This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Saturday, May 26, 2012

Logo Karang Taruna

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Minggu yang lalu, tepatnya tanggal 20 Mei 2012, mas Agung minta tolong pada saya untuk membuatkan logo karang taruna yang ada didesanya. Terus terang saya bukan termasuk orang yang kreatif sehingga pantas untuk merancang sebuah logo. Tapi yah karena mas Agung memang memerlukan logo itu, akhirnya saya coba untuk membantunya.

Btw, mas Agung sudah menentukan tampilan/ ranncangan logonya. Yakni mirip dengan logo UMS namun bagian tengahnya diganti dengan gambar jabat tangan.

Maka saya search di Google untuk mengumpulkan gambar-gambar tersebut.
Setelah coba mengkombinasi gambar-gambar tersebut, akhirnya jadi empat model logo.

Ini hasilnya...
logo karang taruna, karang taruna
Logo karang taruna dan TDA Community

logo karang taruna, karang taruna
Logo karang taruna dan gambar jabat tangan

logo karang taruna, karang taruna
Logo UMS dan TDA Community

logo karang taruna, karang taruna
Logo UMS dan gambar jabat tangan

Dari awal mas Agung minta yang hitam putih, jadi semuanya saya buat dalam versi hitam putih.
Nah gimana mas Agung logonya?
Semoga sesuai harapan nggih. Maturnuwun.
Wassalamu'alaikum...

Wednesday, May 23, 2012

Ke-EGOIS-an yang Tertuang Dalam Lagu


Ambilkan bulan Bu, ambilkan bulan Bu, yang slalu bersinar di langit.
Di langit bulan benderang, cahyanya sampai ke bintang.
Ambilkan bulan Bu untuk menerangi tidurku yang lelap di malam gelap.


Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Syair diatas merupakan potongan dari lagu Ambilkan Bulan Bu yang cukup populer pada jamannya. Saya pun suka menyanyikan mendengarkan lagu itu saat masih imut dulu (^O^)
From Google
Lagu tersebut memiliki syair yang singkat, sederhana dan mudah diingat. Bahkan band Five minutes pernah mengcover lagu tersebut dan responnya ternyata cukup baik.

Btw jika anda cermati syair lagu tersebut, disebutkan bahwa Si anak meminta ibunya untuk mengambilkan bulan yang notabene cuma ada satu menghiasi langit malam di Bumi, untuk menerangi tidurnya. Jika bulan yang hanya satu dia ingini untuk dirinya sendiri, bagaimana nasib yang lain yang takkan lagi diterangi oleh cahaya Bulan? Kalimat permintaan tersebut menunjukkan sebuah bentuk egosentris anak-anak.
Menurut Piaget, ada empat tahap perkembangan kognitif pada anak yaitu periode sensorimotor (usia 0–2 tahun), periode praoperasional (usia 2–7 tahun), periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun), periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa). Tahap praoperasional dimulai dari usia 2 tahun, menurut Piaget pemikiran praoperasional adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri pada tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata, pemikirannya masih bersifat egosentris. Karena anak cenderung egosentris maka mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya dan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.

Bulan yang nampak di langit setiap malam merupakan satu-satunya satelit alami Bumi. Bulan tidak memancarkan cahaya sendiri. Cahaya yang dipancarkan bulan merupakan pantulan cahaya Matahari, meski demikian bulan terlihat sebagai benda langit paling terang di malam hari karena jaraknya yang paling dekat ke Bumi dibandingkan benda-benda langit lainnya. Diameter Bulan adalah 3.474 km,kurang lebih seperempat diameter Bumi. Bulan terlihat kecil karena jaraknya yang sangat jauh, sekitar384.403 km. Mengambil bulan tentulah sangat tidak mungkin dari segi ukuran dan jarak, tapi itulah salah satu bentuk egosentris anak yang tertuang dalam lagu.

Hal baik dalam egosentris seperti yang tertuang dalam lagu tersebut adalah anak akan berani menyatakan pendapat atau keinginannya, meskipun keinginan atau pendapat tersebut mustahil dan masuk akal. Sehingga tugas kitalah sebagai orang tua untuk mengarahkan dan membimbing anak sehingga egosentris yang dimiliki anak tidak menjadikan anak menjadi anak egois namun kemampuan/ keberanian berpendapat itulah yang harus dikembangkan. Dengan demikian, anak akan tumbuh menjadi anak yang aktif dan kritis, bukan sebaliknya menjadi anak yang pasif.
Itu mungkin yang dapat saya pahami dan simpulkan dari artikel yang saya baca dari sini kurang dan lebihnya saya minta maaf dan tentunya masukan dari anda sangat saya harapkan.

Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum...

Bonus video (nemu diYoutube) :

Tuesday, May 22, 2012

Membaca Pemahaman

Assalamu'alaikum...
From Google
Mayasa©. Setelah kita membahas mengenai pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan berbicara dan hakikat membaca, kali ini saya ingin melanjutkan pembahasan yang berhubungan dengan kemampuan membaca. Yak, kali ini saya ingin mengajak anda untuk membahas mengenai kemampuan membaca pemahaman.
Pembahasan tersebut berkaitan dengan pengertian membaca pemahaman, aspek-aspek membaca pemahaman, tujuan membaca pemahaman dan sebagainya.
Langsung saja kita simak uraiannya...
  1. Pengertian Membaca Pemahaman
  2. Kegiatan membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendalam serta pemahaman tentang apa yang dibaca. Membaca pemahaman adalah pemahaman arti atau maksud dalam suatu bacaan melalui tulisan. Definisi ini sangat menekankan pada dua hal yang pokok dalam membaca, yaitu bahasa itu sendiri dan simbol grafik tulisan yang menyajikan informasi yang berwujud bacaan (Lado dalam Nurhadi, 1987:222).
    Jadi, seseorang yang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman harus menguasai bahasa atau tulisan yang digunakan dalam bacaan yang dibacanya dan mampu menangkap informasi atau isi bacaan tersebut.

    Reading is such a complex process. With practice and exposure, children develop understanding so that they may begin to comprehend stories better. Students begin to read stories that are longer, have deeper meanings, hidden messages, similes, metaphors, and even understand very difficult vocabulary (Jennifer Bonner, 2008).

