Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Ada banyak pendekatan yang dapat kita gunakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah tentunya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Salah satu pendekatan tersebut adalah pendekatan apresiatif. Pendekatan merupakan latar belakang filosofis tentang
pokok-pokok yang hendak diajarkan (Broto, 1982: 9-10). Pendekatan berupa
seperangkat asumsi yang berhubungan dengan hakekat bahasa dan belajar-mengajar
bahasa (Anthony, 1963; Baradia, 1985), merupakan komitmen terhadap pandangan
tertentu (Strevens, 1983: 23).
Secara umum dapat dikatakan bahwa sastra tidak lain dari
hasil kegiatan kreatif manusia dalam mengungkapkan penghayatannya dengan
menggunakan bahasa (Rusyana, 1982: 5). Sastrawan memadukan daya pikir, daya
rasa, dan daya imajinasinya -- penghayatan -- untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan kreatif, yang hasil penghayatan itu
selanjutnya dijelmakan dengan media bahasa.
Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh perilaku kehidupan
kaum terdidik yang tentunya dapat mewarnai liku-liku hidup yang bersangkutan
(Moody, 1972). Paling tidak ada empat manfaat yang dapat diambil dari belajar
sastra, yaitu menunjang keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan
budaya, mengembangkan rasa karsa, dan membentuk watak (Gani, 1980: 2).
Pembelaran sastra mempunyai peranan besar dalam mencapai berbagai aspek dari
tujuan pendidikan dan pengajaran, seperti aspek pendidikan susila, sosial,
perasaan, sikap penilaian, dan keagamaan (Rusyana, 1982: 6).
Kenyataan itu tampak menyarankan bahwa proses pembelajaran
sastra di sekolah seyogianya disajikan dalam bentuk apresiasi, dalam pengertian
lebih mengutamakan atau mendahulukan kegiatan apresiasinya daripada pengetahuan
sastranya. Tujuan (utama) pembelajaran sastra adalah mengapresiasi nilai-nilai
yang terkandung dalam sastra (Rusyana, 1984: 314), yaitu pengenalan dan
pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra dan kegairahan kepadanya, serta
kenikmatan yang timbul sebagai akibat dari semua itu. Untuk mendapatkan
kenikmatan yang mendalam, sudah barang tentu juga perlu pemahaman terhadap
sastra. Pengetahuan sastra meliputi teori, sejarah, esai, dan kritik sastra.
Dalam karya sastra terkandung pengalaman manusia yang indah
mendalam. Pengenalan yang semakin mendalam dan hasrat serta jawaban kita
terhadap pengalaman hidup yang terkandung dalam sastra itulah yang dapat
disebut sebagai apresiasi sastra (Rusyana, 1982: 7).
Apresiasi berisikan kegiatan atau usaha merasakan dan
menikmati hasil-hasil karya seni (Soeharianto, 1981: 15) termasuk di dalamnya
karya sastra, mengandung arti mempersepsi dan mengenal dengan cukup luas suatu
karya sastra (Ahmadi, 1980: 12), dimaksudkan mengerti, memahami, dan mengenal
secara intuitif tentang kebenaran dan kualitas estetik karya sastra. Selama
hubungan dengan karya sastra belum atau kurang menggambarkan kegiatan itu,
belumlah dapat dikatakan bahwa kita sudah mengapresiasi karya sastra. Dengan
tegas dikatakan bahwa apresiasi sastra merupakan kegiatan menggauli cipta
sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra (Effendi,
1974: 18).
Mengadakan pendekatan terhadap sastra, sekali lagi, berarti
mengapresiasi nilai-nilai yang terkandung dalam sastra. Apresiasi berisikan
upaya merasakan dan menikmati karya sastra. Pendekatan apresiatif bertolak dari
sastra sebagai hasil kegiatan kreatif manusia dalam mengungkapkan
penghayatannya dengan menggunakan bahasa, yang kemudian didukung titik berat
pembelajaran sastra yang diletakkan pada terbinanya kemampuan siswa
mengapresiasi sastra.
Sekian dari saya, semoga bermanfaat..
Wassalam...
0 comments:
Post a Comment
Thank you for visiting this blog ...
Please leave at least a comment to improve the quality of this blog.
Thank you very much....