English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, March 27, 2012

Metode Pembelajaran Problem Solving

Assalamu'alaikum...
Be creative by solving the problem

Mayasa©. Hallo teman-teman semua. Sudah beberapa hari ini saya tidak sempat mempost satu artikelpun. Hal tersebut dikarenakan ada kegiatan lain yang cukup menyita waktu dan tenaga, jadi terpaksa blog ini jadi terbengkalai. Tapi alhamdulillah sekarang ada sedikit waktu luang untuk mempost artikel.

Kali ini saya ingin mempost mengenai metode pembelajaran yang insyaAlloh inovatif. Btw uraian mengenai metode pembelajaran ini merupakan kajian teori dari skripsi yang saya susun. Jadi insyaAlloh referensinya sudah valid dan dapat anda jadikan rujukan/ referensi dalam menyusun skripsi.

Perubahan paradigma pendidikan dari student centered menuju teacher centered mau tidak mau harus diimbangi oleh peningkatan skill guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran salah satunya adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif sehingga siswa dapat dirangsang untuk selalu aktif dalam KBM.

Salah satu metode pembelajaran tersebut adalah metode pembelajaran Problem Solving dan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Jika kita lihat dari namanya, dapat dipahami bahwa ada kemiripan dari dua metode tersebut. Namun untuk kali ini saya hanya akan menguraikan metode pembelajaran Problem Solving dan insyaAlloh pada postingan berikutnya akan saya uraikan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang kebetulan digunakan oleh Nuraini dan Yustina dalam penelitian mereka. Serta perbedaan dan persamaan antara metode pembelajaran Problem Solving dengan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Silahkan anda simak.

A. Pengertian Problem Solving
Sebelum kita membahas mengenai pengertian problem solving atau pemecahan masalah, terlebih dahulu mari kita membahas apa itu masalah atau problem. Suatu pertanyaan akan menjadi suatu masalah jika seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang segera dapat dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Polya (dalam Hudojo, 2003:150) membedakan masalah menjadi 2 macam, yakni:
  1. Masalah untuk menemukan, dapat berupa teoritis maupun praktis, abstrak atau konkret, termasuk teka-teki. Kita harus mencari variabel masalah tersebut, kemudian mencoba untuk mendapatkan, menghasilkan atau mengkonstruksi semua jenis objek yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Adapun bagian utama dari masalah dapat dibagi menjadi berikut :
    1. Apakah yang dicari?
    2. Bagaimana data yang diketahui?
    3. Bagaimana syaratnya?
  2. Masalah untuk membuktikan, adalah untuk menunjukkan bahwa suatu pertanyaan itu benar, salah atau tidak kedua-duanya. Misalnya kita harus menjawab pertanyaan : ”Apakah pernyataan itu benar atau salah ?”.
    Bagian utama dari masalah jenis ini adalah hipotesis dan konklusi dari suatu teorema yang harus dibuktikan kebenarannya.
    Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima tantangan dan usaha-usaha untuk menyelesaikannya sampai memperoleh penyelesaian. Sedangkan pengajaran penyelesaian masalah merupakan tindakan guru dalam mendorong siswa agar menerima tantangan dari pertanyaan bersifat menantang, dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan pertanyaan tersebut (sukoriyanto, 2001:103).
Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151). Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identification untuk ketahap sintesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah sehingga mencapai tahap application selajutnya komprehension untuk mendapatkan solusi dalam menyelesaikan masalah tersebut. (Qruztyan. Blogs. Friendster.com)

Ada pendapat lain yang menjelaskan bahwa problem solving adalah suatu pendekatan dimana langkah-langkah berikutnya sampai penyelesaian akhir lebih bersifat kuantitatif yang umum, sedangkan langkah-langkah selanjutnya sampai dengan penyelesain akhir lebih bersifat kuantitatif dan spesifik (Qrustian Blogs Friendster.com).
Hal tersebut menunjukkan bahwa orientasi pembelajaran problem solving adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya pemecahan masalah. Apabila pemecahan masalah yang diharapkan tidak berjalan sebagaimana yang diinginkan berarti telah terjadi masalah dalam tahap-tahap awal sehingga setiap siswa harus mulai kembali berfikir dari awal yang bermasalah untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh mengenai masalah yang sedang dihadapi.

Jadi, dalam mempelajari konsep kimia yang baru harus didasari konsep-konsep yang sebelumnya. Mempelajari konsep A yang mendasari konsep B, seorang harus memahami dulu konsep A karena tidak mungkin orang itu memahami konsep B terlebih dahulu. Hal tersebut berarti dalam mempelajari suatu materi harus dilakukan secara bertahap, sebab berkaitan dengan konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.
Berpikir memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru adalah kegiatan yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lain. Suatu masalah umumnya tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan banyak masalah memerlukan pemecahan yang baru bagi orang-orang atau kelompok. Sebaliknya, menghasilkan sesuatu (benda-benda, gagasan-gagasan) yang baru bagi seseorang, menciptakan sesuatu, itu mencakup problem solving. Ini berarti informasi fakta dan konsep-konsep itu tidak penting. Seperti telah kita ketahui, penguasaan informasi itu perlu untuk memperoleh konsep; keduanya itu harus diingat dan dipertimbangkan dalam problem solving dan perbuatan kreatif. Begitu pula perkembangan intelektual sangat penting dalam problem solving (Slameto, 1990 : 139)

Pembelajaran pemecahan masalah adalah suatu kegiatan yang didesain oleh guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau pertanyaan matematika (Tim PPPG Matematika, 2005:93). Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya. Masalah yang diberikan harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah yang diluar jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi mereka.