    Yang mempunyai arti bahwa membaca adalah suatu proses yang kompleks. Dengan latihan dan tindakan, anak-anak dapat mengembangkan pemahaman sehingga mereka dapat mulai untuk memahami cerita dengan lebih baik. Siswa dapat memulai dengan membaca cerita yang lebih panjang, mempunyai makna yang lebih dalam, pesan-pesan tersembunyi, kiasan-kiasan, gaya bahasa, dan bahkan memahami kosakata yang lebih sulit (Jennifer Bonner, 2008) (http://www.ijea.org/v9n1/).

    Untuk dapat memahami isi suatu bahan bacaan dengan baik diperlukan adanya kemampuan membaca pemahaman yang baik pula. Pemahaman merupakan salah satu aspek yang penting dalam kegiatan membaca, sebab pada hakikatnya pemahaman suatu bahan bacaan dapat meningkatkan keterampilan membaca itu sendiri maupun untuk tujuan tertentu yang hendak dicapai. Jadi, kemampuan membaca dapat diartikan sebagai kemampuan dalam memahami bahan bacaan. Tujuan membaca adalah pemahaman bukan kecepatan (H.G. Tarigan, 1986:37).
    Membaca pemahaman didefinisikan pula sebagai salah satu macam membaca yang bertujuan memahami isi bacaan (Sujanto dalam Nurhadi, 1987:222). Kemampuan membaca sangat kompleks dan bukan hanya kemampuan teknik membacanya saja tetapi juga kemampuan dalam pemahaman san interpretasi isi bacaan.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas, secara sederhana dapat ditarik simpulan bahwa membaca pemahaman adalah kegiatan membaca untuk memahami isi bacaan, baik yang tersurat maupun yang tersirat dari bahan bacaan tersebut.

  3. Aspek-aspek Membaca Pemahaman
  4. Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Agar seseorang mampu mencapai suatu tingkat pemahaman, seharusnyalah ia mengalami proses yang cukup panjang. Oleh karenanya, kita perlu mengenal dan menguasai beberapa aspek dalam membaca pemahaman.
    Aspek-aspek dalam membaca pemahaman meliputi:
    (a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal),
    (b) memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca),
    (c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk),
    (d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (H.G. Tarigan, 1986:12). 

    Di dalam membaca pemahaman, si pembaca tidak hanya dituntut hanya sekadar mengerti dan memahami isi bacaan, tetapi juga harus mampu menganalisis atau mengevaluasi dan mengaitkannya dengan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan awal yang telah dimilikinya.

  5. Tujuan Membaca Pemahaman
  6. Apabila kita melakukan sesuatu kegiatan, tentulah kita mampunyai tujuan tertentu yang hendak kita capai. Demikian halnya di dalam membaca pemahaman juga mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan membaca pemahaman adalah untuk memperoleh sukses dalam pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan etoris atau pola-pola teks, pola-pola simbolisnya, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan juga sarana-sarana linguistik yang dipergunakan untuk mencapai tujuan (H.G. Tarigan, 1986:36).
    Berdasarkan pendapat di atas, dapat dilihat bahwa tujuan membaca pemahaman mencakup beberapa hal. Jelasnya membaca pemahaman diperlukan bila kita ingin mempelajari dan memahami masalah yang kita baca sampai pada hal-hal yang sangat detail.

  7. Tingkatan Membaca Pemahaman
  8. Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam. Empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu literal, inferensial, kritis, dan kreatif (Burns dan Roe; Rubin; dan Syafi’ie dalam Hairuddin, dkk, 2007:3-24). Pembahasan mengenai tingkat pemahaman tersebut diuraikan sebagai berikut:
    1. Pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan. Pemahaman literal merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe dalam Hairuddin, dkk, 2007:3-24).
    2. Pemahaman inferansial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini, pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk membuat dugaan atau hipotesis.
    3. Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks.
    4. Pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar profesional. Pemahaman kreatif melibatkan dimensi kognitif membaca karena berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca. Pemahaman kreatif, pembaca dituntut menggunakan daya imajinasinya untuk memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan penulis (Hafni dalam Hairuddin, dkk, 2007:3-25).
    Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menekankan pada membaca pemahaman dalam tingkatannya sebagai pemahaman literal yaitu pemahaman terhadap apa yang disampaikan dan disebutkan penulis di dalam bahan bacaan.

  9. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman
    Menurut McLaughlin dan Allen dalam Farida Rahim, mengemukakan mengenai prinsip-prinsip membaca sebagai berikut:
    1. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.
    2. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.
    3. Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa.
    4. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.
    5. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.
    6. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkatan kelas.
    7. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.
    8. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman.
    9. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.
    10. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman (McLaughlin dan Allen dalam Farida Rahim, 2007:3-4).

  10. Langkah-langkah Membaca Pemahaman
  11. Di dalam memahami bahan bacaan, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh pembaca. 
    Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam membaca, yaitu:
    (1) menentukan tujuan membaca;
    (2) preview artinya membaca selayang pandang;
    (3) membaca secara keseluruhan isi bacaan dengan cermat sehingga kita dapat menemukan ide pokok yang tertuang dalam setiap paragrafnya;
    (4) mengemukakan kembali isi bacaan dengan menggunakan kalimat dan kata-kata sendiri (Suyatmi, 2000:45).
    Adanya kemampuan membaca pemahaman yang tinggi diharapkan dapat menangkap ide-ide pokok yang terdapat dalam bahan bacaan, menemukan hubungan suatu ide pokok dengan ide pokok yang lain serta secara keseluruhannya, selanjutnya dapat menghubungkan apa yang dipahami dari bahan bacaan tersebut dengan ide-ide diluar bahan bacaan. Membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa aktivitas seperti, mengamati, memahami ide, curahan jiwa, dan aktivitas jiwa seseorang yang tertuang dalam bahan bacaan.

Nah itulah sedikit uraian mengenai membaca pemahaman. Tentu dengan mengetahui tujuan serta langkah-langkah pemebelajaran tersebut, kita/ guru menjadi lebih mudah dalam menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode pembelajaran CIRC.

Nah sekian postingan kali ini, semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum...

