Assalamu'alaikum.....
Wonderful Indonesia, Trust Me! |
Mayasa©. Indonesia merupakan negara dengan banyak keanekaragaman suku bangsa yang tentunya memiliki banyak kebudayaan juga. Salah satu hasil budaya tersebut adalah berbagai dongeng dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut wiki Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif
dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral
yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk
lainnya.
Dengan demikian wacana pemerintah untuk melaksanakan pendidikan karakter salah satunya dapat dilakukan dengan media dongeng. Berikut ini adalah salah satu dongeng yang berasal dari provinsi Bali.
Di Bali, hidup seorang raja yang bergelar Sri Bagening. Sang Raja memiliki banyak istri, dan istri terakhirnya bernama Ni Luh Pasek. Ni Luh Pasek berasal dari Desa Panji, dan masih keturunan Kyai Pasek Gobleng. Suatu waktu, Ni Luh Pasek mengandung. Oleh suaminya, ia dititipkan kepada Kyai Jelantik Bogol. Tak berapa lama, anaknya pun lahir. Anak itu diberi nama I Gede Pasekan. I Gede Pasekan mempunyai wibawa besar sehingga sangat dicintai dan dihormati oleh pemuka masyarakat mau¬pun masyarakat biasa.
Suatu hari, ketika usianya menginjak dua puluh tahun, ayahnya berkata padanya, “Anakku, sekarang pergilah engkau ke Den Bukit di daerah Panji.”
“Mengapa ayah?”
“Karena di sanalah tempat kelahiran ibumu.”
“Mengapa ayah?”
“Karena di sanalah tempat kelahiran ibumu.”
Sebelum berangkat, ayah angkatnya mem¬berikan dua buah senjata bertuah, yaitu sebilah keris bernama Ki Baru Semang dan sebatang tombak bernama Ki Tunjung Tutur. Dalam perjalanannya, I Gede Pasekan diiringi oleh empat puluh pengawal yang dipimpin Ki Dumpiung dan Ki Dosot. Ketika sampai di daerah yang disebut Batu Menyan, mereka bermalam dengan dijaga ketat oleh para pengawal secara bergantian.
Saat tengah malam, tiba-tiba datang makhluk ajaib penghuni hutan. Dia mengangkat I Gede Pasekan ke atas pundaknya sehingga I Gede Pasekan dapat melihat pemanDangan lepas ke lautan dan daratan yang terbentang di hadapannya. Ketika dia memandang ke arah timur dan barat laut, ia meihat pulau yang amat jauh. Ketika melihat ke arah selatan pemandangannya dihalangi oleh gunung. Setelah makhluk itu pergi kemudian terdengar bisikan.
“I Gusti, sesungguhnya apa yang telah engkau lihat akan menjadi daerah kekuasaanmu.”
Keesokan harinya rombongan itu melanjutkan perjalanan. Meski sulit dan penuh rintangan akhirnya rombongan I Gede Pasekan berhasil mencapai tujuan, yaitu Desa Panji, tempat kelahiran ibunya.
“I Gusti, sesungguhnya apa yang telah engkau lihat akan menjadi daerah kekuasaanmu.”
Keesokan harinya rombongan itu melanjutkan perjalanan. Meski sulit dan penuh rintangan akhirnya rombongan I Gede Pasekan berhasil mencapai tujuan, yaitu Desa Panji, tempat kelahiran ibunya.
Suatu hari, ada sebuah perahu Bugis yang terdampar di pantai Panimbangan.Warga setempat yang dimintai tolong tak mampu mengangkatnya.
Keesokan harinya orang Bugis pemilik perahu itu meminta tolong pada I Gede Pasekan.
“Tolonglah kami, Tuan. Jika Tuan berhasil mengangkat perahu kami, sebagian muatan itu akan kami serahkan kepada Tuan sebagai upahnya.”
“Kalau itu keinginan kalian, saya akan berusaha mengangkat perahu itu,” jawab I Gede Pasekan.
Keesokan harinya orang Bugis pemilik perahu itu meminta tolong pada I Gede Pasekan.
“Tolonglah kami, Tuan. Jika Tuan berhasil mengangkat perahu kami, sebagian muatan itu akan kami serahkan kepada Tuan sebagai upahnya.”
“Kalau itu keinginan kalian, saya akan berusaha mengangkat perahu itu,” jawab I Gede Pasekan.
I Gede Pasekan segera memusatkan pikiran. Dengan kekuatan gaibnya, perahu yang kandas itu berhasil diangkatnya. Sebagai ungkapan rasa terima kasih, orang Bugis itu memberikan hadiah berupa setengah dari isi perahu itu kepada I Gede Pasekan. Di antara hadiah itu terdapat dua buah gong besar. Sejak saat itu I Gede Pasekan menjadi orang kaya dan bergelar I Gusti Panji Sakti.
Kekuasaan I Gede Pasekan mulai meluas dan menyebar sampai ke mana-mana. Dia pun mendirikan kerajan baru di Den Bukit. Kira-kira abad ke-17, ibukota kerajaan itu disebut orang dengan nama Sukasada. Kerajaaan I Gede Pasekan itu berkembang hingga ke utara. Daerah itu banyak ditumbuhi pohon buleleng. Oleh karena itu, pusat kerajaan beralih ke wiayah itu. Wilayah itu pun diberi nama Buleleng.
Di Buleleng dibangun sebuah istana megah yang diberi nama Singaraja. Nama ini menunjukkan bahwa penghuninya adalah seorang raja yang gagah perkasa laksana singa. Namun, ada pendapat yang mengatakan bahwa nama Singaraja artinya tempat persinggahan raja. Barangkali ketika sang Raja masih di Sukasada, sering singgah di sana. Jadi, kata Singaraja berasal dari kata singgah raja.
Yups itulah salah satu dongeng dari Indonesia, tentu sebagai warga negara yang baik kita wajib melestarikannya. Semoga bermanfaat. Simak dongeng-dongeng menarik lainnya pada postingan yang akan datang.
Wassalamu'alaikum.....
0 comments:
Post a Comment
Thank you for visiting this blog ...
Please leave at least a comment to improve the quality of this blog.
Thank you very much....