru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan kreatif, yang hasil penghayatan itu selanjutnya dijelmakan dengan media bahasa.

Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh perilaku kehidupan kaum terdidik yang tentunya dapat mewarnai liku-liku hidup yang bersangkutan (Moody, 1972). Paling tidak ada empat manfaat yang dapat diambil dari belajar sastra, yaitu menunjang keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan rasa karsa, dan membentuk watak (Gani, 1980: 2). Pembelaran sastra mempunyai peranan besar dalam mencapai berbagai aspek dari tujuan pendidikan dan pengajaran, seperti aspek pendidikan susila, sosial, perasaan, sikap penilaian, dan keagamaan (Rusyana, 1982: 6).

Kenyataan itu tampak menyarankan bahwa proses pembelajaran sastra di sekolah seyogianya disajikan dalam bentuk apresiasi, dalam pengertian lebih mengutamakan atau mendahulukan kegiatan apresiasinya daripada pengetahuan sastranya. Tujuan (utama) pembelajaran sastra adalah mengapresiasi nilai-nilai yang terkandung dalam sastra (Rusyana, 1984: 314), yaitu pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra dan kegairahan kepadanya, serta kenikmatan yang timbul sebagai akibat dari semua itu. Untuk mendapatkan kenikmatan yang mendalam, sudah barang tentu juga perlu pemahaman terhadap sastra. Pengetahuan sastra meliputi teori, sejarah, esai, dan kritik sastra.

Dalam karya sastra terkandung pengalaman manusia yang indah mendalam. Pengenalan yang semakin mendalam dan hasrat serta jawaban kita terhadap pengalaman hidup yang terkandung dalam sastra itulah yang dapat disebut sebagai apresiasi sastra (Rusyana, 1982: 7).

Apresiasi berisikan kegiatan atau usaha merasakan dan menikmati hasil-hasil karya seni (Soeharianto, 1981: 15) termasuk di dalamnya karya sastra, mengandung arti mempersepsi dan mengenal dengan cukup luas suatu karya sastra (Ahmadi, 1980: 12), dimaksudkan mengerti, memahami, dan mengenal secara intuitif tentang kebenaran dan kualitas estetik karya sastra. Selama hubungan dengan karya sastra belum atau kurang menggambarkan kegiatan itu, belumlah dapat dikatakan bahwa kita sudah mengapresiasi karya sastra. Dengan tegas dikatakan bahwa apresiasi sastra merupakan kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Effendi, 1974: 18).

Mengadakan pendekatan terhadap sastra, sekali lagi, berarti mengapresiasi nilai-nilai yang terkandung dalam sastra. Apresiasi berisikan upaya merasakan dan menikmati karya sastra. Pendekatan apresiatif bertolak dari sastra sebagai hasil kegiatan kreatif manusia dalam mengungkapkan penghayatannya dengan menggunakan bahasa, yang kemudian didukung titik berat pembelajaran sastra yang diletakkan pada terbinanya kemampuan siswa mengapresiasi sastra.

Sekian dari saya, semoga bermanfaat..
Wassalam...

0 comments:

Post a Comment

Thank you for visiting this blog ...
Please leave at least a comment to improve the quality of this blog.
Thank you very much....