Daftar Pustaka :

  1. Cuero, K. K. 2008. Volume 9, Number 1, 14-15. Venturing Into Unknown Territory: Using Aesthetic Representation to Understand Reading Comprehension. University of Texas at San Antonio. International Journal of Education & the Arts, 9(1). http://www.ijea.org/v9n1. Diakses pada tanggal 21 April 2011.
  2. Farida, Rahim. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
  3. Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Depdiknas: Dirjen Dikti.
  4. Henry Guntur, Tarigan. 1986. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
  5. Nurhadi. 1987. Kapita Selekta Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Malang: IKIP Malang.
  6. Suyatmi. 1996. Membaca I. Surakarta: UNS Press.

Monday, May 21, 2012

Mitos Tentang Anak Kembar

Assalamu'alaikum...

Mayasa©. Memiliki anak merupakan impian setiap keluarga. Bagaimana tidak, dengan hadirnya anak, pasangan suami istri seolah-olah melihat cerminan kehidupannya dari tingkah laku anak tersebut.

Jika boleh memilih, saya sebenarnya ingin mempunyai anak kembar. Namun untuk saat ini sepertinya itu adalah hal yang mustahil T_T

Btw tahukah anda bahwa ada beberapa mitos yang berkaitan dengan anak kembar?

Nah kali ini saya ingin mengajak anda untuk memahami mitos-mitos tersebut dan bagaimana fakta sebenarnya.
  1. Mana kakak, mana adik?
    Fakta:
    Mitos lokal yang mengatakan, bayi kembar yang lahir (keluar dari rahim) lebih dulu adalah adiknya, bukan kakak. Alasannya, karena si kakak “membantu” adiknya untuk keluar. Padahal, dunia kedokteran sepakat menyatakan, bayi yang lahir lebih dulu (berdasarkan tanggal dan waktu) adalah kakak, berikutnya baru adik.
  2. Si baik vs si jahat.
    Fakta:
    Dalam mitologi lama, si kembar selalu digambarkan sebagai si baik dan si jahat, atau pemimpin (biasanya yang lebih tua) dan pengikut. Katanya, ini terjadi karena salah satu dari mereka jenuh selalu dikait-kaitkan hingga ingin lebih unggul dari kembarannya, serta ingin mendapatkan perhatian lebih dari orangtua dan orang di sekitarnya.
    Padahal, tidak pernah ada bukti ilmiah yang menunjukkan kalau kepribadian kembar sebagai bentuk jenis persaingan. Yang biasanya terjadi, anak kembar justru memiliki kepribadian dan talenta yang unik serta selalu ingin saling melengkapi. Misalnya, yang satu pintar di bidang akademik, yang lain lebih jago di olahraga.
  3. Anak kembar tidak boleh satu sekolah karena bisa mengganggu prestasinya.
    Fakta:
    Ada beberapa sekolah yang menerapkan peraturan standar bahwa anak kembar tidak boleh ditempatkan di kelas yang sama. Alasannya, agar anak dapat mengembangkan identitas independen mereka dan tidak tergantung kembarannya. Malah, alasan lainnya lebih konyol, yaitu menjauhkan dari kemungkinan keduanya akan gagal jika berada di kelas atau sekolah yang sama.
    Beberapa ahli justru menyarankan anak kembar untuk selalu bersama agar karakter, emosi, dan pertumbuhannya dapat berkembang lebih baik. Jika pemisahan dilakukan, malah dapat merusak pengalaman pendidikan mereka. Dari sisi psikologis, setiap anak kembar biasanya merasa nyaman berada di dekat kembarannya. Dan, ketika salah satu dari mereka menghadapi masalah (pelajaran atau pertemanan), tentunya mereka akan lebih mudah untuk saling mendukung.
    Yang jelas, orangtua yang memiliki anak kembar, harus mempertimbangkan dan mengevaluasi pemilihan sekolah yang bisa memajukan kemampuan masing-masing anak, termasuk dinamika hubungan dan individu gaya belajar anak. Caranya, kenali kebutuhan dan kepribadian anak kembar Anda, juga hubungan mereka berdua. Selanjutnya, ajak mereka berdiskusi mengenai pilihan sekolahnya. Apakah ingin sekolah di tempat yang sama atau yang berbeda?
  4. Jika salah satu anak kembar sakit, saudara kembarnya pasti sakit juga.
    Fakta:
    Inti dari mitos ini adalah anak kembar mempunyai kemampuan telepati. Contoh lainnya adalah jika yang satu tidak bisa menyelesaikan perkataannya, yang lainnya akan mampu membaca pikiran kembarannya dan menyelesaikan perkataannya. Ini terjadi karena anak kembar memiliki “bahasa kode” yang tidak dimengerti orang luar selain mereka sendiri atau idioglossia. Kemampuan ini timbul karena kedekatan emosional mereka sudah dimulai sejak sembilan bulan berada di rahim yang sama, begitu lahir dan tumbuh pun mereka selalu bersama.
    Akan tetapi, hal yang hampir serupa juga bisa terjadi pada suami-istri, saudara dekat, teman baik (yang memiliki kesamaan genetik ekstrim).
  5. Bayi kembar tidak bisa menerima ASI eksklusif, ibu harus memilih salah satu.
    Fakta:
    Menyusui bayi kembar memang penuh tantangan, tetapi bukan tidak mungkin dilakukan. Untuk kembar dua, jika memungkinkan, Anda bisa menyusuinya bersamaan. Namun kalau tidak memungkinkan atau anak kembarnya lebih dari dua, sebelum jam menyusui, peraslah ASI Anda dengan menggunakan alat pemeras ASI manual atau elektrik dan menampungnya di botol-botol yang sudah dipersiapkan.
    Saat waktu menyusui tiba, Anda tetap bisa menyusui anak-anak bersamaan (yang satu langsung ke payudara Anda, yang lainnya dengan botol), tanpa salah satu di antara mereka menangis terlebih dahulu karena kelaparan. Mintalah bantuan orang-orang di sekitar Anda untuk memudahkan kegiatan ini. Satu lagi, miliki buku untuk mencatat siapa yang mengisap payudara pertama kali dan siapa yang minum terakhir agar tidak lupa atau tertukar.
  6. Hanya lelaki (yang terlahir kembar) yang dapat menurunkan gen kembar.
    Fakta:
    Masing-masing generasi, entah itu lelaki atau perempuan, dari keluarga tertentu memiliki peluang yang sama dalam melahirkan bayi kembar. Akan semakin besar jika memang ada salah satu dari suami atau istri yang memiliki gen kembar kemungkinan memiliki anak kembar akan semakin besar.
    Kemungkinan memiliki anak kembar biasanya juga bisa terjadi karena perempuan mengalami pelepasan sel telur secara berlebihan atau hiperovulasi. Pada akhirnya, hiperovulasi bisa menurun pada anaknya yang berjenis kelamin perempuan.
  7. Hanya anak kembar yang bisa memiliki keturunan kembar.
    Fakta:
    Kehamilan kembar memang sangat mungkin terjadi pada pasangan yang memiliki keturunan kembar. Namun, di era ilmu kedokteran yang sudah semakin maju, sudah tersedia obat pemicu tumbuh-kembang sel telur (biasanya yang memiliki masalah fungsi indung telur/ovarium).
    Pada kasus ini, terjadi pematangan dan pelepasan sel telur lebih dari satu yang kemudian dibuahi lebih dari satu sel sperma juga, hingga kehamilan kembar itu terjadi. Pembuahan dapat terjadi secara alami di dalam saluran telur atau di laboratorium pada kasus bayi tabung.
  8. Anak kembar yang terpisah dari ibu mempunyai badan yang lebih pendek.
    Fakta:
    Jika tinggi badan anak tidak setinggi ibunya, lebih logis jika disebabkan gen bawaan dari orangtuanya, kurangnya asupan nutrisi, dan stres. Meski demikian, anak yang tidak dipisahkan dengan ibunya, tentu akan mendapatkan perhatian lebih baik, dari segi fisik maupun mental. Sehingga masa tumbuh kembangnya bisa dilalui dengan optimal.
Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum...
Sumber Referensi :
(Tabloid Nova/Ester Sondang), vivanews.com