B. Tujuan Pembelajaran Problem Solving
Berhasil tidaknya suatu prosses pembelajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dikemukakan oleh Hudojo (2003:155), yaitu :
  1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
  2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi siswa.
  3. Potensi intelektual siswa meningkat.
  4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.
    C. Langkah-Langkah Problem Solving
    Adapun langkah-langkah dalam menerapkan metode pembelajaran problem solving terbagi dalam tiga hal, dengan demikian konsep problem solving bukanlah teori belaka, tetapi telah terbukti keberhasilannya. Adapun tiga langkah problem solving adalah :
    1. Mengidentifikasi masalah secara tepat
      Secara konseptual suatu masalah (M) didefinisikan sebagai kesenjangan atau gap antara kinerja aktual dan target kinerja (T) yang diharapkan, sehingga secara simbolik dapat dituliskan bersamaan; M=T – A. Berdasarkan konsep seorang problem solver yang professional harus terlebih dahulu mampu mengetahui berapa atau pada tingkat mana kinerja aktual saat ini, dan berapa atau tingkat mana kinerja serta kita harus mampu mendefinisikan secara tegas apa masalah utama kita kemudian menetapkan pada tingkat mana kinerja actual kita sekarang dan kapan waktu pencapain target kinerja itu.
    2. Menentukan sumber dan akar penybab dari masalah
      Suatu solusi masalah yang efektif, apabila kita berhasil menemukan sumber-sumber dan akar-akar dari masalah itu, kemudian mengambil tindakan untuk menghilangkan masalah-masalah tersebut.
    3. Solusi masalah secara efektif dan efisien.
      Adapun langkah-langkah Problem Solving yang efektif dan efisien yaitu:
      1. Mendefinisikan secara tertulis
      2. Membangun diagram sebab akibat yang dimodifikasi untuk mendefinisikan : a) akar penyebab dari masalah itu, b) penyebab-penyebab yang tidak dapat dikendalikan, namun dapat diperkirakan
      3. Setiap akar penyebab dari masalah dimasuskkan ke dalam diagram sebab akibat . sedangkan penyebab yang tidak dapat diperkirakan, didaftarkan pada sebab akibat itu secara tersendiri
      4. Mendefinisikan tindakan atau solusi yang efektif melalui memperhatikan dan mempertimbangkan : a) pencegahan terulang atau muncul kembali penyebab–penyebab itu, b) tindakan yang diambil harus ada di bawah pengendalian kita, dan c) memenuhi tujuan dan target kinerja yang ditetapkan.
      5. Menerapkan atau melakukan implementasi atau tindakan-tindakan yang diajukan (Vincent Gasper sz, dan Qruztyann.blogs.friendster.com)
    Menurut konsep Dewey berpikir merupakan dasar problem solving, adapun langkah-langkah pemecahan masalah menurut Dewey adalah sebagai berikut:
    1. Adanya kesulitan yang dirasakan atau kesadaran akan adanya masalah.
    2. Masalah itu diperjelas dan dibatasi.
    3. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan atau diklasifikasikan.
    4. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesa-hipotesa kemudian hipotesa hipotesa dinilai, diuji agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
    5. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai kepada kesimpulan.
    D. Kelebihan dan Kekurangan metode problem solving
    Setiap hal tentu mempunyai dua sisi, yakni kelebihan dan keburukan. Demikian juga dengan metode pembelajaran Problem Solving yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan metode problem solving adalah:
    1. dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari
    2. dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil
    3. dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif,
    4. peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
    Sedangkan kekurangan metode problem solving adalah sebagai berikut.
    1. memerlukan cukup banyak waktu,
    2. melibatkan lebih banyak orang
    3. dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru,
    4. dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah
      Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode problem solving menekankan pada penemuan dan pemecahan masalah secara berkelanjutan. Kelebihan metode ini mendorong siswa untuk berpikir secara ilmiah, praktis, intuitif dan bekerja atas dasar inisiatif sendiri, menumbuhkan sikap objektif, jujur dan terbuka. Sedangkan kelemahannya memerlukan waktu yang cukup lama, tidak semua materi pelajaran mengandung masalah memerlukan perencanaan yang teratur dan matang, dan tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif
       
      Demikianlah uraian mengenai metode pembelajaran Problem Solving kali ini. Penelitian yang saya lakukan menerapkan metode pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) yang merupakan penjabaran dari metode Problem Solving
      Akhir kata semoga artikel ini bermanfaat dan marilah kita tingkatkan skill kita dalam mengajar dengan harapan hasil yang dicapai oleh siswa dapat optimal (Aamiin...).
      Wassalamu'alaikum....

      Daftar Pustaka :
      Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan pembelajaran Matematika. Malang : JICA.
      Sukoriyanto. 2001. Langkah-langkah dalam Pengajaran Matematika dengan Menggunakan Penyelesaian Masalah. Dalam Jurnal Matematika atau Pembelajarannya. Malang : JICA.
      Qruztyann.blogs.friendster.com

      0 comments:

      Post a Comment

      Thank you for visiting this blog ...
      Please leave at least a comment to improve the quality of this blog.
      Thank you very much....