Saturday, May 19, 2012

Hakikat Membaca

Assalamu'alaikum...
pengertian membaca, membaca pemahaman
From Google
Mayasa©. Kemampuan berbahasa terbagi dalam empat aspek. Keempat aspek tersebut adalah kemampuan mendengar/ menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Setelah pada postingan yang lalu saya menguraikan tentang kemampuan bicara, maka kali ini saya ingin menguraikan sedikit mengenai kemampuan membaca.

Harapannya setelah kita (khususnya saya), kita mampu dan yang terpenting mau untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran maupun media pembelajaran. Sehingga dalam mengajar kita tidak sekedar menggugurkan kewajiban.
  1. Pengertian Membaca
  2. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (H.G. Tarigan, 1986:7).

    Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 1986:7).
    Membaca merupakan kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana dalam St.Y. Slamet, 2008:67).
    Hal tersebut berarti bahwa membaca memberikan respons terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Sumber yang lain juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan (Jazir Burhan dalam St.Y. Slamet, 2008:67). Secara singkat dapat dikatakan bahwa "reading" adalah "bringing meaning to and getting meaning from printed or written material", memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro and Bonomo dalam H.G. Tarigan, 1986:8).

    Kegiatan membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah. Proses membaca diawali dari aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal, alat peraba bagi yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung, maka nalar dan institusi yang bekerja, berupa proses pemahaman dan penghayatan. Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan juga pola kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen kehidupan yang luas.

    Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat ditarik simpulan bahwa kegiatan membaca adalah memahami isi, ide atau gagasan baik yang tersurat maupun tersirat dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman menjadi produk yang dapat diukur dalam kegiatan membaca, bukan perilaku fisik pada saat membaca. Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman (St.Y. Slamet, 2008:68).

  3. Tujuan Membaca
  4. Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan (Farida Rahim, 2007:11). Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (H.G. Tarigan, 1986:9).
    Tujuan membaca mencakup: (1) kesenangan, (2) menyempurnakan membaca nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton, dkk dan Irwin dalam Burns dkk, dalam Farida Rahim, 2007: 11). Selain beberapa tujuan membaca yang telah disampaikan di atas, terdapat pula beberapa tujuan membaca lainnya yang erat kaitannya dengan makna, diantaranya:
    1. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.
    2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
    3. Membaca untuk mengetahuai urutan atau susunan, organisasi cerita.
    4. Membaca untuk menyimpulkan.
    5. Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan.
    6. Membaca untuk menilai atau mengevaluasi.
    7. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.

  5. Aspek Membaca
  6. Membaca merupakan suatu ketrampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian ketrampilan yang lebih kecil lainnya. Secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca menurut H.G. Tarigan, yaitu:
    hakikat membaca, membaca pemahaman
    Dari Google
    1. Ketrampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order).
      Aspek ini mencakup: (a) pengenalan bentuk huruf, (b) pengenalan unsur-unsur linguistic (fonem/grafem, kata, frase, pola klause, kalimat, dan lain-lain), (c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”, (d) kecepatan membaca bertaraf lambat.
    2. Ketrampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order).
      Aspek ini mencakup: (a) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), (b) memahami signifikansi atau makna (a.l. maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca), (c) evaluasi atau penilaian (isi, bentuk), (d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (H.G. Tarigan, 1986:12).

  7. Jenis-jenis Membaca
  8. Terdapat beberapa jenis-jenis membaca seperti yang diklasifikasikan oleh Tarigan sebagai berikut:
    1. Membaca nyaring, membaca bersuara (reading aloud; oral reading)
    2. Membaca dalam hati (silent reading)
      1. Membaca ekstensif (extensive reading)
        Membaca ekstensif ini mencakup pula membaca survey (survey reading), membaca sekilas (skimming reading), dan membaca dangkal (superficial reading).
      2. Membaca intensif (intensive reading)
        1. Membaca telaah isi (content study reading), yang mencakup pula membaca teliti (close reading), membaca pemahaman (comprehensive reading), dan membaca kritis (critical reading), dan membaca ide (reading for ideas).
        2. Membaca telaah bahasa (language study reading), yang mencakup pula membaca bahasa asing (foreign language reading), dan membaca sastra (literary reading) (H.G Tarigan, 1986:12-13).
    Ternyata banyak bukan jenis-jenis membaca tersebut. Sehingga untuk mengembangkan berbagai kemampuan membaca tersebut kita/ guru harus mampu mengupayakan siswa agar tertarik dan bersemangat dalam mempelajari berbagai teknik membaca tersebut.
    Daftar Pustaka :
    1. Henry Guntur, Tarigan. 1986. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
    2. St. Y. Slamet. 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.
Selanjutnya, InsyaAlloh akan saya posting mengenai membaca pemahaman, jadi ditunggu ya.
Terimakasih, semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum...

Friday, May 18, 2012

The Butterfly Story Inilah Kunci Kebahagiaan


Assalamu'alaikum...
boneka danbo, galauMayasa©. Sepertinya galau sedang menjadi trend saat ini, mulai dari iklan, status di social media sampai dalam percakapan sehari-hari. Terus terang saya sendiri kurang paham apa itu GALAU. Tapi dari apa yang saya lihat dan dengar, akhirnya saya simpulkan bahwa galau adalah kondisi saat orang merasa sedih, susah, terabaikan atau dengan kata lain orang tersebut sedang dalam kondisi yang paling mengenaskan menyedihkan. Tentu itu menurut pendapat saya, jadi belum terbukti valid atau tidak.(^_^)v

Btw, beberapa hari yang lalu saya mendapat sebuah kisah lagi yang saya harap mampu menghibur anda yang sedang galau (yang tidak galau juga semoga terhibur)(^O^)
Kisah ini bercerita tentang seorang anak manusia yang berputus asa dalam mencari kebahagiaan yang tak kunjung dia dapatkan. Penasaran dengan perjalanan anak manusia tersebut?
Silahkan disimak kisah selengkapnya...
Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana.

"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua. "Apa yang kau risaukan..?" Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"

Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan. "Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi.

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu.

kupu-kupu ungu, kebahagiaan, kupu-kupuAnak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar. Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah." Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu.

"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu."

"Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering datang sendiri."

Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.

Moral Mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya. Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.

Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.

Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.

Saya percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya

Wassalamu'alaikum
Nemu di sini

Thursday, May 17, 2012

Kisah Bunga Teratai dan Setitik Embun

Dari Google
Assalamu'alaikum..
Mayasa©. Berkumpul dengan teman-teman memang mempunyai banyak keuntungan. Selain melepas rindu (ciee...) atau mungkin kita dapat duit karena teman tersebut membayar hutang (^O^). 
Namun yang pasti kita akan mendapat suatu hikmah yang mungkin tidak kita dapat secara langsung dari pertemuan tersebut.

Kali ini saya ingin menceritakan kisah yang saya dapat dari obrolan teman-teman saat bertemu kemarin. Kisah tersebut bercerita tentang pertemuan sekuntum bunga teratai dengan setitik embun.
Bagaimana kisah selengkapnya dan apa makna dibalik kisah tersebut?

Mari kita simak saja....
Dikisahkan di sebuah kolam yang airnya berlumpur, tumbuh pohon bunga teratai muda. Pohon itu tumbuh dengan beberapa helai daunnya yang hijau dan kuncup serta sekuntum bunga teratai berwarna merah diatasnya.

Saat malam mulai meninggalkan peraduan, angin dingin menghembus perlahan membawa halimun dan kemudian berubah menjadi tetes-tetes embun diantara daun-daun teratai.

Suatu hari, ketika daun teratai membuka mata memulai sebuah pagi yang cukup dingin, dia merasa takjub dengan alam sekitarnya. Tiba-tiba si daun teratai tersadar, diatas tubuh hijau daunnya ada setitik embun yang begitu lembut dan bening.

Dengan ceria disapanya si embun “ Hai kamu, engkau siapa? Darimana datangmu dan bagaimana bisa tiba-tiba berada diatas punggungku”?

Si embun pun menjawab, Aku biasa dinamakan embun. Saat menjelang pagi, di alam semesta ini ada uap air yang terbawa hembusan angin dingin yang kemudian menciptakan titik air. Inilah yang menjadikannya seperti diriku seperti ini.”
“ Wah, aku senang sekali bisa berteman dan ngobrol denganmu,” kata si daun teratai.
“ Tapi maap teman baruku. Bila sebentar lagi matahari mulai bersinar, aku pun harus pergi. Sebab, begitulah sifat alam. Embun di pagi hari akan segera menguap bila tertimpa sinar matahari,” kata embun kepada daun teratai.
Si daun yang merasa mendapat teman baru memohon kepada embun “ Tolonglah tetaplah disini, jangan pergi”

Namun, seperti yang dikatakan embun, saat matahari menyinari bumi dengan kehangatannya, embun itu pun segera berlalu dari tubuh daun teratai.

Keesokan harinya, saat daun teratai kembali memulai hari, dia begitu gembiira. Rupanya, ia melihat embun kembali berada di punggungnya. Maka, dia pun menyapa riang embun itu, “ Hai sobat, kita berjumpa lagi!”

Tapi embun berkata,” Hai juga! Aku embun baru. Kita belum saling kenal.”
“ Lho bukankah kamu embun yang kemarin?”
“ Bukan! Aku embun hari ini, Aku tidak ada kaitannya dengan embun yang kemarin.”

Daun teratai amat heran. Tapi belum sempat teratai bertanya lebih jauh, embun itu pun segera menguap kembali tertimpa sinar matahari.

Peristiwa serupa terjadi dari hari ke hari dan setiap hari. Daun teratai tetap tidak mengerti, mengapa embun yang sama bentuknya, setiap hari selalu tidak mengakui dirinya sebagai embun yang kemarin.

Maka, hari-hari pun berlalu terus hingga berganti bulan. Si daun teratai pun berumur semakin tua. Akhirnya, ia pun mulai terkoyak dan selanjutnya menguning. Kini saatnya ia tergantikan oleh tunas daun teratai yang baru.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tanpa sadar, terkadang kita merasakan bahwa hari-hari berlalu begitu saja, bahkan seolah tanpa ada perubahan. Jika itu yang kita rasakan, sebenarnya kita sedang terjebak dalam rutinitas keseharian yang menjemukan.

Bila itu dibiarkan terus menerus, maka sebenarnya kita sudah termasuk orang yang merugi. Karena itu, sudah saatnya kita memperbaiki diri dengan meningkatkan kualitas dan kapasitas kemampuan, dengan mengisi hari agar jauh lebih berarti

Hari ini boleh jadi mirip dengan hari kemarin, tetapi hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Karena itu, jika kita melakukan kesalahan pada hari kemarin, hari ini juga harus segera kita koreksi. Jika kita telah melakukan kebaikan di hari kemarin, hari ini harus lebaih banyak lagi kebaikan yang kita sebarkan.
Waktu terus berjalan, tak kan pernah terulang. Tak ada gunanya menyesali waktu kemarin yang telah pergi. Sebab, kita hidup pada hari ini.

Untuk itu, mari kita isi hari baru kita dengan semangat yang menyala untuk membuat hari ini menjadi hari yang lebih baik dari kemarin. Tak perlu bersedih hati dengan hari kemarin, jangan pula merasa resah dengan kegagalan yang telah lalu, sebab kita bisa memperbaikinya hari ini.

Jangan biarkan hari ini hanya manguap begitu saja tanpa arti. Jadikan hari ini laksana embun-embun indah yang menghiasai teratai, yang meski akan menghilang, kehadirannya telah membawa nilai keindahan sendiri.

UKIRLAH HARI INI DENGAN PRESTASI!

Manteb bukan kisahnya, jadi mari kita renungkan apakah kita termasuk orang yang terjebak pada pengertian bahwa embun hari ini adalah embun kemarin?
Semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum...

Taken From : Andrie Wongso

Wednesday, May 16, 2012

Makalah Tentang Pengertian dan Jenis Alat Pendidikan

Assalamu'alaikum...
Mayasa©. Langsung saja, kali ini saya ingin menguraikan makalah mengenai alat pendidikan. Makalah ini merupakan salah satu catatan dalam mata kuliah yang saya tempuh di PGSD.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pict from Google
Manusia di dunia ini memerlukan kehidupan, dan untuk hidup memerlukan pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi manusia karena hal itu dapat menunjang hidup manusia. Dalam pendidikan banyak hal yang harus dipelajari, salah satunya adalah alat pendidikan. Alat pendidikan sangat penting untuk kita. Karena dengan alat pendidikan, kita bisa mengetahui cara-cara mendidik yang baik dan benar, oleh karena itu penulis menulis makalah yang berjudul “Pengertian dan Jenis Alat Pendidikan”.


Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah:
  1. Apakah pengertian alat pendidikan ?
  2. Bagaimana pembagian jenis alat pendidikan ?
Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis memperkenalkan alat pendidikan untuk menunjang kehidupan manusia.

PEMBAHASAN
Pengertian Alat Pendidikan
Secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Amir Dien Indrakusuma membedakan faktor dan alat pendidikan. Faktor adalah hal atau keadaan yang ikut serta menentukan berhasil tidaknya pendidikan. Sedangkan alat adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran proses pendidikan.
Sementara itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari aspek fungsinya, yakni ; alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan (untuk mencapai tujuan selanjutnya).

Dalam praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering diidentikkan dengan media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih luas dari pada media. Media pendidikan adalah ”alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Jenis Pendidikan
Dalam dunia pendidikan terdapat bermacam alat pendidikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, Ahmad D. Marimba membagi alat pendidikan ke dalam tiga bagian :
  1. Alat-alat yang memberikan perlengkapan berupa kecakapan berbuat dan pengertian hafalan. Alat-alat ini dapat pula disebut alat-alat pembiasaan.
  2. Alat-alat untuk memberi pengertian, membentuk sikap, minat dan cara berfikir.
  3. Alat-alat yang membawa ke arah keheningan batin, kepercayaan dan pengarahan diri sepenuhnya kepada-Nya.
Disamping pembagian di atas, D. Marimba juga membagi alat pendidikan ke dalam dua bagian yaitu :
  1. Alat-alat langsung, yaitu alat-alat bersifat menganjurkan sejalan dengan maksud usaha (alat-alat positif).
  2. Alat-alat tidak langsung, yaitu alat-alat yang bersifat pencegahan dan pembasmian hal-hal yang bertentangan dengan maksud usaha.
Suwarno membedakan alat-alat pendidikan dari beberapa segi berikut :
  1. Alat pendidikan positif dan negatif : positif, jika ditunjukkan agar anak mengerjakan sesuatu yang baik, misalnya : contoh yang baik pembiasaan, perintah, pujian, dan ganjaran. Negatif, jika tujuannya menjaga supaya anak didik jangan mengerjakan sesuatu yang jelek, misalnya : larangan, celaan, peringatan, ancaman, hukuman.
  2. Alat pendidikan preventif dan korektif ; preventif jika maksudnya mencegah anak sebelum anak berbuat sesuatu yang tidak baik. Misalnya, pembiasaan, perintah, pujian, ganjaran. Korektif jika maksudnya memperbaiki karena anak telah melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu yang buruk. Misalnya. Celaan, ancaman, hukuman.
  3. Alat pendidikan yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Menyenangkan yaitu menimbulkan rasa senang pada anak-anak. Misalnya pengajaran dan pujian. Tidak menyenangkan yaitu yang menimbulkan perasaan tidak senang pada anak-anak. Misalnya, hukuman dan celaan.
Sedangkan Amir Dien Indrakusuma membagi alat pendidikan kedalam dua kelompok :
  1. Alat pendidikan preventif ialah alat pendidikan yang bersifat pencegahaan. Tujuannya agar hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran proses pendidikan bisa dihindari. Misalnya tata tertib, anjuran dan perintah, larangan dan paksaan.
  2. Alat pendidikan representatif (kuratif dan kerektif), ialah alat pendidikan yang bersifat penyadaran agar anak kembali kepada hal-hal yang benar, baik dan tertib. Misalnya, pemberitahuan, teguran, hukuman dan ganjaran.
Madyo Ekosusilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi dua kelompok yaitu :
  1. Alat pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa benda-benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya, papan tulis, OHP dan lain-lain.
  2. Alat pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa keadaan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam kegiatan pendidikan.
Dalam memilih alat pendidikan manakah yang baik dan sesuai, haruslah memperhatikan empat syarat yang berikut :
  1. Tujuan apakah yang hendak dicapai dengan alat itu,
  2. Siapa (pendidik) yang menggunakan alat itu,
  3. Anak (si terdidik) yang mana yang dikenai alat itu,
  4. Bagaimana menggunakan alat itu,
Alat-alat pendidikan yang sangat penting ialah
  1. Pembiasaan dan pengawasan
  2. Perintah dan larangan
  3. Ganjaran dan hukuman.
Pembiasaan
alat pendidikan, pembiasaan, larangan
Pembiasaan sebagai lawan dari larangan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-anak kecil belum menginsyafi apa yang dikatakan baik dan apa yang dikatakan buruk dalam arti asusila. Oleh karena itu, pembiasaan merupakan alat satu-satunya. Sejak dilahirkan anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-perbuatan yang baik, seperti dimandikan dan ditidurkan pada waktu tertentu, diberi makan dengan teratur dan sebagainya.

Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam rumah tangga atau keluarga, di sekolah dan juga di tempat lain.

Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik hasilnya, harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain :
  1. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.
  2. Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan.
  3. Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap teguh terhadap pendiriannya yang telah diambilnya.
  4. Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.
Pengawasan
Di atas telah dikatakan bahwa pembiasaan yang baik membutuhkan pengawasan. Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak. Tanpa pengawasan berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya anak tidak akan dapat membedakan yang baik dan yang buruk, tidak mengetahui mana yang seharusnya dihindari atau tidak senonoh dan mana yang boleh dan harus dilaksanakan, mana yang membahayakan dan mana yang tidak.
Anak yang dibiarkan tumbuh sendiri menurut alamnya, dan menjadi manusia yang hidup menurut nafsunya saja. Kemungkinan besar anak itu menjadi tidak patuh dan tidak dapat mengetahui kemana arah hidup yang sebenarnya.

Memang, ada pula ahli-ahli didik yang menuntut adanya kebebasan yang penuh dalam pendidikan. Roussean, umpamanya, adalah seorang pendidik yang beranggapan bahwa semua anak yang sejak dilahirkan adalah baik, menganjurkan pendidikan menurut alam. Menurut pendapatnya, anak hendaknya dibiarkan tumbuh menurut alamnya yang baik itu sehingga mengenai hukuman pun Roussean menganjurkan hukuman alami.

Tetapi pendapat para ahli didik sekarang umumnya, sependapat bahwa pengawasan adalah alat pendidikan yang penting dan harus dilaksanakan, biarkan secara berangsur-angsur anak itu harus diberi kebebasan. Pendapat yang akhir ini mengatakan bukankah kebebasan itu yang dijadikan pangkal atau permulaan pendidikan, melainkan kebebasan itu yang hendak diperoleh pada akhirnya.

Perintah
Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang harus dikerjakan oleh orang lain. Melinkan dalam hal ini termasuk pula peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-anak. Tiap-tiap perintah dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberi arah atau mengandung tujuan ke arah peraturan susila.

Suatu perintah atau peraturan dapat mudah ditaati oleh anak-anak jika si pendidik sendiri juga menaati dan hidup menurut peraturan-peraturan itu. Tony. Tidak mungkin suatu aturan sekolah ditaati oleh murid-muridnya jika guru sendiri tidak menaati peraturan yang telah dibuatnya itu.

Syarat-syarat memberi perintah antara lain :
  1. Perintah hendaknya terang dan singkat, jangan terlalu banyak komentar, sehingga mudah dimengerti oleh anak.
  2. Perintah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan umur anak sehingga jangan sampai memberi perintah yang tidak mungkin dikerjakan oleh anak itu. Tiap-tiap perintah hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan anak.
  3. Kadang-kadang perlu pula kita mengubah perintah itu menjadi suatu peritah yang lebih bersifat permintaan sehingga tidak terlalu keras kedengarannya. Hal ini berlaku lebih-lebih terhadap anak yang sudah besar.
  4. Janganlah terlalu banyak dan berlebihlebihan memberi perintah,sebab dapat mengakibatkan anak itu tidak patuh, tetapi menentang, pendidik hendaklah hemat akan perintah.
  5. Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah diperintahkannya, suatu perintah yang harus ditaati oleh seorang anak, berlaku pula bagi anak lain.
  6. Suatu perintah yang bersifat mengajak, sipendidik turut melakukannya, umumnya lebih ditaati oleh anak-anak dan dikerjakannya dengan gembira.
Larangan
Di samping memberi perintah, sering pula kita harus melarang perbuatan anak-anak. Larangan itu biasanya kita keluarkan jika anak melakukan sesuatu yang tidak baik, yang merugikan, atau dapat membahayakan dirinya.

Seorang ayah dan ibu yang sering melarang perbuatan anaknya, dapat mengakibatkan bermacam-macam sifat atau sikap yang kurang baik pada anak itu, seperti :
  1. Keras kepala atau melawan
  2. Pemalu dan penakut
  3. Perasaan kurang harga diri
  4. Kurang mempunyai perasaan tanggung jawab
  5. Pemurung atau pesimis
  6. Acuh tak acuh terhadap sesuatu (apatis) dan sebagainya.
Syarat-syarat yang harus diperintahkan dalam melakukan larangan diantaranya :
  1. Sama halnya dengan perintah, larangan itu harus diberikan dengan singkat, supaya dimengerti maksud larangan itu.
  2. Jangan terlalu sering melarang, akibatnya tidak baik bagi anak-anak yang masih kecil, larangan dapat dicegah dengan membolehkan perhatian anak kepada sesuatu yang lain, yang menarik minatnya.
Ganjaran
  1. Maksud Ganjaran
    Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan yang untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Pendidik bermaksud suapaya dengan ganjaran itu anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk mempertinggi prestasi yang telah dicapainya untuk bekerja atau berbuat lebih lagi.
  2. Macam-macam ganjaran
    Beberapa macam perbuatan atau sikap pendidik yang dapat merupakan ganjaran bagi anak didiknya.
    alat pendidikan, reward
    Reward sebagai alat pendidikan
    1. Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak.
    2. Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian) seperti, ”Rupanya sudah baik pula tulisanmu, mun, kalau kamu terus berlatih, tentu akan lebih baik lagi”.
    3. Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Contoh ”Engkau akan segera saya beri soal yang lebih sukar sedikit, Ali, karena yang nomor 3 ini rupa-rupanya agak terlalu baik engkau kerjakan.
    4. Ganjaran dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak. Misalnya pensil, buku tulis, gula-gula atau makanan yang lain.
Hukuman
Hukuman adalah alat pendidikan yang tidak lepas dari sistem kemasyarakatan serta kenegaraan yang berlaku pada waktu itu, dengan kata lain hukuman adalah penderitaan yang diberikan atai di timbulkan dengan sengaja oleh seseorang.

PENUTUP
Kesimpulan
Alat pendidikan merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat yang terdapat dalam pendidikan meliputi pemciasanaan, pengawasan, perintah, larangan, ganjaran, dan hukuman. Pembiasaan bertolak belakang dengan pengawasan, perintah bertolak belakang dengan larangan, dan ganjaran bertolak belakang dengan hukuman, akan tetapi walaupun bertolak belakang keenam hal tersebut sangat diperlukan dalam pendidikan.

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan oleh penulis bagi pembaca untuk lebih mengenal lagi jenis alat-alat pendidikan, sehingga kita lebih mudah dalam memberikan pendidikan.

That's all. Thank You.
Wassalamu'alaikum...

Tuesday, May 15, 2012

Kakek Pemekar Bunga

Assalamu'alaikum...
Cherry blossoms, sakura,
Bunga Sakura, Gambar : Google
Mayasa©. Negara jepang sangat terkenal akan keragaman dan kelestarian budayanya. Sama dengan Indonesia, kebudayaan Jepang juga sangat beragam. Hasil budaya tersebut diantaranya adalah bangunan kuno, festival unik ataupun dongeng. Oleh karena itu, saya ingin mengajak anda membaca kisah/ dongeng dari jepang, jika postingan lalu dongeng tersebut berkaitan dengan gunung Fuji, maka pada postingan ini dongengnya berkaitan dengan bunga Sakura.

Judul asli dongengnya adalah Hanasaka Jiijii (花咲か爺) atau Kakek Pemekar Bunga dalam bahasa kita. Ada beberapa versi dari dongeng tersebut, dan yang akan saya sampaikan disini adalah dongeng yang saya kutip dari sini.

Pada suatu masa, ada seorang kakek yang miskin tetapi baik hati dan suka menolong. Suatu ketika, ia menemukan anak anjing berbulu putih dan kemudian, ia memelihara anjing tersebut serta menamakannya Shiro..

Suatu hari, ketika si kakek memanggil. Shiro malah berlari ke bawah pohon. Anjing itu menggonggong dan mengais – ngais tanah. “Ada apa, shiro? Apakah ada tulang dibawah sini?” tanya kakek. Shiro pun menggonggong gembira. Jadi si kakek mulai menggali tanah yang ditunjuk anjingnya itu dengan cangkul. Di sebelahnya Shiro juga ikut – ikutan menggali tanah dengan cakarnya.

Tring! Tiba – tiba cangkul si kakek beradu dengan benda logam. Si kakek pun berjongkok memeriksa cangkul dan tanah galiannya. “Oh, banyak sekali keping emas disini Shiro, terimakasih,” teriak si kakek sambil memeluk Shiro. Si kakek pun pulang dan menyimpan emas tersebut. Ia juga membagikan sebagian lagi untuk orang – orang miskin.

Mendengar hal itu, tetangga si kakek, seorang yang serakah ingin meminjam Shiro. Tetangga itu membawa Shiro ke kebunnya. Berhari – hari diajak bermain di kebun, Shiro diam saja. Kesal lah tetangga tamak itu dan ia memukul Shiro. Shiro pun mati.

“Maafkan aku, kek. Shiro nakal sehingga saya memukulnya,” kata si tetangga. Si kakek pun memaafkan tetangganya dan menguburkan Shiro di halaman rumahnya.

Mochi, kue mochi,
Kue Mochi, Gambar : hesti-myworkofart.blogspot.com
Suatu malam, si kakek bermimpi tentang Shiro. “Tebanglah pohon dekat kuburanku dan jadikan palu,” kata Shiro dalam mimpi itu. Setelah bangun, si kakek langsung menebang pohon itu. Dari kayunya, ia membuat palu untuk menumbuk kue mochi. Anehnya kue mochi itu berubah menjadi kepingan emas.

Tetangganya yang tamak tadi kembali datang dengan tergopoh – gopoh. Setelah berhasil meminjam palu, si tamak itu langsung menumbuk kue mochinya. Yang terjadi, mochinya justru menjadi hitam legam. Si tamak marah dan melempar palu itu ke perapian, “Palu tidak berguna!!!”.

Si kakek kecewa dengan tingkah laku tetangganya. Namun, ia tetap memaafkan dan mengumpulkan abu palu tersebut ke dalam kantung. Si kakek menabur abu ke dekat kuburan Shiro sambil berdendang. “Mekarlah bunga sakura, mekarlah.”

Ajaib, pohon yang tadinya sudah ditebang menjadi tumbuh kembali. Lama kelamaan, p;ohon itu menjadi indah dengan bunga sakura bermekaran daam sekejap. “Indahnya… coba aku tebarkan ke pohon yang lain.” Si kakek kembali berdendang sambil menabur abu. Ternyata, bunga sakura mulai bermekaran.

Seorang samurai yang melintas terpana melihat keindahan kebun si kakek dan memberi si kakek beberapa keping emas. Namun tetangganya yang tamak itu merebut kantung abu dari kakek. “Ini kantung abuku, ” kata tetangga itu sambil menaburkan abu di kebunnya.

Namun bunga sakura tidak juga mekar. Pohon – pohon itu malah layu dan berguguran. Si samurai pun marah dan menghukum si tetangga tamak itu. Melihat hal itu, kakek mendatangi si samurai dan memohonkan maaf atas perbuatan tetangganya.

Samurai pun akhirnya mengabulkan permohonan maaf sang kakek dan membebaskan tetangganya itu. Si samurai meminta kakek untuk terus menjadi pemekar bunga.

Pesan moralnya adalah [versi saya lho (^_^)] bahwa keikhlasan merupakan kunci dari keberhasilan. Sang kakek menjadi kaya dikarenakan keikhlasannya dalam menolong sesama. Jadi mari kita berusaha untuk ikhlas dalam mengerjakan segala hal. 
Terima kasih dan semoga bermanfaat.
Wassalamu'alaikum... 

Dikutip dari: Dongeng dari Negeri Jepang